Friday, April 19, 2013

Sinopsis Gu Family Book Episode 1 Part 2


Seo Hwa siap membunuh dirinya dengan tusuk konde (why it’s sound so funny??). Tiba-tiba terdengar suara Dam memanggil namanya. Melihat Dam, Seo Hwa buru-buru menyembunyikan tusuk kondenya.
Dam masuk lalu mengunci pintu. Tanpa berkata apa-apa, ia cepat–cepat membuka pakaiannya.
“Apa yang kaulakukan?” tanya Seo Hwa bingung.
“Kita tidak punya waktu. Tuan Muda menunggu di luar di pintu belakang. Cepat tanggalkan pakaian Nona,” ujar Dam cepat. Melihat Seo Hwa masih bengong, Dam menjelaskan kalau Seo Hwa bertukar pakaian dengannya lalu melarikan diri (kenapa ngga lari bareng-bareng aja yaaa).
shot0486 shot0489
“Apa yang kaukatakan? Melarikan diri? Bagaimana denganmu? Apa yang akan kau lakukan jika aku melarikan diri?”
“Aku akan baik-baik saja setelah dipukul beberapa kali. Tapi Nona berbeda. Nona tidak boleh dinodai oleh orang kejam yang telah membunuh ayah Nona.”
“Dam-ah….” Seo Hwa terharu mendengar perkataan Dam.
shot0491 shot0496
Dam berkata Seo Hwa harus keluar hidup-hidup. Seo Hwa harus hidup agar bisa membersihkan nama ayahnya. Agar bisa membalas dendam pada Jo Gwan Woong. Seo Hwa menangis lalu memeluk pelayannya.
“Juga, Nona harus tetap hidup…agar bisa menerima saya lagi. Jadi, Nona tidak boleh mati. Jika Nona mati, Nona tidak bisa mencapai apapun.”
“Dam-ah….”
“Nona…”
Keduanya menangis sambil berpelukan.
shot0499 shot0508
Menjelang malam, Gisaeng Chun memasuki kamar Seo Hwa. Ia berkata orang yang akan tidur dengan Seo Hwa sebentar lagi tiba. Ia menyuruh Seo Hwa mempersiapkan diri dan bersikap baik.
Gadis di balik tirai hanya menunduk dan tak mengatakan apapun. Gisaeng Chun menghela nafas panjang lalu berbalik pergi. Tapi ia merasa ada yang tak beres.
shot0514shot0515
Ia berjalan ke belakang tirai dan menyuruh gadis itu mengangkat kepalanya. Dam gemetar ketakutan karena takut ketahuan. Ia tidak mau mengangkat kepalanya. Kepala pelayan mengangkat wajahnya dan terkejut karena melihat Dam, bukannya Seo Hwa. Dam menatap Gisaeng Chun dengan takut.
 shot0521 shot0523
Sementara itu Seo Hwa dan Yoon berlari menembus hutan yang gelap.
Gisaeng Chun menampar Dam. Ia bertanya di mana Seo Hwa. Dam berkata ia tidak tahu, ia hanya bertukar pakaian dengan Seo Hwa. Gisaeng Chun mengancam akan menghukumnya. Tapi Dam benar-benar tidak tahu. Ia bersumpah ia hanya bertukar pakaian dengan Seo Hwa dan tidak tahu apa-apa.
Masalah semakin gawat karena Jo Gwang Woon sudah tiba di Chunhwagwan. Gisaeng Chun memerintahkan kepala pelayan untuk menyuruh Jang So menangkap Seo Hwa secepatnya tanpa sepengetahuan Jo Gwan Woong.
“Dan kau, Dam. Kau harus melayani Pejabat Jo malam ini.”
“Aku mengerti. Apaaa?! Kepala Gisaeng, aku tidak bisa melakukannya,” kata Dam ketakutan. Ia memohon pada Gisaeng Chun agar menyelamatkannya dan terus menerus memohon ampun.
“Kau harus melayaninya baik-baik dengan mulut tertutup (tidak bersuara). Jika ia tahu kau orangnya (dan bukan Seo Hwa) sebelum ritual pertama, aku sendiri yang akan memenggal kepalamu. Apa kau mengerti??!” kata Gisaeng Chun tegas. Poor Dam T_T
shot0543 shot0544
Orang-orang Gisaeng Chun mulai mencari Seo Hwa dan Yoon di hutan. Wol Ryung duduk di guanya sambil memandangi tali yang pernah dipakai untuk mengikat Seo Hwa. Tiba-tiba burung beterbangan dari pohon dan bersuara riuh. Wol Ryung bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Ia melihat pohon-pohon bergerak gelisah.
  shot0553 shot0555
Gisaeng Chun menemui Jo Gwan Woong yang kesal karena ia sudah menunggu lama. Gisaeng Chun meminta Gwan Woong mengerti, Seo Hwa masih sangat muda. Ia mengajukan permintaan agar lilin dipadamkan saat ritual pertama berlangsung.
“Kami tidak bisa memberitahunya kalau ia akan melayani Tuan. Sekarang ia adalah gisaeng negara tapi Tuan telah membunuh ayahnya. Saya khawatir ia akan mencoba membunuh dirinya sendiri setelah melihat Tuan.”
“Kurasa jika ia menggigit lidahnya (sampai mati) atau semacamnya sebelum kesenangan dimulai, maka itu sama sekali tidak akan menyenangkan. Baiklah, aku mengerti maksudmu,” Jo Gwan Woon meniup lilin di mejanya.
shot0561 shot0566
Kamar gelap gulita. Gisaeng Chun memerintahkan agar gadis itu dibawa masuk. Dam dibawa nasuk. Ia gemetar ketakutan. Saat ia melihat Gisaeng Chun hendak keluar kamar, ia menatapnya dengan pandangan memohon.
shot0569 shot0570
Sebelumnya, rupanya Gisaeng Chun sudah mewanti-wanti agar Dam tidak bersuara sedikitpun sebelum ritual pertama dimulai. Bukan hanya demi nyawa Dam tapi juga demi Seo Hwa yang melarikan diri. Mengingat perkataan Gisaeng Chun, Dam hanya bisa pasrah karena ini demi keselamatan nyawanya dan Seo Hwa.
Gisaeng Chun keluar kamar lalu mengunci pintu. Dam tersentak. Rasa takut menguasainya. Ia berusaha membuka pintu. Tapi Jo Gwan Woon menariknya.
shot0576 shot0578
Dam berusaha berontak tapi Jo Gwan Woong malah semakin senang. Pria itu seperti kesetanan. Dam menangis dalam hati menjerit memanggil Seo Hwa.
Seo Hwa tersandung dan terjatuh. Ia serasa mendengar suara Dam memanggilnya.
shot0587 shot0589
“Apa kakak tidak apa-apa?” tanya Yoon.
“Dam-ah….” gumam Seo Hwa.
Yoon mengingatkan waktu mereka tidak banyak. Mereka harus terus berlari. Seo Hwa teringat permintaan Dam agar ia terus hidup agar bisa membersihkan nama ayahnya dan membalas dendam. Demi keluarganya, juga demi Dam. Hal itu membuat semangat Seo Hwa kembali bangkit. Mereka terus berlari.
shot0590 shot0592
Para pengejar semakin dekat. Mereka menemukan jejak Seo Hwa yang tadi terjatuh. Mereka semakin gigih mengejar.
Kaki Seo Hwa yang terkilir membuatnya tak bisa berlari kencang. Dan ia sudah kelelahan. Berkali-kali ia jatuh.
shot0595 shot0600
Kepala Pelayan dan Gisaeng Chun merasa miris mendengar teriakan-teriakan Dam dari dalam kamar. Kepala pelayan khawatir Dam akan mati. Gisaeng Chun menghela nafas panjang.
“Kau harus bertahan. Hanya jika kau bertahan maka Seo Hwa akan hidup dan kita semua juga akan hidup,” gumam Gisaeng Chun, seakan berbicara pada Dam.
shot0601 shot0604
Seo Hwa akhirnya tak sanggup lagi berlari. Ia menyuruh adiknya melarikan diri sendirian. Yoon tidak mau. Ia lebih baik mati bersama kakaknya daripada hidup sendirian.
“Apa aku bilang aku akan mati? Aku akan bersembunyi, jadi pergilah. Jika kita terus seperti ini, kita berdua akan mati. Jadi kita harus berpisah dan menemukan cara untuk tetap hidup.”
“Tidak, aku tidak bisa meninggalkan kakak!”
shot0607 shot0606
“Kumohon, lakukan seperti apa kataku. Jika kita berdua ditangkap di sini, tidak ada seorang pun yang bisa membersihkan nama ayah. Juga demi Dam. Apa kau tak merasa bersalah padanya? Jadi pergilah sekarang. Aku hanya bisa hidup jika kau pergi. Pergilah. Sekarang!” Seo Hwa mendorong adiknya karena Yoon tak juga pergi.
“Kakak harus tetap hidup. Aku akan menemukan kakak tak peduli di manapun kakak berada. Tak peduli bagaimanapun juga, tetaplah hidup.”
Seo Hwa mengangguk. Yoon dengan berat hati pergi meninggalkan kakaknya.
shot0613 shot0618
Seo Hwa bangkit berdiri. Ia melihat cahaya obor pengejarnya semakin mendekat. Ia tahu ia pasti tertangkap. Ia mengeluarkan tusuk konde dari balik pakaiannya.
“Dam, maafkan aku. Kurasa ini adalah akhirku. Tapi setidaknya, Jung Yoon akan hidup. Tolong maafkan aku.”
Seo Hwa mengangkat tusuk kondenya. Tiba-tiba sebutir cahaya biru melintas di depan matanya. Seo Hwa terpana melihat butiran cahaya itu beterbangan di sekitarnya. Kesadarannya menghilang, tusuk konde terjatuh dari genggamannya.
shot0626 shot0629
Seo Hwa jatuh pingsan, tapi seseorang menopangnya sebelum ia jatuh ke tanah. Siapa lagi kalau bukan Wol Ryung. Wol Ryung menatap Seo Hwa yang pingsan dalam pelukannya. Pelan-pelan Seo Hwa membuka matanya menatap Wol Ryung.
“Tolong…tolong aku…” Seo Hwa kembali pingsan.
shot0659 shot0660
Para pengejar tiba-tiba melihat butiran cahaya biru yang sama beterbangan di sekita mereka. Mereka berhenti.
“Apa ini? Kunang-kunang?” tanya Jang So sambil tetap waspada.
“Bukan,” kata pemimpin mereka.
“Jika bukan kunang-kunang, lalu apa? Jangan-jangan…cahaya gaib (cahaya yang menurut legenda dipercaya sering terlihat jika ada makhluk gaib)?!” Jang So mulai takut.
“Cahaya gaib?!” yang lain ikut ketakutan.
shot0667 shot0669
Mereka lalu melihat ada sesuatu di tengah kegelapan.
“Apa kau manusia?” tanya pemimpin kelompok pada sosok itu. “Jika iya, jawab kami!”
Sosok itu hanya diam tak menjawab. Tentu saja semua semakin takut karena itu artinya sosok itu bukan manusia. Mereka bertanya-tanya apakah sosok itu harimau atau serigala. Tapi pemimpin kelompok berpendapat sosok itu bukan binatang.
shot0674 shot0675
Pemimpin kelompok yang berani, mencabut pedangnya lalu berjalan mendekati sosok itu. Tiba-tiba ia seperti menabrak dinding yang tak terlihat dan jatuh terjengkang. Pedangnya terlempar ke atas lalu jatuh menancap di tanah, tepat di antara kedua kakinya.
Wol Ryung dikelilingi oelh sinar suram hingga sosoknya mulai terlihat. Tapi para pengejar masih ragu apakah Wol Ryung manusia atau bukan.
“Keluar dari hutan ini” seru Wol Ryung dengan suara menggeram.
Pemimpin kelompok mencoba mengusir Wol Ryung. Wol Ryung menggeram marah. Matanya bersinar.
shot0681 shot0689
Ia menggerakkan tangannya. Angin bertiup kencang di sekitar mereka, menerbangkan daun-daunan kering. Tiba-tiba dedaunan kering itu membentuk wajah gumiho lengkap dengan mata yang bersinar. Para pengejar ketakutan.
“Tinggalkan gunung ini!!” Geram Wol Ryung. Ia mengerahkan kekuatannya. Daun-daunan kering membentuk aliran-aliran yang menerjang para pengejar. Para pengejar menutup telinga mereka karena tidak tahan mendengar suara berdesing yang keras. Mereka akhirnya melarikan diri.
shot0699 shot0714
Jo Gwan Woong keluar dari kamarnya sambil berteriak memanggil Gisaeng Chun. Ia tampak sangat sangat marah. O-ow…
Begitu melihat Gisaeng Chun, ia langsung menamparnya dengan keras. Gisaeng Chun tidak nampak takut.
“Ada apa ini?” tanyanya.
“Beraninya kau menipuku! Beraninya kau membodohiku dengan pelayan!”

No comments:

Post a Comment