Dream High 2 I Episode 14 I Drama-K

Sinopsis Dream High 2 Episode 14

Ri An menyusul ibunya di kantor polisi yang kelihatannya terlibat dengan kasus perdagangan tas illegal. Sebelum ibu Ri An memasuki gedung kantor polisi, Ri An sempat mencegah ibunya. Dia bertanya pada ibunya mengapa ini semua terjadi? Dia percaya bahwa ibunya tidak melakukan kesalahan. Dan meyakinkan dirinya bahwa hari ini akan segera berlalu dan ibunya akan dibebaskan. Lalu petugas polisi membawa ibu Ri An masuk ke dalam dan Ri An hanya bisa melihatnya dengan pasrah. Segera para wartawan yang tiba-tiba datang langsung menyerbu Ri An. Semua bertanya tentang kasus ibunya. Ri An hanya diam dan dia mendapatkan sms bahwa JB mengalami kecelakan.

Mendengar hal itu Ri An langsung menuju rumah sakit di mana JB dirawat dan dia menemukan Hye Sung sedang bersimpuh di depan pintu ruang operasi sambil berdoa agar JB selamat. “JB, bagaimana dia?” tanya Ri An pada Hye Sung tapi tidak ada jawaban. “Kau menangis, huh? Kau mencoba untuk menghilangkan sinarnya. Jangan pernah berkata bahwa kau menyukainya lagi! Jangan bilang kamu akan menjaganya! Lalu kenapa ini bisa terjadi? Pergi sana!” teriak Ri An. Di saat yang tepat Yoo Jin dan Guru Ji Soo datang. Yoo Jin membawa Hye Sung pergi sedangkan Guru Ji Soo menunggu di depan ruang operasi. Tak lama berselang dokter datang dan mengatakan bahwa semua baik-baik saja. Hanya salah satu kakinya mengalami masalah.

Guru Ji Soo segera menghubungi Produser Shin mengenai keadaan JB. Keadaan kaki JB yang sulit untuk berdiri tegak lagi di atas panggung. “Orang yang tidak bisa berdiri di atas panggung bukanlah seorang penyanyi.” ujar Produser Shin. “Walaupun begitu, aku berharap JB akan sembuh secepatnya.

Di lain tempat Nana dan Hong Joo sedang duduk bersama. Nana menyanyi sedangkan Hong Joo mengiringi suara Nana dengan memainkan gitar. Mereka mengingat saat-saat mereka berdua di masa lalu. Saat mereka memutuskan untuk menyudahi duet mereka, tiba-tiba Si Woo datang dan menghentikan mereka dengan nada berteriak. “Hey!” teriaknya dan itu membuat Nana dan Hong Joo menghentikan langkahnya. “Bagaimana kalian berdua bisa datang secara bersamaan? Apa yang terjadi dengan tas sekolah kalian?” tanya Si Woo dengan tak percaya menyadari persamaan pada tas yang dipakai baik Nana maupun Hong Joo.
“Tas sekolah ‘sweetheart’. Nana sendiri yang membelinya.” jawab Hong Joo senang dengan nada penuh kebanggaan karena menang satu langkah dari Si Woo.

Yoo Jin khawatir dengan keadaan Hye Sung ditambah lagi dengan sikap yang diperlihatkan Ri An pada gadis yang dicintainya itu. Lalu dia mencari di kamar Hye Sung dan menemukannya sedang duduk di bawah meja belajar dengan tatapan kosong. “JB baik-baik saja. Dia sudah bangun.” kata Yoo Jin pada Hye Sung. “Ayo menjenguknya. Aku akan menemanimu.”
Hye Sung menggelengkan kepala. “Bagaimana aku hanya bisa menangisi untuk melupakannya? Seberapapun air mataku tidak akan pernah cukup.”
“Ayo, pergi!” ajak Yoo Jin sambil menggeret tangan Hye Sung lalu menggendongnya keluar kamar.
“Turunkan aku.” kata Hye Sung. Awalnya Yoo Jin menolak, tapi akhirnya dia menurunkan Hye Sung.
“Jangan lupa dengan apa yang kau katakan dulu. Jangan bilang hanya ingin bisa menyanyikan sebuah lagu. Rasakan lagu yang dinyanyikan dan ditujukan untuk siapa lagu itu. Kenapa hal itu tidak bisa kamu lakukan sekarang?”

Ri An langsung diserbu wartawan saat baru keluar dari rumah sakit. Lalu dia memberikan pernyataan di depan media. “Meskipun aku berumur 19 tahun, tapi aku sudah menopang kebutuhan keluarga. Bukan hanya untuk menyanyikan sebuah lagu tapi juga untuk berkarir. Mendengar kasus ibuku yang menjadi berita, semua orang menyalahkannya. Aku juga sama. Aku juga sangat minta maaf mengenai skandal yang tersebar belum lama ini mengenai diriku dan JB. Biarkan sekarang semua orang khawatir karena kecelakaan yang menimpa JB. Karena sekarang ini JB sedang berbaring di kamar rumah sakit. Berharap dia akan cepat sembuh seutuhnya. Terima kasih semuanya.”

Sesampainya di kamar JB, Rian justru tiba-tiba memukul JB. JB bertanya apa yang Ri An lakukan, tapi Ri An masih tetap memukulnya. JB bertanya apa yang terjadi, Ri An juga tetap memukulnya. Lalu Ri An melempar salah satu sepatu JB yang terkena darah. “Letakkan itu dan lihatlah.” kata Ri An.
“Tidak apa-apa. Tunggu dan ini akan segera pulih kembali.” jawab JB santai mengenai kakinya.
“Sekarang cepat berdiri di hadapanku dengan sepatumu itu!” pinta Ri An dan JB hanya memandangi sepatu itu. “Aku salah. Membencimu karena kesalahanku sendiri. Katakan padaku apakah kakimu tidak sakit jika berdiri? Bagaimana dengan menari?”
“Siapa yang bilang aku tidak bisa menari lagi?” tanya JB polos dan Ri An justru tambah menangis.

Malamnya Ri An dan JB mengobrol bersama di balkon rumah sakit. “Untuk waktu yang lama aku tidak melihatmu menangis lagi seperti tadi.” kata JB membuka percakapan.
“Jangan seperti itu. Itu membuat jantungku berdetak cepat.” jawab Ri An dan JB tertawa kecil. “Sudahlah jangan tertawa karena kamu tidak sedang ingin tertawa. Sekarang bukan waktunya untuk tertawa.”
“Terluka itu tidak terlalu buruk.”
“Aku lama tidak melihatmu senyum. Sama lamanya saat tidak melihatku menangis seperti tadi.”
“Jadi ekspresi yang bagaimana?” tanya Ri An dan JB memperlihatkan ekspresi memelas dan Ri An tertawa.
“Tertawalah jika ingin tertawa, menangislah jika ingin menangis. Sekarang waktunya untukmu menulis lagumu sendiri untuk dinyanyikan.” kata JB.

Lalu mereka kembali ke kamar. Beberapa saat JB tertidur dan Ri An mencoba untuk menulis lagu sambil mengenang masa-masa dia bersama teman-temannya (Nana, Si Woo, Ailee, dan JB) yang terlihat sangat bahagia waktu itu jauh sebelum mengenal Hye Sung.

Paginya Si Woo, Nana dan Hong Joo menengok JB. Mereka semua menghiburnya. Si Woo membawakan komik dan boneka tentara lalu dia menyanyikan sebuah lagu. Sedangkan Nana dan Hong Joo menghias dinding rumah sakit dengan berbagai gambar. Nana dan JB terlihat menikmati nyanyian Si Woo sedangkan Hong Joo tidak. Setelah kedatangan teman-temannya, JB semakin bersemangat untuk mencoba berdiri dengan tegak kembali.

Di lain tempat Lee Seul sedang bermain musik dengan Ui Bong. “Kau benar-benar ingin menggunakan lagu itu dia atas panggung?” tanya Ui Bong.
“Jika tidak ingin membantu, jangan mengangguku.” kata Lee Seul. “Aku ingin belajar ke luar negeri.” lanjutnya lalu dia menemui Direktur Lee.
“Pilih tempat sekolah yang kau inginkan. Aku dan ibumu sudah menghubungi untuk membiarkannya sesuai prosedur.” kata Direktur Lee.
“Aku tanya sekali lagi, kenapa aku dibiarkan pergi?”
“Semua ini terserah padamu. Kamu pikir ini semua karenaku?”
"Selalu berpikir mengenai mimpimu di masa depan. Jangan bilang kamu tidak pernah memikirkan mimpiku sejak dulu. Seperti ini, bersama dengan ayah dalam satu sekolah.”
Guru Ahn bertanya pada semua murid lagu apa yang dipilih mereka untuk misi yang terakhir dan ditujukan kepada siapa lagu itu. Hong Joo akan menyanyikan lagu untuk Nana. Si Woo tidak mau kalah, ia juga akan bernyanyi untuk Nana.

Ui Bong akan menyanyikan lagu yang berjudul ‘Dirty Cash’. Guru Ahn heran mengapa Ui Bong memilih lagu tersebut. Ia bertanya ditujukan untuk siapa lagu itu. Ui Bong menjawab lagu itu untuk ayah Lee Seul. Seul menyikutnya karena malu. Ia bilang akan mempertimbangkan lagi lagu yang akan mereka nyanyikan.
Guru Ahn bertanya pada Yoo Jin lagu apa yang dia pilih. Yoo Jin bilang lagunya sendiri. Guru Ahn memujinya bahwa ia memang Super Idol. Lalu ia bertanya lagu itu untuk siapa. Yoo Jin bilang untuk perdamaian dunia, kerukunan manusia dan unifikasi antara Utara dan Selatan (Korut dan Korsel). Sebenarnya Yoo Jin belum memutuskan.

Lalu tinggal Ri An dan Hye Sung. (Sebenarnya Soon Dong ingin ditunjuk tapi Guru Ahn tidak menyebutnya). Hye Sung dan Ri An akan bernyanyi untuk JB. Semua heran. Nana bertanya apakah mereka akan bersaing lagi. Menurut Si Woo ini bukan kesepakatan yang bagus. Jika seseorang tahu diri dan bersedia mundur maka semua akan baik-baik saja. (Si Woo nyindir Hong Joo). Guru Ahn bertanya lagi lagu apa. Mereka berdua menjawab secara bersamaan bahwa mereka menulis sendiri lagunya.

Setelah kelas berakhir Lee Seul duduk di sebuah bangku. Direktur Lee kebetulan lewat. Dia hanya diam sambil memandangi putrinya. Menyadari kehadiran ayahnya Seul langsung berdiri dan dengan kesal menendang botol minuman kosong di depannya.

Sementara itu di ruang loker. Ri An mendatangi Hye Sung. Ia mengira Hye Sung tidak muncul di rumah sakit karena telah mengerti bahwa seharusnya ia menjauhi JB. Namun ternyata dugaannya salah. Hye Sung hanya memandangi Ri An penuh makna. Ri An tanya mengapa Hye Sung melihatnya seperti itu. Hye Sung bilang nampaknya mereka memang sudah ditakdirkan. Untuk pertama dan kedua kalinya, Ri Anlah yang akan tetap menyanyikannya. Ri An tidak mengerti maksud Hye Sung. Hye Sung hanya bilang akan menunggu.

Di kantor, Hye Sung menemui Produser Shin.
“Ini melanggar peraturan,” kata Produser Shin.
“Ngomong-ngomong Anda juga selalu mengubah peraturan. Aku juga ingin mengubahnya kali ini,” kata Hye Sung.
Produser Shin tanya mengapa Hye Sung berpikir bahwa ia akan menerima permintaan Hye Sung. Hye Sung bilang itu karena Produser Shin tidak ingin menderita kerugian dan pasti akan memilih penampilan yang terbaik. Dan bagi Hye Sung panggung tidak cocok untuknya. Produser Shin tanya lagi apa yang diinginkan Hye Sung. Hye Sung bilang ia tidak menginginkan apa-apa tapi justru ia akan mengembalikan apa yang sudah ia ambil sebelumnya.

Yoo Jin dan Ri An mendatangi sebuah warung makan. Saat masuk, Yoo Jin berpapasan dengan wanita yang memiliki warung tersebut. Mereka berdua hanya saling memandang dalam diam (sepertinya wanita itu adalah ibu kandung seperti Yoo Jin). Yoo Jin dan Ri An duduk di sebuah meja. Ri An bilang ia sangat suka makan mie, bagaimana Yoo Jin tahu hal itu (sepertinya itu warung ramen).
Ri An memesan Galguksu (mie cincang), Bibimguksu (mie dengan campuran yang beraneka rupa) dan Ddeokbokki (kue beras pedas) serta saus. Ia meminta 3 porsi. Yoo Jin heran Ri An memesan makanan sebanyak itu. Ri An bilang tidak seperti bayangan Yoo Jin, ia justru sanggup makan yang sangat banyak. Wanita tadi pergi untuk menyiapkan pesanan. Yoo Jin memandangi kepergiannya. Ri An mulai merasa bahwa Yoo Jin dan wanita tersebut saling kenal.

Setelah pesanan datang, mereka mulai makan. Ri An sangat menyukai makanannya. Ia makan dengan lahap. Wanita tadi memandangi mereka sambil tersenyum. Selesai makan Yoo Jin hendak membayarnya namun ditahan Ri An. Ia bilang ia yang akan membayar semuanya. Mereka lalu berpamitan.

Di jalan Ri An menasihati Yoo Jin bahwa ia seharusnya menyapa ibunya duluan. Menurutnya ibunya pasti sangat mengkhawatirkannya. “Masih marah atau tidak, seharusnya kau mengatakan duluan bahwa kau tidak marah dan ingin bertemu dengannya,” kata Ri An. Yoo Jin mengelak bahwa ia tidak pernah ingin bertemu ibunya.
“Di dunia ini tidak ada yang tidak butuh ibu. Betapa terlukanya dirimu, ia tetap ibumu. Adakah orang yang lebih perhatian padamu daripada ibumu sendiri?” tanya Ri An. Yoo Jin tidak bisa menjawab. Ri An meminta Yoo Jin untuk memperlakukan ibunya dengan baik jika tidak ingin menyesal di kemudian hari.

Hari penampilan untuk misi terakhir telah tiba. Ayah Hye Sung dan Hye Pung (adik Hye Sung) datang ingin menyaksikan penampilan Hye Sung. Guru Ahn menyapa mereka. Guru Ahn bilang Hye Sung telah berlatih keras. Ayah Hye Sung berterima kasih pada Guru Ahn karena telah membimbing Hye Sung. Guru Ahn merendah. Ia bilang ia belajar dari ayah Hye Sung. Guru Ahn lalu mempersilahkan mereka duduk.

Ri An menyemangati Hye Sung untuk tampil dengan baik. Hye Sung juga bilang bahwa Ri An harus tampil dengan baik. Mereka berdua tersenyum. Lalu Hye Sung pergi. Soon Dong heran melihat mereka berdua, ia menuduh Ri An merencanakan sesuatu. Ri An tidak menjawab, ia malah menawari Soon Dong permen karet untuk dikunyah. (saya gak paham maksudnya). Ri An balik menuduh bahwa Soon Dong menirunya sekarang.

Di rumah sakit. JB hendak makan. Ia mengganti sumpit dan sendok dari rumah sakit dengan sumpit dan sendok miliknya. Ia memandangi sendoknya. Ia ingat saat Hye Sung memberinya sendok dan gantian ia yang memberikannya sumpit. Ia bilang saat makan sendok dan sumpit selalu bersama. Sama seperti jarum dan benang, ia ingin mereka tidak terpisah. Hye Sung datang ke kamarnya. JB agak terkejut.
“Mengapa kau baru datang sekarang? Tahukah kau aku beberapa kali menghubungimu?,” kata JB. Ia lalu turun dari tempat tidurnya dan berusaha berjalan. Namun ia jatuh ke pelukan Hye Sung. Hye Sung bilang ia ingin minta tolong sambil menyerahkan lembar lagunya yang berjudul ‘Together’.

Sementara itu, Yoo Jin medatangi warung makan ibunya. Ia hanya melihat dari luar. Setelah ibunya menyadari kedatangannya, ia langsung pergi. Ibunya hendak menyusulnya namun ia melihat sebuah amplop di meja. Ia membukanya dan ternyata berisi tiket audisi Super Idol.

Produser Shin membuka acara.
“Inilah tempat setiap orang menunjukkan kepribadiannya. Baik panggung pertama maupun terakhir. Seperti yang saya nyatakan sebelumnya, tidak akan ada audisi lagi. Hari ini, dengan semua yang kalian punya, ekspresikan diri kalian, tampilkan dirimu sesuai isi hatimu.”
Sementara itu, ibu Yoo Jin bimbang. Ia melihat jam. Namun terlihat ia melanjutkan pekerjaannya.
“Konsep untuk misi hari ini adalah, sebuah lagu untuk seseorang. Aku akan melihat penampilan audisi setiap orang. Untuk siapa, tipe lagu seperti apa dan panggung yang ditampilkan. Hari ini adalah panggung terakhir. Para murid di ruang tunggu semuanya sangat gugup. Tolong berikan sambutan untuk mereka,” kata Produser Shin. Semua penonton bertepuk tangan.

Penampilan pertama Lee Seul dan Ui Bong. Sebelum bernyanyi Lee Seul mengucapkan sesuatu.
“Lagu ini aku persembahkan untuk orang yang paling kubenci di dunia ini,” kata Lee Seul. “Dia gila,” gerutu Ui Bong. Ui Bong lupa bahwa ia sudah memakai mic. Ia lalu memutar micnya. Penonton heran mendengarnya.
“Aku selalu ingin tahu. Orang yang aku sukai, mengapa selalu memilih sesuatu yang selalu kubenci. Tetapi aku tidak tahu sejak kapan, aku menjadi mengerti bahwa aku menjadi sepertinya. Aku telah memilih sesuatu yang dia benci.” Guru Ji Soo menahan tawa mendengarnya. Sedangkan Direktur Lee merasa tersindir.
“Aku juga mengerti ungkapan ‘Semakin kau benci maka semakin kau menjadi sama sepertinya’. Beberapa bulan ini kuhabiskan waktu bersamanya di sekolah ini. Bagiku ini sangat sulit dan penuh tekanan. Semua temanku juga membencinya.” Penonton penasaran siapa yang dimaksud Lee Seul.
“Bagaimanapun juga aku berterima kasih padanya karena aku telah menemukan banyak teman yang baik. Jadi aku sedikit menyukainya.” Ui Bong, Hong Joo dan Soon Dong tersenyum.
“Ayah. Seharusnya kau tidak terlalu serius dalam bekerja. Pergilah dan bertemu dengan beberapa teman, seperti yang kau lakukan sebelumnya.” Guru Ahn heran apakah orangtua Lee Seul datang.

Lee Seul dan Ui Bong bernyanyi. Semua menikmatinya. Direktur Lee mengingat saat-saat bersama putrinya. Ditengah-tengah bernyanyi, Lee Seul mengambil sebuah balon. (Balonnya ada tulisannya mian..g tahu artinya apa tapi sepertinya tentang grup Milky Way, grupnya Kepala Sekolah Jung Wan dan Direktur Lee dulu). Ia lalu mendatangi Direktur Lee. Direktur Lee dengan malu-malu menerima balonnya. Guru Ji Soo dan Kepala Sekolah Jung Wan menahan tawa. Sedangkan yang lain sangat terkejut termasuk Guru Ahn dan Guru Ji Man. Mereka tidak menyangka bahwa Direktur Lee adalah ayah Seul.
“Wow..Milky Way. Kau harus bahagia, putrimu sendiri adalah penggemarmu,” kata Kepala Sekolah Jung Wan pada Direktur Lee yang duduk di depannya. Menurutnya audisi kali ini sangat menarik. Guru Ji Soo membenarkan. Ia meminta Direktur Lee tersenyum. Direktur Lee pun tersenyum.

Giliran Ri An tampil namun Guru Ahn dan Guru Ji Man tidak menemukannya di mana-mana. Hye Sung meminta untuk tampil dulu. Guru Ahn mengiyakan.
Ibu Ri An datang memakai kacamata hitam. Ia berjalan di deretan kursi dan tidak sengaja menginjak kaki penonton yang lain. Ia minta maaf. Penonton yang diinjak kakinya mengenalinya sebagai ibu Ri An. Ibu Ri An senang mendengarnya karena ia merasa terkenal. Namun seketika ia kecewa karena penonton tadi bilang ia kenal karena dirinya terlibat kasus. Dan ternyata ibu Yoo Jin juga hadir.

Hye Sung berdiri di panggung. Hye Pung senang melihatnya sampai ia bangkit dari kursi. “Itu Unni..Unni..” Ayahnya menyuruhnya duduk. “Unni harus menjadi juara pertama. Aja..aja!”kata Hye Pung. Sedangkan ayahnya berdoa untuk Hye Sung.
“Betapapun aku kesepian dan mempunyai saat-saat yang sulit, ada seorang teman yang memberiku kekuatan. Dan sekarang dia kesepian dan dalam keadaan yang sulit,” kata Hye Sung.

Terlihat JB yang sedang menghafal lagu di rumah sakit. Seseorang bertanya apakah teman duetnya belum datang. JB bilang kemungkinan temannya terlambat datang jadi ia akan menyanyi sendirian.
“Bagaimanapun juga dia hampir kehilangan mimpinya karena aku. Sekarang saatnya aku membantunya untuk meraih mimpinya kembali. Teman yang membantuku menemukan mimpiku mungkin lebih berharga dariku. Juga ada teman yang lain yang mengkhawatirkannya (Ri An maksudnya). Jadi aku memutuskan untuk memberikan panggung ini.”

Semua heran mendengarnya. Hye Pung tanya apakah kakaknya tidak bernyanyi. Produser Shin hanya tersenyum. Hye Sung menampilkan sebuah layar. Di sana terlihat sebuah acara yang diadakan di rumah sakit untuk menghibur para pasien. MC acara tersebut membuka acara dan mengumumkan bahwa akan ada idol terkenal yaitu JB yang akan tampil di acara tersebut.

“Lagu yang akan kunyanyikan berjudul ‘Together’. Aku kira aku akan menyanyikannya bersama temanku tapi sepertinya ia tidak datang. Atas nama temanku, aku akan menyanyikannya.”
JB mulai menyanyi. Setelah satu bait dinyanyikan tiba-tiba terdengar suara Ri An bernyanyi. JB terkejut dengan kedatangan Ri An. Semua penonton di tempat audisi juga terkejut melihatnya termasuk ibu Ri An.

Saat JB bernyanyi ada perawat yang merekamnya lewat hp. Semua menikmatinya bahkan Guru Ahn dan Guru Ji Man tidak sadar telah berpegangan tangan. Ibu Ri An melihatnnya bangga dan terharu. Hye Sung sampai meneteskan air mata. Saat lagu berakhir semua bertepuk tangan.

Hye Pung agak kecewa karena unninya tidak bernyanyi. Ayah Hye Sung bilang unni adalah seorang composer/pencipta lagu. “Tunggu, jika Hye Sung melakukan ini maka...” Kepala Sekolah belum melanjutkan kalimatnya. “Itu sama saja dengan memberikan kesempatannya pada JB.” Guru Ji Soo melanjutkan kalimatnya.
“Tidak menarik jika selalu mengikuti rencana,” kata Direktur Lee menanggapi percakapan Kepala Sekolah dan Ji Soo. Kepala Sekolah tanya apa Direktur Lee sudah tahu dari awal. “Akan lebih menarik jika tidak mengetahuinya,” jawab Direktur Lee.
Produser Shin tersenyum. Ia mengingat percakapannya dengan Hye Sung.

---Flashback---
“Apa yang kau inginkan?”
“Cara Produser Shin berbeda dengan caraku. Aku tidak menginginkan apa-apa. Aku hanya mengembalikan apa yang sudah aku ambil.”
“Jadi kesempatanmu berdiri di panggung akan kau berikan pada JB?”
“Ya,” jawab Hye Sung yakin. Produser Shin hanya tersenyum.

Saat Ri An bersama Hye Sung. Hye Sung memandang Ri An penuh makna.
“Mengapa kau memandangku seperti itu?”
“Sepertinya kita memang telah ditakdirkan.”
“Apa?”
“Baik yang pertama maupun yang kedua kaulah yang akan menyanyikannya.”
“Apa maksudmu?”
“Aku akan menunggu,” kata Hye Sung sambil menyerahkan lembar lagunya. Ri An menerimanya. Ia melihat lembaran lagu itu. Ia memandang Hye Sung dengan tatapan tidak mengerti.
“Tolong. Nyanyikan ini bersama JB.”
“Bukankah JB sudah dieliminasi? Bagaimana bisa?”
“Bukankah aku sudah bilang sebelumnya? Aku akan melindungi JB.”

Saat JB dan Hye Sung di rumah sakit. Mereka mendatangi tempat di mana acara hiburan untuk pasien akan diadakan.
“Kau tidak pernah bilang sebelumnya, sekarang kau ingin duet? Di panggung ini?”
Hye Sung mengangguk. JB mengambil lembaran lagu dari Hye Sung.
“Ini tidak gratis.” Hye Sung menatap tidak mengerti. “Bukankah aku artis?” kata JB. Hye Sung tersenyum.
“Jika aku menyanyikan lagu ini bersamamu maka kau harus sering membelikanku makanan dan minta paman mengirimkan banyak apel. Kau harus melakukan apa kataku.” Hye Sung mengangguk setuju sambil menangis. “Aku tahu. Aku hanya akan bernyanyi dan melakukannya dengan baik. Jadi, jangan menangis! Berhentilah!” kata JB sambil menghapus air mata Hye Sung.