Nana merasa Hong Joo bereaksi terlalu berlebihan. Namun dia menurut checkup ke rumah sakit.
Di rumah sakit Nana melihat Siwoo sedang merayu perawat wanita di sana. Nana yang kesal berteriak, “Hei!” Dia terbatuk.
Siwoo melihat ke arah Nana, “Oh, apa yang membuatmu ke sini?’ Dia melihat-lihat ke arah apa yang dibawa Nana, “Kau ke sini dengan tangan kosong?”
Nana berbicara melalui Notes (buku saku), “Kerongkonganku sedang sakit. Aku disarankan untuk diam saat ini. Aku harus menjaga suaraku.”
Siwoo melihatnya, “Pergilah ke rumah sakit.” Dia lalu teringat, “Oh, di sini rumah sakit ya.”
Nana kembali menuliskan, “Dikeluarkan atau apapun itu… Itu rumor palsu ‘kan?”
Siwoo : “Kau punya banyak ketertarikan untuk urusan orang lain. Cobalah untuk secuek Ri An, meski hanya separuh sifatnya. Hidupmu akan menjadi lebih nyaman.”
Ri An : “Mohon lagi pada Direktur Lee.”
Siwoo malas, “Lupakan. Aku sakit lama berada di rumah sakit. Kapanpun sesuatu terjadi, mereka menempatkan kita di rumah sakit. Haruskah aku melarikan diri?” Dia masih sempat-sempatnya bercanda. (Aku suka karakter Siwoo. :)
Nana menendang kakinya. Siwoo kesakitan, “Ah, kenapa? Kenapa? Apa?”
Nana akhirnya bersuara, “Itu karena aku memang khawatir. Kenapa!” Dia bergegas beranjak pergi.
Siwoo masih berniat mengusiknya, “Scarf itu milikku.” Menunjuk ke arah scarf yang dikenakan Nana di lehernya.
Nana menunjuk ke arah lehernya yang sedang sakit, dia pun cuek berlalu, meninggalkan Siwoo yang masih berteriak minta scarf nya dikembalikan. Hahaha.
Hye Sung mengejar Ri An dan mengatakan bahwa dia ingin mensupport Ri An sesuai apa yang dikatakan Ri An sebelumnya. Ri An cuek saja. Hye Sung menanyakan Ri An akan kemana karena mereka harus berlatih. Ri An menjadi marah, “Aku bahkan tidak dapat keluar sebagaimana aku ingin? Kau latihan saja. Kita akan menggabungkannya di saat hari pertunjukan.”
Hye Sung : “Kita duet kan?”
Ri An menekankan sebaliknya. Kemampuan mereka tidak seimbang untuk melakukan pertunjukan bersama atau tidak.
Hye Sung bertanya, “Lalu kenapa kau mengajakku untuk menjadi pertnermu?”
Ri An : “Aku tidak tahu kemampuanmu seburuk ini.” Dia pun berlalu meninggalkan Hye Sung.
Yoo Jin sedang di panggung ruang latihan, dia memegang bola dan menari dengan bola sebagaimana yang pernah dilihatnya dilakukan JB dengan indah. Namun dia melakukannya dengan kaku, bahkan bolanya terlepas darinya dan ditahan oleh kaki Hye Sung.
Hye Sung datang masih dengan balon yang ditiupnya.
Yoo Jin : “Stalker, pass bolanya.” Yoo Jin menunjuk ke arah bola di kaki Hye Sung.
Hahaha. Hye Sung punya julukan dari Yoo Jin.
Hye Sung yang kesal menendang bola itu, “Kau.. Kenapa? Kau meniup balon-balon itu dan berharap itu terbang mengelilingi JB?”
Hye Sung kesal dan mengatakan, “Aku melatih pernafasanku.”
Yoo Jin : “Kau berlatih pernafasan dengan cara yang aneh. Itu membuatmu terlihat seperti meraup roti besar.” Dia mempraktekkannya. Hahaha, Yoo Jin lucu.
Yoo Jin : “Kenapa kau tidak berlatih saja?”
Hye Sung yang masih kesal makin memperbesar balon yang ditiupnya dan mendekati Yoo Jin. Yoo Jin yang kaget berteriak, “Apa itu? Pergi sana!” Terlihat seperti Yoo Jin ketakutan dengan balon.
Hye Sung yang merasa Yoo Jin takut balon semakin mengusilinya, “Jangan-jangan.. Kau takut dengan benda ini?”
Yoo Jin membantahnya, namun menghindarinya. Melihat hal itu, Hye Sung semakin mendekati Yoo Jin dengan balonnya, hingga balon itu meledak, Yoo Jin berteriak ketakutan atau kaget.
Hye Sung menertawakannya, “Hahaha, apa yang kau takutkan dengan ini?”
Yoo Jin berkilah, “Aku tidak takut, aku hanya tidak menyukainya.”
Hye Sung melanjutkan, “Hahaha, JB harus melihat ini.”
Yoo Jin menyarankan, “Kau hanya lanjutkan latihan bernyanyi. Itu akan lebih efektif daripada meniup balon.”
Hye Sung membantahnya, “Ngga mau. Aku akan terus meniup beberapa balon.” Bernada bercanda dengan Yoo Jin.
Saat dia akan meniupkan balonnya, Yoo Jin mendekatkan bola yang dipegangnya didekat Hye Sung. Balon Hye Sung terbang terlepas. Dengan bola yang dipegangnya, Yoo Jin menggerakkan bola sebagaimana yang telah dipraktekkannya, berhadapan dengan Hye Sung. Yoo Jin terlihat seolah sedang menari dengan bola. Indah.
Hye Sung terpana dengan gerakan Yoo Jin menari dengan bola, “Kau. Tarianmu berkembang pesat.” Dia merasa sedih, lanjutnya, “Aku juga harus lanjut berlatih.” Dia mengambil balonnya dan akan meniupkannya. Namun, gagal. Sepertinya pipinya kesakitan karena terlalu banyak meniup balon. Selain itu, perutnya bunyi.
Yoo Jin melihatnya penuh arti, dia menyentuh pundak Hye Sung,“Menyanyi, dilakukan setelah makan.”
Mereka makan di sebuah restoran milik Kepala sekolah Jung Wan yang menjual ayam goreng.
Yoo Jin memesan banyak ayam goreng. Saat dia memesan sesuatu, Kepala sekolah Jung Wan memberikannya dengan kasar, “Kau ambil saja sendiri, Bos di sini sibuk, Oke.”
Yoo Jin masih saja mengganggu Kepala sekolah Jung Wan, “Apa kau mengatakan padaku untuk mulai menggoreng ayam sendiri?”
Kepala sekolah Jung Wan : “Kau bertingkah seperti brengsek.”
Dasar Yoo Jin yang usil, dia menambahkan, “Kurasa kau memiliki kemampuan lebih dalam menggoreng ayam daripada menjadi seorang kepala sekolah.”
Hye Sung tertawa, dia membalas Yoo Jin dengan mengatakan, “Hei, kau sendiri memiliku kemampuan lebih saat bermain basket ketimbang menyanyi.”
Yoo Jin membalas, “Kau terlihat memiliki kemampuan lebih saat makan.”
Hahaha.
Hye Sung memuji ayam goreng buatan Guru Jung Wan.
Beliau rupanya mulai bosan, “Kalian benar-benar tidak pergi?”
Yoo Jin dan Hye Sung terdiam, Yoo Jin malah mengusulkan untuk memesan cola, keduanya lalu menyebutkan, “Cola.. Cola.”
Kepala sekolah Jung Wan semakin kesal, dia membelikan mereka Cola, namun segera membereskan makanan yang disajikan di meja mereka. Beliau mengusir mereka.
Yoo Jin : “Bagaimana kau bisa mengusir pelangganmu?” Dia tetap berniat beranjak pergi dengan membawa bungkusan Cola yang tadi sudah dibelikan. Namun langkahnya tertahan, Kepala sekolah Jung Wan menagih bayaran atas pesanan mereka. Yoo Jin berkilah, aku sudah berhutang $ 10000, apa bedanya dengan menambahkan $ 20 lagi. Hahaha.
Sepanjang perjalanan kembali ke asrama, Yoo Jin melatih gerakannya menari dengan bola. Hye Sung menanyakan hubungan Yoo Jin dengan Kepala sekolah Jung Wan yang dinilainya sangat dekat.
Yoo Jin tidak menjawabnya, dia lalu berpikir dan meminta bantuan Hye Sung karena dia telah mentraktirnya makan malam.
Yaitu, merekam selama JB latihan.
Dengan senang hati Hye Sung melakukannya.
Hye Sung merekam video selama JB latihan dance dan video itu kemudian dipelajari Yoo Jin.
Hye Sung juga giat berlatih vokal dengan memainkan piano. Sementara Ri An hanya duduk termenung di kamarnya.
JB terus berlatih, Yoo Jin yang berlatih mengikuti gerakan JB hasil rekaman merasa cukup kesulitan.
Hingga akhirnya saat yang ditunggu-tunggu pun tiba.
Pertunjukan untuk keseluruhan siswa, guru Ji Soo sebagai MC mengatakan bahwa mereka semua hingga akhir pertunjukan ini adalah bintang. Setiap dari mereka diminta berjalan dengan penuh kebanggaan dan percaya diri bersama partnernya turun ke arah panggung pentas.
Satu persatu mereka turun layaknya melewati Red Carpet. Banyak kamera yang akan memotret mereka. Mereka berpose di depan stadium stage dan melenggang bak selebriti dunia.
Tidak terkecuali JB dan Yoo Jin, Nana dan Hong Joo, Ailee dan Soon Dong, hingga hanya tinggal Hye Sung karena Ri An tidak terlihat. Akhirnya, atas instruksi guru Ji Soo, Hye Sung berjalan sendiri melewati Red Carpet.
Saat di stage, banyak yang mengenalnya dan JB dipotret sendiri lebih dulu karena tiba di stage lebih dahulu dari Yoo Jin. Yoo Jin pun hanya berjalan melewati stage melewati depan JB tanpa berpose di stage. Hye Sung yang berjalan sendirian di Red Carpet, nyaris tersandung ujung karpet saat akan berdiri di stage dan dipotret.
Direktur Lee menyampaikan wejangannya, bagaimana perasaan mereka saat berjalan di atas Red Carpet dihadapan ratusan orang yang berniat mengambil gambar mereka. Dia juga bertanya berapa orang diantara mereka yang memiliki keyakinan mampu mencapai puncak tertinggi, “30 orang? 10 orang? Aku hanya ingin mengatakan Berhenti Bermimpi. Jika kau ingin merealisasikan mimpimu, maka kau harus berhenti berkhayal.” Untuk mengawalinya, dia akan menghentikan pemikiran untuk sekedar memberikan pertunjukan semester ini, “Berpikirlah tentang audisi.”
Semua siswa terdiam. Hye Sung mengeluh, dia dan Ri An bahkan belum pernah berlatih bersama-sama sekali.
Direktur Lee : “Satu misi yang keras? Satu dari dua orang tiap tim akan didiskualifikasi sesuai kemampuannya.” Hye Sung tercenung.
Yoo Jin melihat dingin ke arah Direktur Lee, sementara JB melihat ke arah Yoo Jin dengan penuh keyakinan.
Direktur Lee melanjutkan, “Partner yang telah menjadi temanmu hingga kemarin. Hari ini, orang itu akan menjadi rivalmu.”
Dia menekankan, “Orang-orang yang berhasil tersebut akan dinilai melalui penampilan dan bakatnya hingga diperoleh seorang yang mampu bertahan hingga akhir. Orang tersebut akan menjadi super idol.”katanya. Dia pun menjanjikan seseorang yang berhasil menjadi idol tersebut akan berdiri di seluruh panggung dimanapun seluruh dunia. Kepala sekolah Jung Wan hanya mampu terdiam mendengarkan penuturan dan rencana Direktur Lee Kang Chul.
Dengan gelisah Hye Sung menunggu kabar keberadaan Ri An di ruang rias. Hingga akhirnya Ri An muncul.
Hye Sung menanyakan alasan keterlambatan Ri An dan mengajaknya berbicara.
Hye Sung khawatir akan apa yang akan mereka tampilkan dalam pertunjukan itu, dia menyalahkan mereka yang tidak sempat berlatih bersama. Dengan santai Ri An mengatakan bahwa Hye Sung cukup melakukan apa yang menurutnya baik. Ri An mengatakan, “Bahkan bila pernafasanmu seimbang atau tidak denganku, apa itu berpengaruh?” Hye Sung terhenyak. Ri An melanjutkan, “Jika kau melakukannya dengan baik, maka kau yang akan menang. Bukankah begitu?”
Hye Sung mengingat awal Ri An mengajak berduet dengannya. Dia akhirnya menyadari alasan Ri An memilihnya, bukan karena Ri An merasa nyaman seperti yang pernah diungkapkannya sebelumnya, melainkan karena penilaian Ri An bahwa Hye Sung merupakan lawan yang mudah.
Hye Sung menduga Ri An sudah mengetahui rencana direktur Lee akan seperti ini.
Hye Sung merasa terpukul dan kecewa baru menyadari, “Kau, sudah tahu itu kan? Itu bukan mengenai dua orang menjadi satu tim, tetapi satu atau lainnya akan saling menjatuhkan. Kau tahu itu dan baru bertanya padaku untuk melakukannya denganmu.”
Meski terlihat mulai bersimpati Ri An mengatakan, “Kenapa? Apakah itu menyakitkan?”
Hye Sung : “Apa aku sedemikian mudah?”
Ri An : “Kau yang mengusikku lebih dulu.” Hye Sung tidak mengerti. Ri An melanjutkan, “Aku bahkan belum latihan sama sekali, tapi kau terlihat lebih sering latihan dibandingkan aku. Kurasa kau hanya butuh untuk menyalahkan aku.”
Hye Sung merasa tertantang, “Seperti yang kau katakan, sementara kau bersantai aku giat berlatih. Aku akan pastikan untuk menantangmu. Aku janji.”
Ri An : “Sangat menyentuh. Di panggung itu, aku seorang profesional dan kau bukan apa-apa
Di rumah sakit Nana melihat Siwoo sedang merayu perawat wanita di sana. Nana yang kesal berteriak, “Hei!” Dia terbatuk.
Siwoo melihat ke arah Nana, “Oh, apa yang membuatmu ke sini?’ Dia melihat-lihat ke arah apa yang dibawa Nana, “Kau ke sini dengan tangan kosong?”
Nana berbicara melalui Notes (buku saku), “Kerongkonganku sedang sakit. Aku disarankan untuk diam saat ini. Aku harus menjaga suaraku.”
Siwoo melihatnya, “Pergilah ke rumah sakit.” Dia lalu teringat, “Oh, di sini rumah sakit ya.”
Nana kembali menuliskan, “Dikeluarkan atau apapun itu… Itu rumor palsu ‘kan?”
Siwoo : “Kau punya banyak ketertarikan untuk urusan orang lain. Cobalah untuk secuek Ri An, meski hanya separuh sifatnya. Hidupmu akan menjadi lebih nyaman.”
Ri An : “Mohon lagi pada Direktur Lee.”
Siwoo malas, “Lupakan. Aku sakit lama berada di rumah sakit. Kapanpun sesuatu terjadi, mereka menempatkan kita di rumah sakit. Haruskah aku melarikan diri?” Dia masih sempat-sempatnya bercanda. (Aku suka karakter Siwoo. :)
Nana menendang kakinya. Siwoo kesakitan, “Ah, kenapa? Kenapa? Apa?”
Nana akhirnya bersuara, “Itu karena aku memang khawatir. Kenapa!” Dia bergegas beranjak pergi.
Siwoo masih berniat mengusiknya, “Scarf itu milikku.” Menunjuk ke arah scarf yang dikenakan Nana di lehernya.
Nana menunjuk ke arah lehernya yang sedang sakit, dia pun cuek berlalu, meninggalkan Siwoo yang masih berteriak minta scarf nya dikembalikan. Hahaha.
Hye Sung mengejar Ri An dan mengatakan bahwa dia ingin mensupport Ri An sesuai apa yang dikatakan Ri An sebelumnya. Ri An cuek saja. Hye Sung menanyakan Ri An akan kemana karena mereka harus berlatih. Ri An menjadi marah, “Aku bahkan tidak dapat keluar sebagaimana aku ingin? Kau latihan saja. Kita akan menggabungkannya di saat hari pertunjukan.”
Hye Sung : “Kita duet kan?”
Ri An menekankan sebaliknya. Kemampuan mereka tidak seimbang untuk melakukan pertunjukan bersama atau tidak.
Hye Sung bertanya, “Lalu kenapa kau mengajakku untuk menjadi pertnermu?”
Ri An : “Aku tidak tahu kemampuanmu seburuk ini.” Dia pun berlalu meninggalkan Hye Sung.
Yoo Jin sedang di panggung ruang latihan, dia memegang bola dan menari dengan bola sebagaimana yang pernah dilihatnya dilakukan JB dengan indah. Namun dia melakukannya dengan kaku, bahkan bolanya terlepas darinya dan ditahan oleh kaki Hye Sung.
Hye Sung datang masih dengan balon yang ditiupnya.
Yoo Jin : “Stalker, pass bolanya.” Yoo Jin menunjuk ke arah bola di kaki Hye Sung.
Hahaha. Hye Sung punya julukan dari Yoo Jin.
Hye Sung yang kesal menendang bola itu, “Kau.. Kenapa? Kau meniup balon-balon itu dan berharap itu terbang mengelilingi JB?”
Hye Sung kesal dan mengatakan, “Aku melatih pernafasanku.”
Yoo Jin : “Kau berlatih pernafasan dengan cara yang aneh. Itu membuatmu terlihat seperti meraup roti besar.” Dia mempraktekkannya. Hahaha, Yoo Jin lucu.
Yoo Jin : “Kenapa kau tidak berlatih saja?”
Hye Sung yang masih kesal makin memperbesar balon yang ditiupnya dan mendekati Yoo Jin. Yoo Jin yang kaget berteriak, “Apa itu? Pergi sana!” Terlihat seperti Yoo Jin ketakutan dengan balon.
Hye Sung yang merasa Yoo Jin takut balon semakin mengusilinya, “Jangan-jangan.. Kau takut dengan benda ini?”
Yoo Jin membantahnya, namun menghindarinya. Melihat hal itu, Hye Sung semakin mendekati Yoo Jin dengan balonnya, hingga balon itu meledak, Yoo Jin berteriak ketakutan atau kaget.
Hye Sung menertawakannya, “Hahaha, apa yang kau takutkan dengan ini?”
Yoo Jin berkilah, “Aku tidak takut, aku hanya tidak menyukainya.”
Hye Sung melanjutkan, “Hahaha, JB harus melihat ini.”
Yoo Jin menyarankan, “Kau hanya lanjutkan latihan bernyanyi. Itu akan lebih efektif daripada meniup balon.”
Hye Sung membantahnya, “Ngga mau. Aku akan terus meniup beberapa balon.” Bernada bercanda dengan Yoo Jin.
Saat dia akan meniupkan balonnya, Yoo Jin mendekatkan bola yang dipegangnya didekat Hye Sung. Balon Hye Sung terbang terlepas. Dengan bola yang dipegangnya, Yoo Jin menggerakkan bola sebagaimana yang telah dipraktekkannya, berhadapan dengan Hye Sung. Yoo Jin terlihat seolah sedang menari dengan bola. Indah.
Hye Sung terpana dengan gerakan Yoo Jin menari dengan bola, “Kau. Tarianmu berkembang pesat.” Dia merasa sedih, lanjutnya, “Aku juga harus lanjut berlatih.” Dia mengambil balonnya dan akan meniupkannya. Namun, gagal. Sepertinya pipinya kesakitan karena terlalu banyak meniup balon. Selain itu, perutnya bunyi.
Yoo Jin melihatnya penuh arti, dia menyentuh pundak Hye Sung,“Menyanyi, dilakukan setelah makan.”
Mereka makan di sebuah restoran milik Kepala sekolah Jung Wan yang menjual ayam goreng.
Yoo Jin memesan banyak ayam goreng. Saat dia memesan sesuatu, Kepala sekolah Jung Wan memberikannya dengan kasar, “Kau ambil saja sendiri, Bos di sini sibuk, Oke.”
Yoo Jin masih saja mengganggu Kepala sekolah Jung Wan, “Apa kau mengatakan padaku untuk mulai menggoreng ayam sendiri?”
Kepala sekolah Jung Wan : “Kau bertingkah seperti brengsek.”
Dasar Yoo Jin yang usil, dia menambahkan, “Kurasa kau memiliki kemampuan lebih dalam menggoreng ayam daripada menjadi seorang kepala sekolah.”
Hye Sung tertawa, dia membalas Yoo Jin dengan mengatakan, “Hei, kau sendiri memiliku kemampuan lebih saat bermain basket ketimbang menyanyi.”
Yoo Jin membalas, “Kau terlihat memiliki kemampuan lebih saat makan.”
Hahaha.
Hye Sung memuji ayam goreng buatan Guru Jung Wan.
Beliau rupanya mulai bosan, “Kalian benar-benar tidak pergi?”
Yoo Jin dan Hye Sung terdiam, Yoo Jin malah mengusulkan untuk memesan cola, keduanya lalu menyebutkan, “Cola.. Cola.”
Kepala sekolah Jung Wan semakin kesal, dia membelikan mereka Cola, namun segera membereskan makanan yang disajikan di meja mereka. Beliau mengusir mereka.
Yoo Jin : “Bagaimana kau bisa mengusir pelangganmu?” Dia tetap berniat beranjak pergi dengan membawa bungkusan Cola yang tadi sudah dibelikan. Namun langkahnya tertahan, Kepala sekolah Jung Wan menagih bayaran atas pesanan mereka. Yoo Jin berkilah, aku sudah berhutang $ 10000, apa bedanya dengan menambahkan $ 20 lagi. Hahaha.
Sepanjang perjalanan kembali ke asrama, Yoo Jin melatih gerakannya menari dengan bola. Hye Sung menanyakan hubungan Yoo Jin dengan Kepala sekolah Jung Wan yang dinilainya sangat dekat.
Yoo Jin tidak menjawabnya, dia lalu berpikir dan meminta bantuan Hye Sung karena dia telah mentraktirnya makan malam.
Yaitu, merekam selama JB latihan.
Dengan senang hati Hye Sung melakukannya.
Hye Sung merekam video selama JB latihan dance dan video itu kemudian dipelajari Yoo Jin.
Hye Sung juga giat berlatih vokal dengan memainkan piano. Sementara Ri An hanya duduk termenung di kamarnya.
JB terus berlatih, Yoo Jin yang berlatih mengikuti gerakan JB hasil rekaman merasa cukup kesulitan.
Hingga akhirnya saat yang ditunggu-tunggu pun tiba.
Pertunjukan untuk keseluruhan siswa, guru Ji Soo sebagai MC mengatakan bahwa mereka semua hingga akhir pertunjukan ini adalah bintang. Setiap dari mereka diminta berjalan dengan penuh kebanggaan dan percaya diri bersama partnernya turun ke arah panggung pentas.
Satu persatu mereka turun layaknya melewati Red Carpet. Banyak kamera yang akan memotret mereka. Mereka berpose di depan stadium stage dan melenggang bak selebriti dunia.
Tidak terkecuali JB dan Yoo Jin, Nana dan Hong Joo, Ailee dan Soon Dong, hingga hanya tinggal Hye Sung karena Ri An tidak terlihat. Akhirnya, atas instruksi guru Ji Soo, Hye Sung berjalan sendiri melewati Red Carpet.
Saat di stage, banyak yang mengenalnya dan JB dipotret sendiri lebih dulu karena tiba di stage lebih dahulu dari Yoo Jin. Yoo Jin pun hanya berjalan melewati stage melewati depan JB tanpa berpose di stage. Hye Sung yang berjalan sendirian di Red Carpet, nyaris tersandung ujung karpet saat akan berdiri di stage dan dipotret.
Direktur Lee menyampaikan wejangannya, bagaimana perasaan mereka saat berjalan di atas Red Carpet dihadapan ratusan orang yang berniat mengambil gambar mereka. Dia juga bertanya berapa orang diantara mereka yang memiliki keyakinan mampu mencapai puncak tertinggi, “30 orang? 10 orang? Aku hanya ingin mengatakan Berhenti Bermimpi. Jika kau ingin merealisasikan mimpimu, maka kau harus berhenti berkhayal.” Untuk mengawalinya, dia akan menghentikan pemikiran untuk sekedar memberikan pertunjukan semester ini, “Berpikirlah tentang audisi.”
Semua siswa terdiam. Hye Sung mengeluh, dia dan Ri An bahkan belum pernah berlatih bersama-sama sekali.
Direktur Lee : “Satu misi yang keras? Satu dari dua orang tiap tim akan didiskualifikasi sesuai kemampuannya.” Hye Sung tercenung.
Yoo Jin melihat dingin ke arah Direktur Lee, sementara JB melihat ke arah Yoo Jin dengan penuh keyakinan.
Direktur Lee melanjutkan, “Partner yang telah menjadi temanmu hingga kemarin. Hari ini, orang itu akan menjadi rivalmu.”
Dia menekankan, “Orang-orang yang berhasil tersebut akan dinilai melalui penampilan dan bakatnya hingga diperoleh seorang yang mampu bertahan hingga akhir. Orang tersebut akan menjadi super idol.”katanya. Dia pun menjanjikan seseorang yang berhasil menjadi idol tersebut akan berdiri di seluruh panggung dimanapun seluruh dunia. Kepala sekolah Jung Wan hanya mampu terdiam mendengarkan penuturan dan rencana Direktur Lee Kang Chul.
Dengan gelisah Hye Sung menunggu kabar keberadaan Ri An di ruang rias. Hingga akhirnya Ri An muncul.
Hye Sung menanyakan alasan keterlambatan Ri An dan mengajaknya berbicara.
Hye Sung khawatir akan apa yang akan mereka tampilkan dalam pertunjukan itu, dia menyalahkan mereka yang tidak sempat berlatih bersama. Dengan santai Ri An mengatakan bahwa Hye Sung cukup melakukan apa yang menurutnya baik. Ri An mengatakan, “Bahkan bila pernafasanmu seimbang atau tidak denganku, apa itu berpengaruh?” Hye Sung terhenyak. Ri An melanjutkan, “Jika kau melakukannya dengan baik, maka kau yang akan menang. Bukankah begitu?”
Hye Sung mengingat awal Ri An mengajak berduet dengannya. Dia akhirnya menyadari alasan Ri An memilihnya, bukan karena Ri An merasa nyaman seperti yang pernah diungkapkannya sebelumnya, melainkan karena penilaian Ri An bahwa Hye Sung merupakan lawan yang mudah.
Hye Sung menduga Ri An sudah mengetahui rencana direktur Lee akan seperti ini.
Hye Sung merasa terpukul dan kecewa baru menyadari, “Kau, sudah tahu itu kan? Itu bukan mengenai dua orang menjadi satu tim, tetapi satu atau lainnya akan saling menjatuhkan. Kau tahu itu dan baru bertanya padaku untuk melakukannya denganmu.”
Meski terlihat mulai bersimpati Ri An mengatakan, “Kenapa? Apakah itu menyakitkan?”
Hye Sung : “Apa aku sedemikian mudah?”
Ri An : “Kau yang mengusikku lebih dulu.” Hye Sung tidak mengerti. Ri An melanjutkan, “Aku bahkan belum latihan sama sekali, tapi kau terlihat lebih sering latihan dibandingkan aku. Kurasa kau hanya butuh untuk menyalahkan aku.”
Hye Sung merasa tertantang, “Seperti yang kau katakan, sementara kau bersantai aku giat berlatih. Aku akan pastikan untuk menantangmu. Aku janji.”
Ri An : “Sangat menyentuh. Di panggung itu, aku seorang profesional dan kau bukan apa-apa
"Bersambung"
No comments:
Post a Comment