*Peringatan, Rooftop Prince episode kali ini juga mengocok perut, jadi berhati-hatilah dengan perut kamu*
Tae Mo sudah lebih tenang, tapi ada amarah dalam suaranya, “Apa yang kau bicarakan? Sebenarnya siapa kau? Kau merencanakan ini dari awal!”
Nenek membuka matanya, ia minta Tae Mo berhenti, ia menyuruh Tae Mo dan Se Na membawa walinya Lee Gak (Park Ha) keluar.
Tinggallah nenek bersama Lee Gak, Nenek hampir tak berkedip melihat Lee Gak. Perlahan di dekatinya pemuda itu, “ Kau baru mengatakan bahwa kau itu Tae Yong? Tak diragukan lagi… Kau mengatakan bahwa kau adalah cucuku, Tae Yong kan?”
Mendengar jawaban ya, nenek yang sudah mengeluarkan air matanya seolah menyalahkan diri karena tak mengenali cucunya sendiri. Ia segera menghambur memeluk dan memanggil-manggil nama Tae Yong.
Tae Mo yang hanya terpisah oleh tirai dengan jelas mendengar semuanya. Setelah Park Ha dan Se Na keluar, Tae Mo tak bisa menahan lagi tubuhnya oleng. Ia terjatuh ke kursi saat mengingat pukulannya pada Tae Yong seolah terulang pada Lee Gak. Sepertinya Tae Mo khawatir kalau Lee Gak itu benar-benar Tae Yong.
Se Na mengajak Park Ha bicara di luar, ia menagih janji Park Ha yang
akan segera kembali ke Amerika. Tapi bagi Park Ha saat ini ada yang
lebih penting dari sekedar membicarakan kepergiannya ke Amerika. Ia
ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya hingga Lee Gak koma.
Se Na tak mau tahu, intinya adalah ia marah karena ia dan Park Ha harus selalu bertemu, dan Park Ha terus-terusan muncul di hadapan Se Na.
“Sebegitu merepotkannya kah aku?” tanya Park Ha terluka.
Bukan itu maksud Se Na, Se Na akhirnya mengakui kalau Tae Mo itu pacarnya. Ia telah berbohong kepada Tae Mo juga pada Presdir Yeo (nenek) soal keluarganya. Bahwa ia berasal dari keluarga kaya dan ibunya seorang Profesor di sebuah universitas di Inggris. Se Na bertekad menikahi Tae Mo jadi kebohongannya tak boleh terbongkar. Karena itu Park Ha juga jangan muncul lagi di hadapan Se Na.
Kini Park Ha tahu dengan jelas alasan Se Na ‘mengusirnya’ ke Amerika. Ia juga tak bisa mengelak karena itu syarat dari uang yang di berikan Se Na.
Se Na hendak kembali ke dalam, ia baru saja berbelok saat berpapasan dengan Tae Mo, jelas sekali wajahnya terkejut. Ah, hampir saja Tae Mo mendengar pembicaraannya barusan.
Tae Mo keluar karena di suruh Nenek untuk mencari Park Ha. Nenek ingin minta ijin untuk membawa Lee Gak pulang ke rumah Nenek. Se Na mengarang cerita kalau Park Ha sudah pergi untuk mengambil sesuatu. Se Na meyakinkan Tae Mo bahwa ia yang akan menelpon Park Ha, ia buru-buru mengamit lengan Tae Mo dengan alasan ingin melihat Lee Gak.
Park Ha terlihat sedih mendengar semuanya di balik tembok, ia lalu berjalan pulang. Sinopsis ini milik pelangidrama.net.
Sementara itu Trio Pengawal sedang merawat rambut-rambut mereka. Chi San yang sedang membantu menguncir rambut Man Bo memuji rambut Man Bo yang nampak makin lembut dan berkilau saja. Man Bo menjawab dengan bangga kalau itu semua berkat sebuah benda bernama shampoo.
Chi San lalu menawarkan diri membantu Yong Sul yang langsung di tolak mentah-mentah.
Park Ha masuk, mereka menanyakan Putra Mahkota. Park Ha minta Trio Pengawal mengkhawatirkan diri mereka sendiri saja, karena Lee Gak kini sudah berada di rumah yang nyaman.
Park Ha memandang Yong Sul yang masih memegang-megang rambutnya, ia
ingat soal tetangga di bawah mereka yang mengeluhkan pipa yang
tersumbat, belum lagi orang-orang yang meremehkan mereka karena rambut
mereka . Karena itu Park Ha menyarankan rambut mereka sebaiknya di
potong saja. Tapi Park Ha kaget melihat reaksi mereka,
Yong Sul menggebrak meja, ia mengacung-acungkan sisir seperti senjata sambil marah pada Park Ha yang berani-beraninya menyuruh memotong rambut.
Chi San mengancam akan memelintir leher Park Ha, juga Man Bo memilih di potong lehernya dari pada dipotong rambutnya.
Lee Gak sudah ada di rumah Nenek, kamar tidur juga baju ganti untuk besok pagi sudah disiapkan. Walau rindu, Nenek menyuruh Lee Gak istirahat, mereka akan bicara lagi besoknya.
Lee Gak masuk ke kamarnya dan kembali ia menatap foto Tae Yong. “Yong Tae Yong, tak diragukan lagi kau adalah reinkarnasiku. Tapi kenapa kau menghilang dan aku datang ke sini dari Joseon? Apa mungkin kau telah meninggal? Apakah kau yang memanggilku ke sini?” tanya Lee Gak pada foto Tae Yong.
Dari apa yang di ucapkan Lee Gak akhirnya kita tahu bahwa Lee Gak tetaplah Lee Gak, ia berpura-pura menjadi Tae Yong. Jadi untuk selanjutnya saat dalam posisi Tae Yong, Lee Gak kita sebut sebagai ‘Tae Yong’.
Esok paginya ‘Tae Yong’ minta Nenek membantunya membeli rumah atap. Nenek merasa rugi, bukan karena harganya tapi karena ‘Tae Yong’ berencana tinggal di rumah atap itu hingga ingatannya pulih. Nenek bersedia dengan satu syarat: ‘Tae Yong’ mesti memotong rambutnya. “Tae Yong’ dengan tegas menolak, tapi tawaran Nenek itu harga mati.
Ahjumma pemilik rumah membawa seorang gadis calon pengganti penghuni rumah atap melihat-lihat rumah itu. Park Ha sudah memantapkan hati untuk keluar dari rumah atap besok.
Tak lama Lee Gak datang. Lee Gak hendak mengucapkan sesuatu pada Park Ha, tapi tak ada suara yang keluar. Park Ha sekilas menatap Lee Gak lalu ia masuk ke rumah. Trio Pengawal yang sedari tadi berjejer rapi di depan rumah langsung mendekati Lee Gak. Mereka laporan soal Park Ha yang akan pergi, dan kemungkinan mereka harus tinggal di jalanan. Yong Sul merasa mereka harus mempertahankan tempat itu karena di situlah pondok Putra Mahkota.
Lee Gak masuk, Trio pengawal mengikutinya. Chi San memanggil Park Ha. Park Ha keluar dengan setumpuk pakaian, pakaian dinasnya F4 Joseon yang sudah di cuci bersih.
Man Bo bingung, mereka kan belum bayar ganti rugi pada Park Ha. Park Ha menjawab tak apa-apa, ia minta mereka menjaga pakaian-pakaian itu saja.
Park Ha juga mengembalikan pedangnya Yong Sul yang ia sembunyikan di lemari dapur, dan berpesan agar jangan membawanya keluar karena ini berbahaya. Yong Sul menerima pedang itu, ia bertanya kenapa Park Ha akan pergi tanpa memberitahu mereka. Park Ha belum sempat menjawab, Lee Gak minta trio pengawal meninggalkan mereka.
Saat berdua itulah Lee Gak mengungkapkan penyesalannya atas perkataannya di malam berhujan tempo hari.
Park Ha berbalik menghadap Lee Gak, “Kau pasti senang karena bisnisku gagal”
“Bilang pada pemilik rumah kalau kau takkan pindah dari sini”
“Lupakan saja”, Park Ha tak mau membahas soal kepindahannya, ia ingin tahu soal apa betul Lee Gak itu cucunya Presdir.
Lee Gak sempat mengarahkan matanya ke bawah sebelum dengan ragu ia menjawab iya.
Park Ha sempat menyesali dirinya yang terlalu mudah percaya pada orang. Tapi kemudian ia berpikir mestinya tak masalah siapa sebenarnya pria yang ada di hadapannya kini, yang penting mereka segera mengemasi barang-barang Lee Gak sementara Park Ha mengepak barangnya sendiri.
Park Ha teringat sesuatu yang di temukan ahjussi binatu dari baju Putra Mahkota. Lee Gak takjub, ia langsung membuka sapu tangan itu dan melihat sulaman yang sangat di sukainya. Ia lebih takjub lagi saat melihat si kupu-kupu masih di tempatnya semula, padahal sulaman kupu-kupu itu hidup setelah air matanya menetes tepat di sulaman kupu. (Episode1 bagian akhir).
Sementara itu Park Ha ikut memikirkan soal kupu-kupu. Ia segera mengambil kaleng harta karunnya dan menemukan gambar kupu-kupu yang menempel di bahunya. Ingatannya melayang ke masa dua tahun lalu saat ia masih di New York ada seekor kupu-kupu yang hinggap saat ia menjajakan dagangannya. (Entah, kupikir tadinya Park Ha bakalan sadar kalau cowok yang melukis sketsanya ada di dekatnya saat itu dan bakal menghubungkannya dengan cowok Korea yang terkena timpukan apelnya.. tapi kayaknya enggak…). Park Ha menutup kalengnya dengan hati-hati.
Mimi dan Becky tiba-tiba menghambur masuk ke rumah, mimi yang duluan masuk ke kamar langsung duduk di depan Park Ha, ia menyenggol kaleng yang kemudian tumpah karena belum tertutup sempurna. Keduanya memohon agar Park Ha tidak pergi.
Lee Gak melihat sekilas dari balik pintu, ia segera menemui Trio Pengawalnya. Ketiganya terkejut dan langsung menolak perintah Lee Gak untuk memotong rambut. Lee Gak berusaha meyakinkan mereka kalau itu adalah satu-satunya cara yang harus mereka pakai untuk beradaptasi dengan lingkungan itu juga untuk mempertahankan rumah atap (gerbang menuju Joseon).
Man Bo dan Chi San memeluk Lee Gak dengan erat, mereka memohon agar perintah itu di cabut lagi.
Berbeda dengan dua rekannya, Yong Sul memilih mati dari pada hidup memalukan dengan rambut pendek, ia berniat mengambil pedangnya. Gantian kini Chi San dan Man Bo memegangi kakinya Yong Sul. Haha, Mimi dan Becky geleng-geleng liat kelakuan F4 Joseon yang menurut mereka mulai gila karena mesti meninggalkan rumah atap. Sinopsis ini milik pelangidrama.net.
Mimi kembali ke kamarnya dan baru menyadari kalau ponsel yang ia bawa miliknya Lee Gak. (errr, 2 tahun adalah waktu yang cukup lama untuk orang-orang Korea –yang tekhnologinya cepat- berganti Hp.. agak aneh kalau Hp mereka masih sama…. Beda ma aku yang bisa bertahun-tahun make HP jadul :P )
Ayah Tae Mo kaget mendengar Lee Gak kini tinggal di rumah Nenek, menurutnya itu berarti Lee Gak itu Tae Yong. Tae Mo membantah, ia yakin orang itu bukan Tae Yong, dan hanya memanfaatkan kesempatan. Ayah Tae Mo ikut kesal, berarti Lee Gak harus dilaporkan ke polisi. Tae Mo tak setuju (kalau dilaporkan ke polisi ada kemungkinan hilangnya Tae Yong akan di selidiki dan itu membahayakannya) ia memilih mengumpulkan seluruh anggota keluarga.
Ternyata maksud Tae Mo adalah test DNA. Seorang dokter telah siap bersama mereka. Walau sempat menolak, setelah di yakinkan kalau tak ingin ada keraguan sedikitpun terhadap ‘Tae Yong’, Nenek akhirnya setuju. Sesekali Lee Gak mencuri pandang ke arah Se Na. Se Na tahu itu, ia menundukkan wajahnya.
Kehebohan terjadi karena ‘Tae Yong’ ketakutan melihat cotton buts saat dokter meminta ‘Tae Yong’ membuka mulutnya untuk mengambil sample. (rrrr, kenapa musti bagian dalam mulut? Kenapa gak rambut? Kuku?? Atau bikin lecet dikit dengan garukan di tangan??? *waktunya bertanya pada Saa).
Tae Mo yang melihatnya tersenyum, ia yakin penolakan itu karena ‘Tae Yong’ itu palsu, ia mencoba memegang Tae Yong dari belakang. Kehebohan itu sukses membuat ‘se-su-a-tu’ jatuh dari kantong jaket ‘Tae Yong’. Ponsel!.
Bibi Wang yang melihat ponsel itu mengambilnya dari lantai dan mencoba menghidupkannya, taraaaaa wallpapernya adalah foto Tae Yong bersama nenek!! (Berarti Mimi mengembalikan ponsel Lee Gak, tapi apa Park Ha tidak tahu? Kalau Park Ha tahu kalau ponsel yang selama ini di pegangnya milik Tae Yong, mestinya ia ngeh kalau 2 tahun lalu Tae Yong ke New York). Bibi dengan heboh memberitahu Nenek.
Semua yang ada di ruangan itu kaget, terutama Tae Mo yang pasti sudah panas dingin. Nenek minta Tae Mo menelpon nomor yang selama dua tahun ini selalu mati. (rrrr, 2 tahun mati tapi masih bisa di telpon? Apa itu berarti nenek selalu membelikan pulsa untuk nomor Tae Yong untuk memastikan nomor itu selalu hidup?)
Dengan tangan gemetar Tae Mo menelpon nomor Tae Yong. Kilatan ingatan akan foto-foto serta video kebersamaannya dengan Tae Yong di New York menari-nari di hadapannya.
Semua mata melihat ponsel di tangan nenek, saat ponsel berdering seolah menjadi titik puncak keterkejutan Tae Mo. Sementara nenek memanggil-manggil Tae Yong dengan penuh kerinduan.. Bibi Wang bahkan melompat-lompat sambil memeluk Tae Yong saking gembiranya.
Kegembiraan tampak di wajah seluruh anggota keluarga kecuali Tae Mo. Bahkan tangannya makin gemetaran saat Bibi Wang menyampaikan kemungkinan ponsel Tae Yong menyimpan pesan atau foto yang bisa menjawab misteri hilangnya Tae Yong selama dua tahun terakhir.
Tae Mo sedikit bernafas lega saat ponsel tak bisa dibuka karena adanya password, sementara ‘Tae Yong’ juga menggeleng saat ditanya passwordnya apa. Tapi jantung Tae Mo kembali berdegup kencang karena Nenek meminta ia mengantar Tae Yong ke service center.
Sesekali Lee Gak dan Tae Mo saling menoleh tanpa kata, entah apa yang ada di dalam pikiran mereka, tapi kemudian Lee Gak memilih memandangi saputangan bersulam pemberian Putri Mahkota. Ia tak menyadari ponselnya ikut tertarik dan jatuh dari jaketnya saat mengambil saputangan itu. (Itu jaket ketat banget, dan udah 2x bikin ponsel yang ditaro di situ jatuh…. Mestinya jangan di pake lagi tuh)
Tae Mo yang kembali melirik ‘Tae Yong’ melihat ponsel itu, ia seperti menahan nafas berharap ‘Tae Yong’ tidak melihatnya. Sesampai di parkiran Tae Mo minta ‘Tae Yong’ menunggunya sementara ia memarkir mobil. Tae Mo akhirnya lega dan bisa tersenyum kembali setelah mematikan ponsel Tae Yong dan menyimpannya di balik jasnya.
Akhirnya Lee gak tahu ponselnya hilang saat di depan CSnya Service Center. Tae Mo berusaha sebisa mungkin menyembunyikan senyumnya. (ekspresi yang sama saat Se Na tahu Park Ha mencari-cari ceknya).
Se Na kaget saat ibu menelpon untuk memberitahu ia sudah ada di depan apartemennya. Ternyata ibu tahu alamat Se Na dari Park Ha. Walau tak suka, Se Na berusaha menjamu ibunya (jadi pengen jambak Se Na). Maksud kedatangan ibu untuk mendiskusikan masalah Park Ha, ibu akan berusaha mencari pinjaman yang 20 juta sementara yang 20nya lagi ibu minta bantuan Se Na. Ibu merasa kasihan karena Park Ha berencana kembali ke Amerika. Se Na menolak, baginya ia dan Park Ha tak ada hubungan apapun, apalagi adik kakak.
Pembicaraan mereka terputus karena telpon dari Tae Mo yang memberitahu ia akan ke apartemen Se Na. Se Na gelagapan, ia mengaku sedang tak ada di apartemennya. Segera setelah menutup telpon, Se Na meminta ibu pergi. Ibu sempat protes karena ia belum selesai melihat-lihat apartemennya Se Na. Saking buru-burunya Ibu tak sempat membawa kantong kertasnya.
Tae Mo sudah di apartemen Se Na, ia menghidupkan kembali ponselnya Tae Yong lalu dengan sebuah batu kecil (sejenis batu ringan, pajangan di tempat Se Na) Tae Mo berusaha merusak ponsel itu. Baru sekali memukulnya, terdengar suara pintu sedang di buka. Tae Mo segera mengembalikan batu di tempatnya dan ponselnya segera ia sembunyikan di tangannya. Saat Se Na membelakanginya, Tae Mo memasukkan ponsel Tae Yong ke dalam paper bag milik ibu Se Na.
Sambil mengobrol, sepasang kekasih yang sama-sama punya niat buruk ini melirik benda yang sama, Paper bag. Se Na takut Tae Mo tahu paper bag itu milik ibunya, sementara Tae Mo takut Se Na akan tahu ponsel Tae Yong ada di tangannya. (Haha, begitulah orang biasanya ketakutan kalau punya salah).
Sama-sama takut, keduanya mencari cara untuk menjauhi paper bag itu, kini mereka sudah di dalam mobil untuk mencari makan di luar. Se Na minta Tae Mo berhenti saat ia melihat ibunya kembali ke apartemen. Dengan alasan ingin meninggalkan memo untuk seorang pekerja, Se Na minta Tae Mo duluan. Setelah Se Na turun, baru Tae Mo ingat akan paper bagnya.
Setelah Ibu mengambil lagi paper bagnya, Se Na mengingatkan agar ibu tak sedikitpun bicara rencana soal meminjamkan uang untuk Park Ha (Se Na tak mau Park Ha tak jadi ke Amerika dan mengacaukan kebohongannya). Sinopsis ini milik pelangidrama.net. Se Na juga minta ibu mengabari kalau mau datang ke apartemennya, sebelum pulang Se Na memberikan beberapa lembar uang untuk taksi. Ibu mengambil uangnya dengan agak kasar, ia memberitahu kalau Park Ha itu selalu memikirkan Se Na.
Tae Mo berpapasan dengan Ibu di lift, ia merasa ada sesuatu di wanita itu yang membuatnya hampir mengejarnya, tapi ia berusaha mengabaikannya. Tae Mo kini sudah ada di apartemen Se Na dan terlihat mencari-cari. Se Na yang melihat bertanya apa di cari Tae Mo. Tae Mo mengaku mencari paper bag yang tadi ada di dekat sofa, karena sepertinya sebuah kartu nama penting jatuh ke dalamnya.
Se Na beralibi telah membuangnya ke tempat sampah, ia menawarkan membantu mencarikannya di tempat sampah. Tae Mo menjawab tak perlu, mungkin kartu nama itu terjatuh di kantornya.
Park Ha memandangi rumahnya kosong melompong, matanya berhenti pada lemari tempat boneka labu selama ini tergantung. Masih jelas dalam ingatannya kebahagiaan ia dan Lee Gak saat mendapatkan boneka itu dari mesin boneka. Park Ha segera berlari ke jalan di mana sebuah mobil bak berisi penuh barang-barangnya bersiap pergi. Ia minta ijin mengambil ‘se-su-a-tu’ di antara barang-barangnya. Dan ‘se-su-a-tu’ itu adalah boneka labu!! Park Ha memeluk boneka labu itu dengan sayang.
Sementara itu ‘Tae Yong’ mengundang Trio pengawal ke rumah nenek. Nenek dan Bibi Wang melihat ketiganya dengan takjub karena mereka memegang pisau dan garpu menghadap ke atas, serupa dengan Tae Yong. Bibi Wang memecah kesunyian dengan menanyakan apa ketiga teman ‘Tae Yong’ seniman juga (karena rambutnya panjang), ia mengkerut jijik saat mendengar mereka memanjangkan rambut sejak kecil. Nenek melihat ke arah ‘Tae Yong’ dengan pandangan:”Sudah kubilang kan… makanya segera potong rambut!”.
Menu makan malam kali itu adalah steak kesukaannya Tae Yong. Nenek bertanya pada trio pengawal apa mereka juga suka steak. Lewat tatapan printah Lee Gak ketiganya mengaku suka, padahal mah melihatnya saja baru kali itu. F4 Joseon bingung garpu dan pisau di tangan mereka.
Chi San memperhatikan pisau, lalu ia memberitahu kalau Yong Sul itu ahli dengan pisau.
“Apa tidak apa-apa jika aku menggunakan pisau?” tanya Yong Sul penuh harap.
“Tentu saja” jawab Nenek,
“Tentu saja, kau harus menggunakan pisau saat memakan steak” tambah bibi Wang…
Taraaaa, pisau yang dimaksud adalah pedang!! Nenek dan Bibi Wang terbelalak menatap pedang itu. Tapi F4 Joseon justru menikmatinya, mereka tersenyum melihat Yong Sul memainkan pedang dan memotong-motong steak.
Wkwkwkwk, Lee Gak yang melihat Nenek langsung memberi kode agar Yong Sul berhenti. Tapi Yongsul terlalu asyik.
Lee Gak membawa para pengawalnya menuju kamar Tae Yong.
Chi San menunjuk foto Tae Yong, “Bukankah... bukankah pria itu adalah Yang Mulia?”
Lee Gak lalu meminta ketiganya mendengarkannya, “Mulai sekarang kalian tidak boleh memanggilku Yang Mulia…. Aku bukan Putera Mahkota lagi”
“Aku tidak mengerti. Bagaimana bisa Anda mengatakan hal seperti itu, Yang Mulia?” Man Bo bingung.
“Sudah kubilang jangan memanggilku, Yang Mulia.”
“Yang Mulia, tapi bagaimana….”
“Sudah kubilang jangan memanggilku, Yang Mulia!!”
Lee Gak lalu menceritakan dirinya saat ini adalah Yong Tae Yong, ia harus menjadi Yong Tae Yong untuk bisa dekat dengan reinkarnasinya Putri Mahkota. Analisa sementara Lee Gak adalah Yong Tae Yong telah meninggal karena tak mungkin ada dua jiwa dalam satu tempat, kemudian kemungkinan adanya hubungan antara hilangnya Yong Tae Yong dengan pembunuhan putri mahkota. Setelah mereka menemukan hubungan itu, Lee Gak memastikan mereka akan bisa pulang ke Joseon.
Park Ha memandang kota dari balkon rumahnya, ia mengeluarkan ‘gantungan sepasang kekasih’ lalu menatapnya. Tiba-tiba gantungan itu terlepas dan nyangkut di kabel di bawahnya. Park Ha berusaha mengambil gantungan itu, terus… terus…. Dan terus…... tangannya tak kunjung sampai.
Lee Gak yang baru datang kaget melihat Park Ha nungging-nungging di pagar balkon, ia yang menyangka Park Ha akan bunuh diri segera berlari dan memeluknya erat. Park Ha minta di lepaskan karena ia susah bernafas. Lee Gak minta agar Park Ha berjanji takkan melompat.
Park Ha agak marah karena di kira mau lompat, ia lalu memberi tanda kalau ia ingin mengambil ‘sesuatu’. Lee Gak pun membantu mengambilkannya.
Ternyata kedatangan Lee Gak untuk ‘membayar’ traktirannya Park Ha, sebotol Soju dan juga krim. (yang di sembunyikan di balik jaket… Err, tadi kan nungging-nungging di balkon, apa gak ganjel?? Kok gak jatuh? Abaikan.)
Malam itu adalah hari peringatan kematian ibunya Man Bo, Trio pengawal pun memakai baju kebesaran mereka untuk keperluan upacara. Mereka sepakat melakukannya saat tengah malam, sekarang mereka membagi tugas.
Kembali ke Lee Gak dan dan Park Ha. Lee Gak mempertanyakan bahasanya Park Ha yang tidak formal tak seperti biasanya. Park Ha mengaku selama ini ia menghormati Lee Gak sebagai seorang pria tua berumur 300 tahun, jadi kalau sekarang Lee Gak terbukti sebagai cucu si Nenek kaya berarti mereka bisa saja seumuran. Park Ha lalu menodong umurnya Lee Gak, Lee Gak tergagap mengaku tak ingat. Park Ha bergumam kalau ia juga tak ingat umurnya.
Chi San mencari-cari makanan di dalam kulkas, ia menemukan sebotol saus dan ingat kalau itulah benda yang di tambahkan ke atas nasi omelet. Chi San membuka tutupnya, ia lalu menikmati aromanya, lalu mencoba memakannya.
Nenek ke dapur berniat untuk minum. Belum sempat meminum air di gelas, nenek melihat pintu kulkas terbuka. Nenek menutupnya, dan memperlihatkan Chi San yang mulutnya belepotan saus. Nenekpun sukses menjerit lalu pingsan! Di tengah temaramnya cahaya, Chi San memang mirip vampir film-film Cina tea, wkwkwk.
Acara minum sudah selesai, sesi berganti menjadi sesi curhat. Di mana Park Ha curhat mengenai ingatannya yang terbatas setelah umurnya 9 tahun akibat sebuah kecelakaan hebat. Walau tak bisa mengingat masa kecilnya, Park Ha yakin kalau ia punya ayah ibu (syarat seorang bayi lahir ke dunia). Hidup tanpa orang tua sejak kecil membuat Park Ha merasa tak memiliki satupun kenangan yang indah. Yang menjadi pelipur lara baginya adalah bayangan bahwa ia berlibur di suatu tempat yang hangat di mana ada pohon palem.
Park Ha menunjukkan tempat dimaksud lewat wallpaper ponselnya. Baginya membayangkan tempat itu saja sudah membuatnya merasa lebih baik.
Lalu ia mengeluarkan gantungan sepasang kekasih yang ternyata terbuat dari bibit dari pohon palem. Park Ha menceritakan mitos gantungan itu; Jika tangan boneka itu di ikatkan di belakang, akan membuat kaya. Jika kedua kaki perempuan dan laki-laki di ikatkan bersama, akan membawa cinta. Dan jika tangan kedua boneka itu saling mengikat, akan membawa kesehatan.
Lee Gak menatap Park Ha, ia mengomentari kalau nasib Park Ha sekarang hanya begitu-begitu saja walau punya gantungan itu dan mengikatnya. Park Ha mendengus kesal, ia menyimpan gantungan boneka itu di tangan Lee Gak dan menyuruhnya mencobanya.
Bibi Wang terjaga saat mendengar pintu kamarnya terbuka, lalu sebuah siluet hitam mendekatinya menanyakan meja, siluet itu mengajaknya pergi bersama. Bibi Wang sontak menolak, mungkin ia menyangka siluet itu adalah malaikat kematian, “Tidak! Ini belum saatnya aku pergi! Aku tidak bisa pergi! Jangan bawa aku! Aku belum mau mati. Aku tidak boleh mati!”. Bibi Wang sebisa mungkin melawan, ia memukuli siluet itu sebelum akhirnya pingsan. Wakakak. Sang siluet, Yong Sul bingung, “Kenapa kau melakukan ini?”
Melihat Park Ha yang menggigil kedinginan, Lee Gak menyelimutinya dengan gorden (?) (Err, kenapa gorden? Kalo aku bisa bersin-bersin ampe pagi di selimutin gorden mah).
“Kau akan pergi ke Amerika besok?”
Park Ha merapatkan ‘selimut’nya, “Aku harus pergi… Aku sudah memesan tiket bahkan mencari rumah”
“Meskipun kau bisa mempertahankan rumah atap ini, kau tetap pergi?”
“Sekarang semua urusan sudah selesai, aku harus pergi”
“Tinggal saja di rumah ini….”
Kata-kata Lee Gak barusan membuat Park Ha menoleh, ia memandangi Lee Gak.
Waktu upacarapun dimulai, sesajen sudah lengkap. Nampak Trio pengawal melakukan penghormatan, sejenak mereka menundukkan kepala dan memejamkan mata (berdoa???).
Mereka membuka mata dan nampak seorang wanita dengan wajah PUTIIIH berdiri di depan mereka dan menatap dengan tajam. Man Bo mengira itu ibunya. Satu persatu trio pengawalpun pingsan, wkwkwk. Akhirnya setelah membuat orang lain pingsan, giliran mereka yang pingsan. Si bibi yang memakai masker panik melihat tiga orang pingsan di depannya.
Malam makin larut, dua tokoh utama kita tertidur sambil duduk, sesekali kepala mereka terantuk. Paginya Park Ha terbangun dengan posisi meringkuk, boneka labu menjadi bantal serta ‘selimut’ gorden. Tapi Lee Gak tak nampak.
Lee Gak ternyata sudah sampai rumah, ia menyuruh Trio Pengawal untuk naik di belakang, sementara ia di samping pak supir. Pak supir masuk dan bingung tak ada siapapun di kursi belakang. Mau tahu di mana mereka?
Tak menemukan jejak mereka, pak supir membuka tutup bagasi. Wkwkwk, nampak Trio pengawal kita nampak imut di bagasi belakang sambil terkekeh. (Aku gak tahan nyengir sambil ngetik padahal dah dua kali lihat.)
Lee Gak ternyata membawa mereka ke gedung perusahaan Nenek, ia menunjukkan yang mana Se Na yang ia klaim sebagai Putri Mahkota. Rencananya adalah mereka masuk untuk membawa Putri Mahkota keluar.
Chi San duluan mencoba masuk, ia mental oleh para penjaga. Yang berambut panjang yang boleh masuk hanyalah wanita, jadi Chi San sukses di usir.
Aku menunggu Chi San akan menyamar menjadi perempuan, dan aku kecewa karena Man Bo kali ini yang mencoba. Dengan gaya meyakinkan ia berpura-pura mencari pimpinan di sana untuk membicarakan sesuatu yang penting. Man Bo juga di usir karena berambut panjang.
Lalu bagaimana dengan Yong Sul yang berbadan tegap serta jago kelahi?? Ia berhasil melumpuhkan para penjaga, sayangnya ia tak berhasil melumpuhkan pintu, wkwkwk. Yong Sul berputar dan berputar daaaaaan berputar, hahahah.
Lee Gak kini berdiri di hadapan Trio pengawal yang berlutut. Ia sudah memutuskan untuk mengikuti hukum dan tradisi di dunia yang sekarang (baca= potong rambut). Toh rambut akan akan tumbuh lagi. Tampak kesedihan mendalam dari Trio pengawal.
Sementara itu Park Ha telah selesai mengemas kopernya, ia masih ragu untuk berangkat. Dengan boneka labu ia kini main tebak nasib. Kalau boneka terguling ke depan berarti ia harus pergi, sementara ke belakang berarti tak jadi pergi.
“Jika dia menahanku, haruskah aku tinggal di sini saja?” Sebenarnya Park Ha juga merasa berat untuk pergi. Wajahnya berubah sumringah saat terdengar ketukan di pintu.
Park Ha mencoba menyembunyikan kegembiraannya dengan menyapa dingin. Tapi segera berubah kecewa saat mendengar F4 Joseon menemuinya untuk membuat foto kenang-kenangan. Park Ha sedih karena Lee Gak sama sekali tak menahannya.
Park Ha sedang membidik di balik kamera, ia mengatur F4 Joseon dan sedikit memarahi karena keempatnya tak bisa diam terus menata diri.
“Woo Yong Sul-ssi, apa kau sedang marah? Cobalah senyum sedikit” Perintah ini tak cuma membuat Yong Sul tersenyum, tapi juga Lee Gak. Sinopsis ini milik pelangidrama.net.
“Do Chi San-ssi, berhentilah mengangkat dagu itu” Chi San juga Lee Gak sama-sama menurunkan dagunya.
“Song Man Bo-ssi. Kenapa kau menyilangkan tanganmu? Turunkan” Perintah ini juga di ikuti Lee Gak.
Tapi tetap saja Lee Gak kena omel, kan Park Ha mau ikutan foto juga, jadi Lee Gak di suruh nggeser.
Dan beginilah hasil foto-foto mereka, termasuk mengangkat dagu, haha.
F4 Joseon kini di hadapan para algojo rambut. Gunting telah siap di belakang mereka. Begitu mendengar “kita mulai” serentak mereka menoleh pada Lee Gak. Chi San berusaha kabur tapi di tahan Yong Sul. Man Bo mencoba merubah keputusan putra mahkotanya, tapi Lee Gak tetap pada pendiriannya. Bahkan ia minta rambutnya yang duluan di potong. Acara potong rambutpun di warnai banjir air mata.
Lee Gak berlari ke rumah atap dengan potongan rambut baru. Ia tak menemukan Park Ha di sana karena Park Ha kini sudah ada di halte.
Lee Gak berlarian ke halte, sayangnya ia datang tepat saat Park Ha naik ke dalam bis. Lee Gak pun berusaha mengejar bis sambil memanggil-manggil Park Ha.
Lampu menjadi merah sesaat setelah bis lewat persimpangan, Lee Gak tak menyadari dari arah sampingnya sebuah truk melaju kencang. Lee Gak menutup mata, rem truk berdecit kencang. Untunglah Lee Gak selamat, jaraknya hanya sekian cm dari muka truk, ia terjatuh saking kagetnya.
Pak sopir truk membantu Lee Gak bangun, ia mengajak Lee Gak ke RS. Lee Gak menolak karena ia ingin mengejar bis, tapi Pak sopir menggeretnya untuk naik.
Lee Gak melongo melihat lukisan di atas truk, ia minta pak sopir menjual lukisan itu padanya. Awalnya Pak sopir menolak dengan alasan lukisan itu sudah ada yang punya, tapi kemudian berubah pikiran saat melihat black card unlimited milik Lee Gak.
Park Ha di dalam bis sambil memeluk boneka labu, ia menoleh saat sudut matanya melihat sesuatu yang besar di sampingnya. Park Ha tersenyum dan takjub menikmati lukisan besar di depan matanya. Sampai tak sadar seseorang tengah memanggil-manggil namanya.
Park Ha akhirnya cuma bisa melongo melihat Lee Gak, bergantian dengan lukisan pantai. Ia lalu menutup muka karena malu.
Bis akhirnya berhenti dan Lee Gak langsung masuk ke bis dan langsung memarahi Park Ha yang menyembunyikan wajahnya di balik boneka labu.
“Kau pikir kau mau kemana tanpa izin dariku?”
“Katamu itu foto kenang-kenangan terakhir kita, bukankah itu berarti kau mengucapkan selamat tinggal?” jawab Park Ha takut-takut.
“Itulah sebabnya aku menyebutmu bodoh!” Lee Gak mengomel memberitahu maksud foto kenangan itu adalah untuk mengenang rambut F4 Joseon. Lagipula Lee Gak juga sekarang sudah punya pantai tropis untuk Park Ha, jadi Park Ha tidak perlu pergi ke tempat yang jauh lagi. Lee Gak menarik tangan Park H turun dari bis di iringi tepuk tangan seisi bis. Haha, di kira cowok yang lagi ngejar ceweknya kayaknya.
Beberapa saat Lee Gak masih memegangi tangan Park Ha, akhirnya masing-masing menarik tangannya karena jengah. Nampak pergelangan tangan Park Ha agak pucat saking kencangnya Lee Gak memegang.
Park Ha akhirnya menyadari rambut barunya Lee Gak, Lee Gak senyum-senyum (mungkin ngerasa ganteng, hihi).
Keduanya kini duduk di belakang truk memandangi lukisan pantai.
“Mulai sekarang, akan selalu ada kenangan yang indah” kata Lee Gak. Park Ha senyum-senyum mendengarnya. Tiba tiba ia oleng karena kaget akan suara klakson yang kencang. Lee Gak menangkapnya dan mereka membeku dalam pelukan.
~Sinopsis Rooftop Prince Episode 5~
…..Rambut Oh Rambut…
Beragam reaksi muncul setelah Lee Gak mengakui dirinya adalah Tae Yong.
Nenek memejamkan mata untuk mengendalikan diri agar tidak jatuh, Tae Mo
marah dan hendak maju tapi tangannya di tahan Se Na yang khawatir Tae Mo
akan memukul Lee Gak lagi, sementara Park Ha tampak serius berpikir.…..Rambut Oh Rambut…
Tae Mo sudah lebih tenang, tapi ada amarah dalam suaranya, “Apa yang kau bicarakan? Sebenarnya siapa kau? Kau merencanakan ini dari awal!”
Nenek membuka matanya, ia minta Tae Mo berhenti, ia menyuruh Tae Mo dan Se Na membawa walinya Lee Gak (Park Ha) keluar.
Tinggallah nenek bersama Lee Gak, Nenek hampir tak berkedip melihat Lee Gak. Perlahan di dekatinya pemuda itu, “ Kau baru mengatakan bahwa kau itu Tae Yong? Tak diragukan lagi… Kau mengatakan bahwa kau adalah cucuku, Tae Yong kan?”
Mendengar jawaban ya, nenek yang sudah mengeluarkan air matanya seolah menyalahkan diri karena tak mengenali cucunya sendiri. Ia segera menghambur memeluk dan memanggil-manggil nama Tae Yong.
Tae Mo yang hanya terpisah oleh tirai dengan jelas mendengar semuanya. Setelah Park Ha dan Se Na keluar, Tae Mo tak bisa menahan lagi tubuhnya oleng. Ia terjatuh ke kursi saat mengingat pukulannya pada Tae Yong seolah terulang pada Lee Gak. Sepertinya Tae Mo khawatir kalau Lee Gak itu benar-benar Tae Yong.
Se Na tak mau tahu, intinya adalah ia marah karena ia dan Park Ha harus selalu bertemu, dan Park Ha terus-terusan muncul di hadapan Se Na.
“Sebegitu merepotkannya kah aku?” tanya Park Ha terluka.
Bukan itu maksud Se Na, Se Na akhirnya mengakui kalau Tae Mo itu pacarnya. Ia telah berbohong kepada Tae Mo juga pada Presdir Yeo (nenek) soal keluarganya. Bahwa ia berasal dari keluarga kaya dan ibunya seorang Profesor di sebuah universitas di Inggris. Se Na bertekad menikahi Tae Mo jadi kebohongannya tak boleh terbongkar. Karena itu Park Ha juga jangan muncul lagi di hadapan Se Na.
Kini Park Ha tahu dengan jelas alasan Se Na ‘mengusirnya’ ke Amerika. Ia juga tak bisa mengelak karena itu syarat dari uang yang di berikan Se Na.
Se Na hendak kembali ke dalam, ia baru saja berbelok saat berpapasan dengan Tae Mo, jelas sekali wajahnya terkejut. Ah, hampir saja Tae Mo mendengar pembicaraannya barusan.
Tae Mo keluar karena di suruh Nenek untuk mencari Park Ha. Nenek ingin minta ijin untuk membawa Lee Gak pulang ke rumah Nenek. Se Na mengarang cerita kalau Park Ha sudah pergi untuk mengambil sesuatu. Se Na meyakinkan Tae Mo bahwa ia yang akan menelpon Park Ha, ia buru-buru mengamit lengan Tae Mo dengan alasan ingin melihat Lee Gak.
Park Ha terlihat sedih mendengar semuanya di balik tembok, ia lalu berjalan pulang. Sinopsis ini milik pelangidrama.net.
Sementara itu Trio Pengawal sedang merawat rambut-rambut mereka. Chi San yang sedang membantu menguncir rambut Man Bo memuji rambut Man Bo yang nampak makin lembut dan berkilau saja. Man Bo menjawab dengan bangga kalau itu semua berkat sebuah benda bernama shampoo.
Chi San lalu menawarkan diri membantu Yong Sul yang langsung di tolak mentah-mentah.
Park Ha masuk, mereka menanyakan Putra Mahkota. Park Ha minta Trio Pengawal mengkhawatirkan diri mereka sendiri saja, karena Lee Gak kini sudah berada di rumah yang nyaman.
Yong Sul menggebrak meja, ia mengacung-acungkan sisir seperti senjata sambil marah pada Park Ha yang berani-beraninya menyuruh memotong rambut.
Chi San mengancam akan memelintir leher Park Ha, juga Man Bo memilih di potong lehernya dari pada dipotong rambutnya.
Lee Gak sudah ada di rumah Nenek, kamar tidur juga baju ganti untuk besok pagi sudah disiapkan. Walau rindu, Nenek menyuruh Lee Gak istirahat, mereka akan bicara lagi besoknya.
Lee Gak masuk ke kamarnya dan kembali ia menatap foto Tae Yong. “Yong Tae Yong, tak diragukan lagi kau adalah reinkarnasiku. Tapi kenapa kau menghilang dan aku datang ke sini dari Joseon? Apa mungkin kau telah meninggal? Apakah kau yang memanggilku ke sini?” tanya Lee Gak pada foto Tae Yong.
Dari apa yang di ucapkan Lee Gak akhirnya kita tahu bahwa Lee Gak tetaplah Lee Gak, ia berpura-pura menjadi Tae Yong. Jadi untuk selanjutnya saat dalam posisi Tae Yong, Lee Gak kita sebut sebagai ‘Tae Yong’.
Esok paginya ‘Tae Yong’ minta Nenek membantunya membeli rumah atap. Nenek merasa rugi, bukan karena harganya tapi karena ‘Tae Yong’ berencana tinggal di rumah atap itu hingga ingatannya pulih. Nenek bersedia dengan satu syarat: ‘Tae Yong’ mesti memotong rambutnya. “Tae Yong’ dengan tegas menolak, tapi tawaran Nenek itu harga mati.
Ahjumma pemilik rumah membawa seorang gadis calon pengganti penghuni rumah atap melihat-lihat rumah itu. Park Ha sudah memantapkan hati untuk keluar dari rumah atap besok.
Tak lama Lee Gak datang. Lee Gak hendak mengucapkan sesuatu pada Park Ha, tapi tak ada suara yang keluar. Park Ha sekilas menatap Lee Gak lalu ia masuk ke rumah. Trio Pengawal yang sedari tadi berjejer rapi di depan rumah langsung mendekati Lee Gak. Mereka laporan soal Park Ha yang akan pergi, dan kemungkinan mereka harus tinggal di jalanan. Yong Sul merasa mereka harus mempertahankan tempat itu karena di situlah pondok Putra Mahkota.
Lee Gak masuk, Trio pengawal mengikutinya. Chi San memanggil Park Ha. Park Ha keluar dengan setumpuk pakaian, pakaian dinasnya F4 Joseon yang sudah di cuci bersih.
Man Bo bingung, mereka kan belum bayar ganti rugi pada Park Ha. Park Ha menjawab tak apa-apa, ia minta mereka menjaga pakaian-pakaian itu saja.
Park Ha juga mengembalikan pedangnya Yong Sul yang ia sembunyikan di lemari dapur, dan berpesan agar jangan membawanya keluar karena ini berbahaya. Yong Sul menerima pedang itu, ia bertanya kenapa Park Ha akan pergi tanpa memberitahu mereka. Park Ha belum sempat menjawab, Lee Gak minta trio pengawal meninggalkan mereka.
Saat berdua itulah Lee Gak mengungkapkan penyesalannya atas perkataannya di malam berhujan tempo hari.
Park Ha berbalik menghadap Lee Gak, “Kau pasti senang karena bisnisku gagal”
“Bilang pada pemilik rumah kalau kau takkan pindah dari sini”
“Lupakan saja”, Park Ha tak mau membahas soal kepindahannya, ia ingin tahu soal apa betul Lee Gak itu cucunya Presdir.
Lee Gak sempat mengarahkan matanya ke bawah sebelum dengan ragu ia menjawab iya.
Park Ha sempat menyesali dirinya yang terlalu mudah percaya pada orang. Tapi kemudian ia berpikir mestinya tak masalah siapa sebenarnya pria yang ada di hadapannya kini, yang penting mereka segera mengemasi barang-barang Lee Gak sementara Park Ha mengepak barangnya sendiri.
Park Ha teringat sesuatu yang di temukan ahjussi binatu dari baju Putra Mahkota. Lee Gak takjub, ia langsung membuka sapu tangan itu dan melihat sulaman yang sangat di sukainya. Ia lebih takjub lagi saat melihat si kupu-kupu masih di tempatnya semula, padahal sulaman kupu-kupu itu hidup setelah air matanya menetes tepat di sulaman kupu. (Episode1 bagian akhir).
Sementara itu Park Ha ikut memikirkan soal kupu-kupu. Ia segera mengambil kaleng harta karunnya dan menemukan gambar kupu-kupu yang menempel di bahunya. Ingatannya melayang ke masa dua tahun lalu saat ia masih di New York ada seekor kupu-kupu yang hinggap saat ia menjajakan dagangannya. (Entah, kupikir tadinya Park Ha bakalan sadar kalau cowok yang melukis sketsanya ada di dekatnya saat itu dan bakal menghubungkannya dengan cowok Korea yang terkena timpukan apelnya.. tapi kayaknya enggak…). Park Ha menutup kalengnya dengan hati-hati.
Mimi dan Becky tiba-tiba menghambur masuk ke rumah, mimi yang duluan masuk ke kamar langsung duduk di depan Park Ha, ia menyenggol kaleng yang kemudian tumpah karena belum tertutup sempurna. Keduanya memohon agar Park Ha tidak pergi.
Lee Gak melihat sekilas dari balik pintu, ia segera menemui Trio Pengawalnya. Ketiganya terkejut dan langsung menolak perintah Lee Gak untuk memotong rambut. Lee Gak berusaha meyakinkan mereka kalau itu adalah satu-satunya cara yang harus mereka pakai untuk beradaptasi dengan lingkungan itu juga untuk mempertahankan rumah atap (gerbang menuju Joseon).
Man Bo dan Chi San memeluk Lee Gak dengan erat, mereka memohon agar perintah itu di cabut lagi.
Berbeda dengan dua rekannya, Yong Sul memilih mati dari pada hidup memalukan dengan rambut pendek, ia berniat mengambil pedangnya. Gantian kini Chi San dan Man Bo memegangi kakinya Yong Sul. Haha, Mimi dan Becky geleng-geleng liat kelakuan F4 Joseon yang menurut mereka mulai gila karena mesti meninggalkan rumah atap. Sinopsis ini milik pelangidrama.net.
Mimi kembali ke kamarnya dan baru menyadari kalau ponsel yang ia bawa miliknya Lee Gak. (errr, 2 tahun adalah waktu yang cukup lama untuk orang-orang Korea –yang tekhnologinya cepat- berganti Hp.. agak aneh kalau Hp mereka masih sama…. Beda ma aku yang bisa bertahun-tahun make HP jadul :P )
Ayah Tae Mo kaget mendengar Lee Gak kini tinggal di rumah Nenek, menurutnya itu berarti Lee Gak itu Tae Yong. Tae Mo membantah, ia yakin orang itu bukan Tae Yong, dan hanya memanfaatkan kesempatan. Ayah Tae Mo ikut kesal, berarti Lee Gak harus dilaporkan ke polisi. Tae Mo tak setuju (kalau dilaporkan ke polisi ada kemungkinan hilangnya Tae Yong akan di selidiki dan itu membahayakannya) ia memilih mengumpulkan seluruh anggota keluarga.
Ternyata maksud Tae Mo adalah test DNA. Seorang dokter telah siap bersama mereka. Walau sempat menolak, setelah di yakinkan kalau tak ingin ada keraguan sedikitpun terhadap ‘Tae Yong’, Nenek akhirnya setuju. Sesekali Lee Gak mencuri pandang ke arah Se Na. Se Na tahu itu, ia menundukkan wajahnya.
Kehebohan terjadi karena ‘Tae Yong’ ketakutan melihat cotton buts saat dokter meminta ‘Tae Yong’ membuka mulutnya untuk mengambil sample. (rrrr, kenapa musti bagian dalam mulut? Kenapa gak rambut? Kuku?? Atau bikin lecet dikit dengan garukan di tangan??? *waktunya bertanya pada Saa).
Tae Mo yang melihatnya tersenyum, ia yakin penolakan itu karena ‘Tae Yong’ itu palsu, ia mencoba memegang Tae Yong dari belakang. Kehebohan itu sukses membuat ‘se-su-a-tu’ jatuh dari kantong jaket ‘Tae Yong’. Ponsel!.
Bibi Wang yang melihat ponsel itu mengambilnya dari lantai dan mencoba menghidupkannya, taraaaaa wallpapernya adalah foto Tae Yong bersama nenek!! (Berarti Mimi mengembalikan ponsel Lee Gak, tapi apa Park Ha tidak tahu? Kalau Park Ha tahu kalau ponsel yang selama ini di pegangnya milik Tae Yong, mestinya ia ngeh kalau 2 tahun lalu Tae Yong ke New York). Bibi dengan heboh memberitahu Nenek.
Semua yang ada di ruangan itu kaget, terutama Tae Mo yang pasti sudah panas dingin. Nenek minta Tae Mo menelpon nomor yang selama dua tahun ini selalu mati. (rrrr, 2 tahun mati tapi masih bisa di telpon? Apa itu berarti nenek selalu membelikan pulsa untuk nomor Tae Yong untuk memastikan nomor itu selalu hidup?)
Dengan tangan gemetar Tae Mo menelpon nomor Tae Yong. Kilatan ingatan akan foto-foto serta video kebersamaannya dengan Tae Yong di New York menari-nari di hadapannya.
Semua mata melihat ponsel di tangan nenek, saat ponsel berdering seolah menjadi titik puncak keterkejutan Tae Mo. Sementara nenek memanggil-manggil Tae Yong dengan penuh kerinduan.. Bibi Wang bahkan melompat-lompat sambil memeluk Tae Yong saking gembiranya.
Kegembiraan tampak di wajah seluruh anggota keluarga kecuali Tae Mo. Bahkan tangannya makin gemetaran saat Bibi Wang menyampaikan kemungkinan ponsel Tae Yong menyimpan pesan atau foto yang bisa menjawab misteri hilangnya Tae Yong selama dua tahun terakhir.
Tae Mo sedikit bernafas lega saat ponsel tak bisa dibuka karena adanya password, sementara ‘Tae Yong’ juga menggeleng saat ditanya passwordnya apa. Tapi jantung Tae Mo kembali berdegup kencang karena Nenek meminta ia mengantar Tae Yong ke service center.
Sesekali Lee Gak dan Tae Mo saling menoleh tanpa kata, entah apa yang ada di dalam pikiran mereka, tapi kemudian Lee Gak memilih memandangi saputangan bersulam pemberian Putri Mahkota. Ia tak menyadari ponselnya ikut tertarik dan jatuh dari jaketnya saat mengambil saputangan itu. (Itu jaket ketat banget, dan udah 2x bikin ponsel yang ditaro di situ jatuh…. Mestinya jangan di pake lagi tuh)
Tae Mo yang kembali melirik ‘Tae Yong’ melihat ponsel itu, ia seperti menahan nafas berharap ‘Tae Yong’ tidak melihatnya. Sesampai di parkiran Tae Mo minta ‘Tae Yong’ menunggunya sementara ia memarkir mobil. Tae Mo akhirnya lega dan bisa tersenyum kembali setelah mematikan ponsel Tae Yong dan menyimpannya di balik jasnya.
Akhirnya Lee gak tahu ponselnya hilang saat di depan CSnya Service Center. Tae Mo berusaha sebisa mungkin menyembunyikan senyumnya. (ekspresi yang sama saat Se Na tahu Park Ha mencari-cari ceknya).
Se Na kaget saat ibu menelpon untuk memberitahu ia sudah ada di depan apartemennya. Ternyata ibu tahu alamat Se Na dari Park Ha. Walau tak suka, Se Na berusaha menjamu ibunya (jadi pengen jambak Se Na). Maksud kedatangan ibu untuk mendiskusikan masalah Park Ha, ibu akan berusaha mencari pinjaman yang 20 juta sementara yang 20nya lagi ibu minta bantuan Se Na. Ibu merasa kasihan karena Park Ha berencana kembali ke Amerika. Se Na menolak, baginya ia dan Park Ha tak ada hubungan apapun, apalagi adik kakak.
Pembicaraan mereka terputus karena telpon dari Tae Mo yang memberitahu ia akan ke apartemen Se Na. Se Na gelagapan, ia mengaku sedang tak ada di apartemennya. Segera setelah menutup telpon, Se Na meminta ibu pergi. Ibu sempat protes karena ia belum selesai melihat-lihat apartemennya Se Na. Saking buru-burunya Ibu tak sempat membawa kantong kertasnya.
Tae Mo sudah di apartemen Se Na, ia menghidupkan kembali ponselnya Tae Yong lalu dengan sebuah batu kecil (sejenis batu ringan, pajangan di tempat Se Na) Tae Mo berusaha merusak ponsel itu. Baru sekali memukulnya, terdengar suara pintu sedang di buka. Tae Mo segera mengembalikan batu di tempatnya dan ponselnya segera ia sembunyikan di tangannya. Saat Se Na membelakanginya, Tae Mo memasukkan ponsel Tae Yong ke dalam paper bag milik ibu Se Na.
Sambil mengobrol, sepasang kekasih yang sama-sama punya niat buruk ini melirik benda yang sama, Paper bag. Se Na takut Tae Mo tahu paper bag itu milik ibunya, sementara Tae Mo takut Se Na akan tahu ponsel Tae Yong ada di tangannya. (Haha, begitulah orang biasanya ketakutan kalau punya salah).
Sama-sama takut, keduanya mencari cara untuk menjauhi paper bag itu, kini mereka sudah di dalam mobil untuk mencari makan di luar. Se Na minta Tae Mo berhenti saat ia melihat ibunya kembali ke apartemen. Dengan alasan ingin meninggalkan memo untuk seorang pekerja, Se Na minta Tae Mo duluan. Setelah Se Na turun, baru Tae Mo ingat akan paper bagnya.
Setelah Ibu mengambil lagi paper bagnya, Se Na mengingatkan agar ibu tak sedikitpun bicara rencana soal meminjamkan uang untuk Park Ha (Se Na tak mau Park Ha tak jadi ke Amerika dan mengacaukan kebohongannya). Sinopsis ini milik pelangidrama.net. Se Na juga minta ibu mengabari kalau mau datang ke apartemennya, sebelum pulang Se Na memberikan beberapa lembar uang untuk taksi. Ibu mengambil uangnya dengan agak kasar, ia memberitahu kalau Park Ha itu selalu memikirkan Se Na.
Tae Mo berpapasan dengan Ibu di lift, ia merasa ada sesuatu di wanita itu yang membuatnya hampir mengejarnya, tapi ia berusaha mengabaikannya. Tae Mo kini sudah ada di apartemen Se Na dan terlihat mencari-cari. Se Na yang melihat bertanya apa di cari Tae Mo. Tae Mo mengaku mencari paper bag yang tadi ada di dekat sofa, karena sepertinya sebuah kartu nama penting jatuh ke dalamnya.
Se Na beralibi telah membuangnya ke tempat sampah, ia menawarkan membantu mencarikannya di tempat sampah. Tae Mo menjawab tak perlu, mungkin kartu nama itu terjatuh di kantornya.
Park Ha memandangi rumahnya kosong melompong, matanya berhenti pada lemari tempat boneka labu selama ini tergantung. Masih jelas dalam ingatannya kebahagiaan ia dan Lee Gak saat mendapatkan boneka itu dari mesin boneka. Park Ha segera berlari ke jalan di mana sebuah mobil bak berisi penuh barang-barangnya bersiap pergi. Ia minta ijin mengambil ‘se-su-a-tu’ di antara barang-barangnya. Dan ‘se-su-a-tu’ itu adalah boneka labu!! Park Ha memeluk boneka labu itu dengan sayang.
Sementara itu ‘Tae Yong’ mengundang Trio pengawal ke rumah nenek. Nenek dan Bibi Wang melihat ketiganya dengan takjub karena mereka memegang pisau dan garpu menghadap ke atas, serupa dengan Tae Yong. Bibi Wang memecah kesunyian dengan menanyakan apa ketiga teman ‘Tae Yong’ seniman juga (karena rambutnya panjang), ia mengkerut jijik saat mendengar mereka memanjangkan rambut sejak kecil. Nenek melihat ke arah ‘Tae Yong’ dengan pandangan:”Sudah kubilang kan… makanya segera potong rambut!”.
Menu makan malam kali itu adalah steak kesukaannya Tae Yong. Nenek bertanya pada trio pengawal apa mereka juga suka steak. Lewat tatapan printah Lee Gak ketiganya mengaku suka, padahal mah melihatnya saja baru kali itu. F4 Joseon bingung garpu dan pisau di tangan mereka.
Chi San memperhatikan pisau, lalu ia memberitahu kalau Yong Sul itu ahli dengan pisau.
“Apa tidak apa-apa jika aku menggunakan pisau?” tanya Yong Sul penuh harap.
“Tentu saja” jawab Nenek,
“Tentu saja, kau harus menggunakan pisau saat memakan steak” tambah bibi Wang…
Taraaaa, pisau yang dimaksud adalah pedang!! Nenek dan Bibi Wang terbelalak menatap pedang itu. Tapi F4 Joseon justru menikmatinya, mereka tersenyum melihat Yong Sul memainkan pedang dan memotong-motong steak.
Wkwkwkwk, Lee Gak yang melihat Nenek langsung memberi kode agar Yong Sul berhenti. Tapi Yongsul terlalu asyik.
Lee Gak membawa para pengawalnya menuju kamar Tae Yong.
Chi San menunjuk foto Tae Yong, “Bukankah... bukankah pria itu adalah Yang Mulia?”
Lee Gak lalu meminta ketiganya mendengarkannya, “Mulai sekarang kalian tidak boleh memanggilku Yang Mulia…. Aku bukan Putera Mahkota lagi”
“Aku tidak mengerti. Bagaimana bisa Anda mengatakan hal seperti itu, Yang Mulia?” Man Bo bingung.
“Sudah kubilang jangan memanggilku, Yang Mulia.”
“Yang Mulia, tapi bagaimana….”
“Sudah kubilang jangan memanggilku, Yang Mulia!!”
Lee Gak lalu menceritakan dirinya saat ini adalah Yong Tae Yong, ia harus menjadi Yong Tae Yong untuk bisa dekat dengan reinkarnasinya Putri Mahkota. Analisa sementara Lee Gak adalah Yong Tae Yong telah meninggal karena tak mungkin ada dua jiwa dalam satu tempat, kemudian kemungkinan adanya hubungan antara hilangnya Yong Tae Yong dengan pembunuhan putri mahkota. Setelah mereka menemukan hubungan itu, Lee Gak memastikan mereka akan bisa pulang ke Joseon.
Park Ha memandang kota dari balkon rumahnya, ia mengeluarkan ‘gantungan sepasang kekasih’ lalu menatapnya. Tiba-tiba gantungan itu terlepas dan nyangkut di kabel di bawahnya. Park Ha berusaha mengambil gantungan itu, terus… terus…. Dan terus…... tangannya tak kunjung sampai.
Lee Gak yang baru datang kaget melihat Park Ha nungging-nungging di pagar balkon, ia yang menyangka Park Ha akan bunuh diri segera berlari dan memeluknya erat. Park Ha minta di lepaskan karena ia susah bernafas. Lee Gak minta agar Park Ha berjanji takkan melompat.
Park Ha agak marah karena di kira mau lompat, ia lalu memberi tanda kalau ia ingin mengambil ‘sesuatu’. Lee Gak pun membantu mengambilkannya.
Ternyata kedatangan Lee Gak untuk ‘membayar’ traktirannya Park Ha, sebotol Soju dan juga krim. (yang di sembunyikan di balik jaket… Err, tadi kan nungging-nungging di balkon, apa gak ganjel?? Kok gak jatuh? Abaikan.)
Malam itu adalah hari peringatan kematian ibunya Man Bo, Trio pengawal pun memakai baju kebesaran mereka untuk keperluan upacara. Mereka sepakat melakukannya saat tengah malam, sekarang mereka membagi tugas.
Kembali ke Lee Gak dan dan Park Ha. Lee Gak mempertanyakan bahasanya Park Ha yang tidak formal tak seperti biasanya. Park Ha mengaku selama ini ia menghormati Lee Gak sebagai seorang pria tua berumur 300 tahun, jadi kalau sekarang Lee Gak terbukti sebagai cucu si Nenek kaya berarti mereka bisa saja seumuran. Park Ha lalu menodong umurnya Lee Gak, Lee Gak tergagap mengaku tak ingat. Park Ha bergumam kalau ia juga tak ingat umurnya.
Chi San mencari-cari makanan di dalam kulkas, ia menemukan sebotol saus dan ingat kalau itulah benda yang di tambahkan ke atas nasi omelet. Chi San membuka tutupnya, ia lalu menikmati aromanya, lalu mencoba memakannya.
Nenek ke dapur berniat untuk minum. Belum sempat meminum air di gelas, nenek melihat pintu kulkas terbuka. Nenek menutupnya, dan memperlihatkan Chi San yang mulutnya belepotan saus. Nenekpun sukses menjerit lalu pingsan! Di tengah temaramnya cahaya, Chi San memang mirip vampir film-film Cina tea, wkwkwk.
Acara minum sudah selesai, sesi berganti menjadi sesi curhat. Di mana Park Ha curhat mengenai ingatannya yang terbatas setelah umurnya 9 tahun akibat sebuah kecelakaan hebat. Walau tak bisa mengingat masa kecilnya, Park Ha yakin kalau ia punya ayah ibu (syarat seorang bayi lahir ke dunia). Hidup tanpa orang tua sejak kecil membuat Park Ha merasa tak memiliki satupun kenangan yang indah. Yang menjadi pelipur lara baginya adalah bayangan bahwa ia berlibur di suatu tempat yang hangat di mana ada pohon palem.
Park Ha menunjukkan tempat dimaksud lewat wallpaper ponselnya. Baginya membayangkan tempat itu saja sudah membuatnya merasa lebih baik.
Lalu ia mengeluarkan gantungan sepasang kekasih yang ternyata terbuat dari bibit dari pohon palem. Park Ha menceritakan mitos gantungan itu; Jika tangan boneka itu di ikatkan di belakang, akan membuat kaya. Jika kedua kaki perempuan dan laki-laki di ikatkan bersama, akan membawa cinta. Dan jika tangan kedua boneka itu saling mengikat, akan membawa kesehatan.
Lee Gak menatap Park Ha, ia mengomentari kalau nasib Park Ha sekarang hanya begitu-begitu saja walau punya gantungan itu dan mengikatnya. Park Ha mendengus kesal, ia menyimpan gantungan boneka itu di tangan Lee Gak dan menyuruhnya mencobanya.
Bibi Wang terjaga saat mendengar pintu kamarnya terbuka, lalu sebuah siluet hitam mendekatinya menanyakan meja, siluet itu mengajaknya pergi bersama. Bibi Wang sontak menolak, mungkin ia menyangka siluet itu adalah malaikat kematian, “Tidak! Ini belum saatnya aku pergi! Aku tidak bisa pergi! Jangan bawa aku! Aku belum mau mati. Aku tidak boleh mati!”. Bibi Wang sebisa mungkin melawan, ia memukuli siluet itu sebelum akhirnya pingsan. Wakakak. Sang siluet, Yong Sul bingung, “Kenapa kau melakukan ini?”
Melihat Park Ha yang menggigil kedinginan, Lee Gak menyelimutinya dengan gorden (?) (Err, kenapa gorden? Kalo aku bisa bersin-bersin ampe pagi di selimutin gorden mah).
“Kau akan pergi ke Amerika besok?”
Park Ha merapatkan ‘selimut’nya, “Aku harus pergi… Aku sudah memesan tiket bahkan mencari rumah”
“Meskipun kau bisa mempertahankan rumah atap ini, kau tetap pergi?”
“Sekarang semua urusan sudah selesai, aku harus pergi”
“Tinggal saja di rumah ini….”
Kata-kata Lee Gak barusan membuat Park Ha menoleh, ia memandangi Lee Gak.
Waktu upacarapun dimulai, sesajen sudah lengkap. Nampak Trio pengawal melakukan penghormatan, sejenak mereka menundukkan kepala dan memejamkan mata (berdoa???).
Mereka membuka mata dan nampak seorang wanita dengan wajah PUTIIIH berdiri di depan mereka dan menatap dengan tajam. Man Bo mengira itu ibunya. Satu persatu trio pengawalpun pingsan, wkwkwk. Akhirnya setelah membuat orang lain pingsan, giliran mereka yang pingsan. Si bibi yang memakai masker panik melihat tiga orang pingsan di depannya.
Malam makin larut, dua tokoh utama kita tertidur sambil duduk, sesekali kepala mereka terantuk. Paginya Park Ha terbangun dengan posisi meringkuk, boneka labu menjadi bantal serta ‘selimut’ gorden. Tapi Lee Gak tak nampak.
Lee Gak ternyata sudah sampai rumah, ia menyuruh Trio Pengawal untuk naik di belakang, sementara ia di samping pak supir. Pak supir masuk dan bingung tak ada siapapun di kursi belakang. Mau tahu di mana mereka?
Tak menemukan jejak mereka, pak supir membuka tutup bagasi. Wkwkwk, nampak Trio pengawal kita nampak imut di bagasi belakang sambil terkekeh. (Aku gak tahan nyengir sambil ngetik padahal dah dua kali lihat.)
Lee Gak ternyata membawa mereka ke gedung perusahaan Nenek, ia menunjukkan yang mana Se Na yang ia klaim sebagai Putri Mahkota. Rencananya adalah mereka masuk untuk membawa Putri Mahkota keluar.
Chi San duluan mencoba masuk, ia mental oleh para penjaga. Yang berambut panjang yang boleh masuk hanyalah wanita, jadi Chi San sukses di usir.
Aku menunggu Chi San akan menyamar menjadi perempuan, dan aku kecewa karena Man Bo kali ini yang mencoba. Dengan gaya meyakinkan ia berpura-pura mencari pimpinan di sana untuk membicarakan sesuatu yang penting. Man Bo juga di usir karena berambut panjang.
Lalu bagaimana dengan Yong Sul yang berbadan tegap serta jago kelahi?? Ia berhasil melumpuhkan para penjaga, sayangnya ia tak berhasil melumpuhkan pintu, wkwkwk. Yong Sul berputar dan berputar daaaaaan berputar, hahahah.
Lee Gak kini berdiri di hadapan Trio pengawal yang berlutut. Ia sudah memutuskan untuk mengikuti hukum dan tradisi di dunia yang sekarang (baca= potong rambut). Toh rambut akan akan tumbuh lagi. Tampak kesedihan mendalam dari Trio pengawal.
Sementara itu Park Ha telah selesai mengemas kopernya, ia masih ragu untuk berangkat. Dengan boneka labu ia kini main tebak nasib. Kalau boneka terguling ke depan berarti ia harus pergi, sementara ke belakang berarti tak jadi pergi.
“Jika dia menahanku, haruskah aku tinggal di sini saja?” Sebenarnya Park Ha juga merasa berat untuk pergi. Wajahnya berubah sumringah saat terdengar ketukan di pintu.
Park Ha mencoba menyembunyikan kegembiraannya dengan menyapa dingin. Tapi segera berubah kecewa saat mendengar F4 Joseon menemuinya untuk membuat foto kenang-kenangan. Park Ha sedih karena Lee Gak sama sekali tak menahannya.
Park Ha sedang membidik di balik kamera, ia mengatur F4 Joseon dan sedikit memarahi karena keempatnya tak bisa diam terus menata diri.
“Woo Yong Sul-ssi, apa kau sedang marah? Cobalah senyum sedikit” Perintah ini tak cuma membuat Yong Sul tersenyum, tapi juga Lee Gak. Sinopsis ini milik pelangidrama.net.
“Do Chi San-ssi, berhentilah mengangkat dagu itu” Chi San juga Lee Gak sama-sama menurunkan dagunya.
“Song Man Bo-ssi. Kenapa kau menyilangkan tanganmu? Turunkan” Perintah ini juga di ikuti Lee Gak.
Tapi tetap saja Lee Gak kena omel, kan Park Ha mau ikutan foto juga, jadi Lee Gak di suruh nggeser.
Dan beginilah hasil foto-foto mereka, termasuk mengangkat dagu, haha.
F4 Joseon kini di hadapan para algojo rambut. Gunting telah siap di belakang mereka. Begitu mendengar “kita mulai” serentak mereka menoleh pada Lee Gak. Chi San berusaha kabur tapi di tahan Yong Sul. Man Bo mencoba merubah keputusan putra mahkotanya, tapi Lee Gak tetap pada pendiriannya. Bahkan ia minta rambutnya yang duluan di potong. Acara potong rambutpun di warnai banjir air mata.
Lee Gak berlari ke rumah atap dengan potongan rambut baru. Ia tak menemukan Park Ha di sana karena Park Ha kini sudah ada di halte.
Lee Gak berlarian ke halte, sayangnya ia datang tepat saat Park Ha naik ke dalam bis. Lee Gak pun berusaha mengejar bis sambil memanggil-manggil Park Ha.
Lampu menjadi merah sesaat setelah bis lewat persimpangan, Lee Gak tak menyadari dari arah sampingnya sebuah truk melaju kencang. Lee Gak menutup mata, rem truk berdecit kencang. Untunglah Lee Gak selamat, jaraknya hanya sekian cm dari muka truk, ia terjatuh saking kagetnya.
Pak sopir truk membantu Lee Gak bangun, ia mengajak Lee Gak ke RS. Lee Gak menolak karena ia ingin mengejar bis, tapi Pak sopir menggeretnya untuk naik.
Lee Gak melongo melihat lukisan di atas truk, ia minta pak sopir menjual lukisan itu padanya. Awalnya Pak sopir menolak dengan alasan lukisan itu sudah ada yang punya, tapi kemudian berubah pikiran saat melihat black card unlimited milik Lee Gak.
Park Ha di dalam bis sambil memeluk boneka labu, ia menoleh saat sudut matanya melihat sesuatu yang besar di sampingnya. Park Ha tersenyum dan takjub menikmati lukisan besar di depan matanya. Sampai tak sadar seseorang tengah memanggil-manggil namanya.
Park Ha akhirnya cuma bisa melongo melihat Lee Gak, bergantian dengan lukisan pantai. Ia lalu menutup muka karena malu.
Bis akhirnya berhenti dan Lee Gak langsung masuk ke bis dan langsung memarahi Park Ha yang menyembunyikan wajahnya di balik boneka labu.
“Kau pikir kau mau kemana tanpa izin dariku?”
“Katamu itu foto kenang-kenangan terakhir kita, bukankah itu berarti kau mengucapkan selamat tinggal?” jawab Park Ha takut-takut.
“Itulah sebabnya aku menyebutmu bodoh!” Lee Gak mengomel memberitahu maksud foto kenangan itu adalah untuk mengenang rambut F4 Joseon. Lagipula Lee Gak juga sekarang sudah punya pantai tropis untuk Park Ha, jadi Park Ha tidak perlu pergi ke tempat yang jauh lagi. Lee Gak menarik tangan Park H turun dari bis di iringi tepuk tangan seisi bis. Haha, di kira cowok yang lagi ngejar ceweknya kayaknya.
Beberapa saat Lee Gak masih memegangi tangan Park Ha, akhirnya masing-masing menarik tangannya karena jengah. Nampak pergelangan tangan Park Ha agak pucat saking kencangnya Lee Gak memegang.
Park Ha akhirnya menyadari rambut barunya Lee Gak, Lee Gak senyum-senyum (mungkin ngerasa ganteng, hihi).
Keduanya kini duduk di belakang truk memandangi lukisan pantai.
“Mulai sekarang, akan selalu ada kenangan yang indah” kata Lee Gak. Park Ha senyum-senyum mendengarnya. Tiba tiba ia oleng karena kaget akan suara klakson yang kencang. Lee Gak menangkapnya dan mereka membeku dalam pelukan.
Ke duanya menyembunyikan rasa malu ketika pelukan itu berakhir.
No comments:
Post a Comment