g menjaga Lian tetapi sebaliknya Lianlah yang menjaga Gong Xi. Lian
melihat Gong Xi yang dibawa oleh dua orang satpan ketika akan merobek
poster Shang.
Lian terus diam selama bersama Gong Xi setelah selesai syuting. Gong Xi tidak berani menegur Lian. sampai di tempat parkir Lian mengambil koper yang dibawa Gong Xi dan memasukkan sendiri ke dalam mobil. Gong Xi masuk ke dalam mobil. Gong Xi langsung minta maaf karena telah merobek poster Shang dan telah mempermalukan Lian. Lian mengatakan bahwa tidak marah karena Gong Xi telah memecahkan lampu dan membocorkan jadwal selama bulan September tetapi karena Gong Xi sama sekali tidak memikirkan dan mempertimbangkan Lian pertama karena orang-orang akan melihat kalau Lian tidak penting.
Seharusnya sebagai manajer Gong Xi harus mengesampingkan perasaan pribadi dan harus mementingkan artinya terlebih dahulu. Karena Gong Xi sedang bekerja bagaimana bisa Gong Xi tiba-tiba pergi dan balas dendam untuk masalah pribadi sehingga telah lupa untuk menjaga Lian dan untuk tidak melanggar aturan.
Selama perjalanan Gong Xi dan Lian diam tetapi tiba-tiba perut Gong Xi berbunyi. Lian yang tahu Gong Xi lapar menawari Gong Xi apa yang ingin Gong Xi makan. Gong Xi mulanya menolak tetapi dengan sedikit keras Lian memaksa dan akhirnya Gong Xi mengatakan ingin makan steak. Lian diam-diam tersenyum dengan maniez^^.
Gong Xi makan dengan lahapnya dan Lian tersenyum melihat Gong Xi yang makan dengan dengan lahap. Gong Xi bertanya kenapa Lian tersenyum. Lian mengatakan kalau Gong Xi sepertinya makan dengan bahagia. Gong Xi meminta steak Lian karena Lian sepertinya tidak mau makan tetapi Lian memakan steaknya.
Ketika berjalan, Lian melihat poster Shang dipajang dis ebuah toko. Lian terus melihat poster Shan dan melirik Gong Xi. Tetapi Gong Xi pura-pura tidak melihat poster Shang. Lian menasihati Gong Xi walaupun sedang bekerja atau tidak Gong Xi tidak boleh merobek poster Shang. Gong Xi mengatakan kalau tidak akan membiarkan kesempatan lewat untuk merobek poster Shang. Lian tersenyum dan mengatakan kalau sama sekali tidak berfikir Gong Xi sangat membenci Shang karena dulu ketika masih kecil Lian pernah mendengar kalau Shang adalah pangeran yang akan melamarnya.
Gong Xi mengatakan kalau sebenarnya tidak ingin seperti itu juga tetapi apapun yang berhubungan dengan Shang membuatnya gila dan terganggu dan mengingat segala perlakuan Shang juga sangatlah tidak seharusnya. Maka itu Gong Xi bersumpah agar Shang menyesal dan sadar bahwa Gong Xi tidak semudah itu.
Lian terlihat tidak senang karena sebagai seorang aktor Lian tidak menerima motivasi Gong Xi untuk berakting. Gong Xi berfikir apa karena alasan itu maka Lian memperlakukannya sedikit merendahkannya.
Melihat Gong Xi duduk dibangku belakang, Lian melihat Gong Xi. Gong Xi mengatakan bahwa dia menjaga jarak dengan Lian. Tuan Luo Li menelpon Gong Xi dan mengatakan kalau Gong Xi bisa masuk universitas. Gong Xi sangat senang mendengarnya sampai melompat di dalam mobil yang membuat kepalanya terbentur atap mobil. Lian pun turut senang mendengarnya dan tersenyum manieez lagi.
Lian sedang disalon menata rambutnya ditemani Gong Xi. Lian mengatakan kepada hairstylenya kalau akan menjenguk Du Jin. Tapi hairstylenya mengatakan apakah Lian tidak takut terjangkit. Lian dengan pede mengatakan seumur hidupnya tidak pernah sakit.
Gong Xi dengan semangat belajar dan membuat hairstyle Lian heran. Lian mengatakan kalau Gong Xi sedang belajar untuk masuk tes universitas. Lian tahu kalau Gong Xi pasti berusaha untuk belajar dengan keras dan mendapat nilai sempurna karena di saat Gong Xi kecil ketika mendapat nilai 80 Gong Xi merasa tidak puas.
Gong Xi teringat bahwa ada seseorang yang mengatakan kalau tidak ada orang yang bodoh hanya karena mendapat nilai 80 tetapi saat itu Gong Xi hanya ingin mendapat nila 100 hanya untuk membuat ibunya senang. Gong Xi mulai berfikir bahwa tidak akan melakukan sesuatu hanya untuk menyenangkan orang lain.
Lian tersenyum melihat Gong Xi tetapi senyum Lian hilang karena tiba-tiba batuk tetapi Lian menyangkal kena batuk. Gong Xi curiga melihat Lian. Gong Xi mengatakan kepada Lian kalau Lian pilek/demam. Lian menyangkal karena selama hidupnya tidak pernah demam. Gong Xi pun mengatakan karena Lian tidak pernah demam maka Lian tidak tahu ciri-ciri demam. Tetapi Lian tetap menyangkal.
Gong Xi terus mengatakan Lian demam sampai akhirnya Lian mau memakai thermometer dan terbukti Lian kena demam dan akan membawa Lian ke rumah sakit setelah syuting kelar. Lian sebenarnya tidak mau tetapi Gong Xi mengatakan kalau Lian bukanlah artis yang profesional jika Lian tidak bisa menjaga tubuhnya. Lian akhirnya mengikuti kata-kata Gong Xi.
Gong Xi sangat khawatir karena adegan yang akan dilakukan Lian adalah adegan hujan-hujanan. Gong Xi berusaha menghentikam Lian tetapi Lian tidak bisa. Mesin hujan pun mulai dihidupkan. Lian bertekad walaupun demamnya bertambah tinggi dan sampai pingsan sekalipun Lian akan tetap bertahan sampai sutradara mengatakan okay.
Syuting pun mulai. Tetapi Jing Jing lawan main Lian selalu salah mengucapkan kata-kata yang membuat adegan selalu diulang. Gong Xi sangat khawatir melihatnya. Ketika break Lian memberikan semangat kepada Jing Jing dan menyuruh Jing Jing untuk mengulang kata-kata dalam adegan sebanyak lima kali.
Syuting kembali dilanjutkan. Crew memuji Lian yang begitu sabar walaupun adegan yang dilakukan terus menerus diulang. Gong Xi berfikir apakah Lian akan bersabar dan bersikap gentle apabila suatu hari nanti Lian berakting dengannya karena Gong Xi masih berfikir kalau Lian masih membenci Gong Xi karena alasan Gong Xi yang masuk dunia hiburan karena hanya ingin balas dendam. Gong Xi membayangkan ia sedang mengejar Shang dengan motornya untuk balas dendam.
Akhirnya adegan selesai dengan sempurna. Gong Xi dengan segera menuju Lian dan memberikan Lian handuk. Lian dan Gong Xi masuk ke tenda tetapi Lian terlihat lemah dan jatuh pingsan menimpa tubuh Gong Xi. Tentu saja Gong Xi sangat kaget. (sumpeh posisinya gak enak banget diliat…wkwkkkwk..aye envy dah_iis rf). Gong Xi terpaku tapi berusaha untuk bangun,”padahal satu langkah lebih untuk ke sofa….”pikir Gong Xi dan berusaha memanggil Lian agar sadar. Namun Lian tak memberikan respon, Gong Xi menyentuh dahi Lian dan panas. Gong Xi berpikir kalau Lian demamnya tambah parah karena hujan-hujanan tadi. Lalu Gong Xi mulai berteriak meminta tolong, “apa ada orang di luar? Siapapun yang di luar”. Gong Xi menghentikan teriakannya saat mendengar artis yang tadi akting dengan Lian tertawa dan bilang kalau tadi ia sangat malu dan gugup saat akting sehingga melakukan kesalahan. Gong Xi kesal karena artis itu bicara terlalu keras padahal semuanya karena dia yang tidak bisa menghafal kalimat dan terus melakukan NG. Lalu Gong Xi mulai menirukan line yang seharusnya dihafal artis itu. Tiba-tiba Lian tersadar dan membalas perkataan Gong Xi. “Jangan panik. Aku sudah menyelidiki identitasnya. Jangan khawatir kali ini ia tidak akan pergi” ucap Lian berasa lagi akting. Gong Xi yang melihatnya bingung dan berusaha memanggil, “tuan Lian”. Lian tersadar dan melihat sekeliling dan bertanya, “kau bukan Qin Qin? Kenapa kau di tanah?”. Gong Xi malu langsung menutup mukanya dengan handuk yang dipake Lian. (wkwkkwk…. lucu_iis rf)
Lian melanjutkan syuting. Gong Xi memandang Lian dari kejauhan dan berpikir kalau tadi Lian sempat pingsan karena demam tinggi, bahkan ia kesulitan untuk menyadarkannya tapi begitu ia mendengar baris dialog ia langsung terbangun dan dalam sepersekian detik masuk dalam karakter. Gong Xi berpikir mungkinkah Lian benar-benar menganggap akting sebagai sesuatu yang lebih berharga dari hidupnya. Lalu Gong Xi mempunyai ide dan langsung berlari membeli sesuatu.
Lian menyelesaikan syutingnya dengan baik. Ia pun kembali ke tenda istirahat. Di dalam ia merasa kepalanya pusing dan hampir terjatuh, untung saja Gong Xi langsung menopang punggung Lian dari belakang. Gong Xi meminta maaf karena ia pergi untuk membeli sesuatu. Gong Xi menunjukkan plastik belanjaannya membuat Lian tersenyum.
Di mobil, Gong Xi menunjukkan barang yang ia beli termasuk plester demam dan memakaikannya di dahi Lian. Gong Xi mempersiapkan semuanya agar Lian tetap berkonsentrasi pada pekerjaannya. Gong Xi membeli obat batuk, obat batuk tetes, kompres es, dll. (Kayak apotik berjalan aja itu Gong Xi). Lian tertawa melihatnya karena Gong Xi membeli banyak barang. Lalu Gong Xi mengeluarkan lobak dan memarutnya. Lian penasaran dan bertanya itu apa. Setelah memarut, Gong Xi menambahkan sirup (atau gula merah wkwkwk…saya gak tau) ke atas lobak parut tadi dan mengaduknya. Gong Xi memberikannya kepada Lian dan bilang ketika tenggorokan Lian sakit, ini sangat efektif. Gong Xi melihat Lian memakannya dan bertanya bagaimana rasanya. Lian tersenyum dan mengangguk kalau rasanya enak. Gong Xi senang mendengarnya dan bilang Lian jangan khawatir karena ia akan mendukung Lian dengan segala cara, ia tidak hanya menyeimbangkan pekerjaan tapi juga akan menyembuhkan penyakit flu Lian agar Lian tak perlu tidak masuk kerja. Jika Lian tak tahan dan ingin terjatuh, terjatuhlah padanya, karena Gong Xi akan mendukung Lian. Gong Xi mengucapkan semuanya dengan senyum tulus membuat Lian teringat masa lalu saat Gong Xi kecil merawatnya yang sedang sakit. “Ini persis ketika ia masih kecil tak peduli seberapa kecil hal itu ia akan melakukan yang terbaik. Apakah aku terganggu dengan motif balas dendamnya dan melupakan hal yang penting dari dirinya yang sebenarnya. Gadis dalam kenanganku memiliki hati yang baik, ia bahagia dan sering menderita karena orang lain. Ia sering menangisi masalah ibunya tapi begitu menyebut Xiao Shang, ia akan kembali menampilkan senyum di wajahnya. Meskipun ia lebih muda dari aku tapi tekadnya sangat kuat. Apapun itu ia akan melakukan yang terbaik. Sejak saat itu, wajah gadis itu telah terpatri jauh ke dalam hatiku” batin Lian mengingat masa lalu.
Gong Xi mengompres Lian dan bertanya apa Lian baik-baik saja. (tapi sepertinya Lian sedang mengigau karena mikirin masa lalu wkwkwk_iis rf). Gong Xi tanya apa perlu diganti lagi kompres esnya. Lian menjawab ia merasa nyaman. Gong Xi lalu menyuruh Lian tidur kembali. Lian mengucapkan terima kasih dengan lirih. Gong Xi tidak mendengarnya dan mendekatkan telinganya. “Terima kasih Xiao Xi” kata Lian sambil tersenyum. (Xiao Xi = Xi kecil, panggilan Gong Xi waktu kecil). Gong Xi tercengang mendengarnya.
Setelah kejadian itu, Gong Xi terus melamun. Gong Xi akhirnya tersadar dan kaget saat melihat jam sudah jam 6 pagi. Ia langsung membolak-balik bukunya dan sadar kalau belum menjawab satupun soal. Gong Xi termenung, “sejak aku mengganti kompres es hingga sekarang (Gong Xi kembali ingat saat Lian memberi senyum lembut dan mengucapkan terima kasih Xiao Xi) kenapa ia memperlakukan aku begini? Apa ia tidak membenci aku? Sampai hari aku menyerah pada dendam, aku tidak berharap mendapatkan ekspresi lembut darinya atau suara lembutnya saat ia menggil aku Xiao Xi”.
Lian mulai terbangun di kamarnya. Saat menggerakkan kepala, kompres yang berada di kepalanya terjatuh membuatnya sadar. Lian mengambil cangkirnya dan kosong. Lian pun bergegas bangun dan menuju dapur. Di dapur, Lian melihat Gong Xi memasak sambil menghafalkan pelajaran.
“Maaf mengganggu” kata Lian. “Oh kau sudah bangun!” kata Gong Xi kaget. Lian takjub, “kau membuat sarapan?” dan Gong Xi tambah kaget roti mendengar bunyi dari oven toaster yang mengeluarkan roti dalam keadaan gosong wkwkwk.
Gong Xi dan Lian duduk di meja makan. Gong Xi meminta maaf karena sudah menggunakan dapur Lian tanpa izin dan menghanguskan roti bakarnya. Lian menjawab tak masalah karena ia juga tak begitu suka roti bakar. Lian lalu tanya jus di sampingnya apa. Gong Xi jawab itu jus untuk meningkatkan energi terbuat dari dari paprika hijau, jambu biji, pare, seledri, apel dan mentimun. Selain kaya vitamin C juga dapat mengisi energi karena membantu saat flu. Lian memandang gelas jus nya dan bilang itu sangat komplit. (saya penasaran itu jus rasanya kayak apa? Wkwkwk_iis rf)
Lian lalu bilang pasti Gong Xi menyiapkan jus itu untuk waktu yang lama. Gong Xi bilang tidak juga, selama Lian bisa pulih ia bisa menyiapkan jus itu 10 gelas sehari. Keduanya langsung terdiam canggung. (wkwkkwk….mabok pasti kalo aku yang dicekoki itu jus 10 gelas sehari ^_^_iis rf)
Lian lalu mengalihkan pembicaraan dan tanya tentang kantong es untuk kompres. Gong Xi lalu menjawab kalau ia yang menggantinya. Lalu Lian memegang kausnya dan bertanya apa Gong Xi…. Gong Xi buru-buru menjawab bukan dia yang melakukannya, Lian sendiri yang mengganti bajunya. Lian bingung bagaimana ia bisa mengganti sendiri. Gong Xi lalu menerangkan kalau ia berteriak menyebutkan baris dialog drama dan Lian langsung bangun dan mengambil kunci dan mengganti baju sendiri. Gong Xi tanya apa Lian tidak ingat? Lian mengangkat bahu dan menggelengkan kepalanya. (ihhh…suka liat ekspresi Lian lagi unyu…polos banget kayak anak kecil_iis rf). “Kau bahkan memanggilku Xiao Xi, apa kau tidak ingat dengan baik?” batin Gong Xi.
Gong Xi lalu menuangkan bubur di mangkuk Lian dan menyuruhnya makan sementara ia akan membersihkan dapur. Lian lalu memakan buburnya dan menikmatinya karena sangat enak. Lalu Lian melihat Gong Xi yang sedang membersihkan dapur. “Kenapa dia begitu baik padaku? Aku selalu dingin padanya dan tidak pernah memujinya. Kenapa ia bekerja keras untuk orang yang penuh kebencian seperti aku?” batin Lian.
Gong Xi melihat Lian yang sedang berakting dari kejauhan. Ia tersadar dan bingung kenapa terjadi lagi. Ia terlalu asyik lagi, setiap Gong Xi melihat Lian berakting, perhatiannya akan tertuju pada Lian. Gong Xi tidak bisa belajar saat waktunya, hal itu membuat Gong Xi berpikir untuk mengubah topik untuk mengangkat mood belajarnya. Gong Xi menutup bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Ternyata ia malah menemukan naskah drama Lian untuk episode final. Gong Xi antusias membacanya sampai lupa waktu. Ketika tersadar ternyata syuting sudah berakhir. Gong Xi melihat sekeliling telah sepi dan bingung kemana semua orang.
Di tempat lain, Lian tampak kesulitan menghafal naskah dramanya. Lian terus mengulang-ulang dialognya agar ingat. Lian berpikir ia kesulitan memasukkannya ke dalam memori karena kena demam kemarin. Lian pun melanjutkan mengulang dialognya berkali-kali. Gong Xi yang baru datang bingung melihat Lian. “Apa ia kesulitan menghafal dialognya?” pikir Gong Xi.
Gong Xi lalu mendekati Lian dan membacakan dialognya dengan lancar. Lian terpukau melihat Gong Xi berakting. “Suara dan ekspresinya benar-benar mengagumkan. Ia tidak tampak seperti pemula sama sekali” batin Lian. Gong Xi terus membacakan dialog lanjutan dari dialog yang sedang Lian hafalkan. “Jika dendam adalah motivasi satu-satunya , ia bisa belajar keterampilan akting ini, bagaimana bisa dia meneruskan dialog tadi?” batin Lian. Dengan wajah sumringah, Lian mendekati Gong Xi dan bilang akting Gong Xi cukup bagus. Gong Xi senang mendengarnya dan bilang kalau ini karena bantuan pusat kursus pelatihan. Gong Xi bilang ia belajar banyak saat di pusat pelatihan. Gong Xi dengan semangat cerita kalau saat pelatihan, pernah suatu kali gurunya menyuruh mereka menonton film bisu untuk memahami konsep sebuah film tanpa dialog, lalu menyuruh semuanya melakukan tindakan dan ekspresi wajah saja, tapi kemudian guru berkata, “jika karakter ini punya dialog, apa yang akan dia katakan?”, guru ingin mereka semua sejenak berpikir. Gong Xi bilang itu sangat sulit tapi itu begitu menyenangkan.
Lian penasaran dan bertanya, “kenapa kau sangat bahagia? Bukankah kau belajar akting hanya untuk balas dendam pada Bu Po Shang?”. Gong Xi buru-buru menggeleng dan menjawab tidak. Kenapa ia harus belajar akting karena orang bodoh itu, walau Gong Xi akui awalnya ia adalah sebagian kecil yang membuatnya bertindak ekstrim dan tanpa malu-malu masuk dunia hiburan. Tapi setelah itu, Gong Xi menyadari kalau sejak kecil hingga sekarang, ia tidak pernah sekalipun melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri. Gong Xi teringat sejak kecil ia belajar acara minum teh, berjalan anggun karena ibunya dan Shang. Gong Xi melanjutkan kalau dirinya yang sekarang berbeda, dengan belajar akting ia merasa mendapat kekuatan kecil dalam hati kalau ia sedang dalam tahap menjadi diri sendiri yang tidak hidup untuk orang lain. Gong Xi tanya apa Lian mengerti perasaan seperti itu. Lian tersenyum lembut mendengarnya. Gong Xi kaget melihat Lian menampilkan senyum hangat padanya. Lian mengangguk dan berkata, “aku mengerti”. “Dia memberiku senyum hangat padaku lagi” batin Gong Xi kembali teringat saat Lian tersenyum hangat padanya saat ia memakai kostum ayam.
Gong Xi membayangkan Lian tersenyum dan berkata, “aku mengerti”. Lalu Lian mengambil buku nilai Gong Xi dan memberikan stempel. Gong Xi sumringah melihat point 1000 dan tertawa lebar. Lian lalu mempersilakan Gong Xi duduk di singgasana. Gong Xi duduk di singgasana bagai ratu dan terus melambaikan tangan bak artis. Lian bersujud dan bertepuk tangan lebay…. Dan itu hanya ada dalam mimpi Gong Xi. (wkkwkkwk)
Lian membangunkan Gong Xi yang tertidur di meja sambil senyum-senyum. Gong Xi kaget melihat Lian. Lian tanya kenapa Gong Xi terlihat ketakutan. Gong Xi menggeleng dan berkata tidak. Lian lalu bilang kalau Gong Xi akan kedinginan jika tidur di sini dan menyuruhnya tidur di kamar. Gong Xi menolak karena ia harus belajar. Lian bilang Gong Xi tidak tidur semalam karena merawatnya, jika terus begini maka Gong Xi bisa sakit sebelum sampai di hari ujian. Lian tanya apa Gong Xi bekerja keras seperti ini karena ingin nilai sempurna di setiap mata pelajaran? Lian lalu menyuruh Gong Xi jangan khawatir tentang skor selama ia melakukan semuanya yang terbaik. Gong Xi mengangguk dan bilang kalau ia tidak sadar dan mulai mengejar skor lagi. Gong Xi sudah seperti itu sejak kecil karena ia selalu mencoba mendapatkan skor 100 untuk membahagiakan ibunya. Gong Xi bilang ia baru saja mengatakan akan hidup bukan untuk orang lain, dan setuju akan beristirahat tanpa memikirkan apakah ia tidak akan mendapatkan skor sempurna dan hanya akan melakukan semuanya yang terbaik.
Lalu Lian menyuruh Gong Xi mandi. Gong Xi kaget dan teriak. Lian bingung kenapa Gong Xi teriak? Apa ia tidak ingin mandi dan langsung tidur. (wkwkkwk….itu Gong Xi pasti mikir macem-macem ketularan rha, ngomongnya pake teriak segala)
Lian menyuruh Gong Xi merendahkan suaranya. Gong Xi lalu bilang ia akan mandi nanti. Gong Xi lalu tanya bagaimana dengan Lian. Lian bilang ia akan kembali ke kamar dan tidur. Gong Xi lalu menyuruh Lian kembali ke kamarnya duluan baru ia mandi. Lian lalu bangkit dan menuju ke kamarnya. Lian menoleh dan bertanya Gong Xi tidak akan ketiduran di bath up karena kelelahan kan? Gong Xi menjawab tidak dan mengayunkan tangannya menyuruh Lian cepat tidur. Lian lalu kembali berjalan, namun kembali menoleh dan bertanya, “kau tidak akan membiarkan aku kesiangan dan lupa membangunkanku besok siang kan?”. Gong Xi kesal dan langsung teriak ,“tidak akan!!”. Lian langsung berjalan menuju kamarnya. (wkwkwk…. Lian rese yah_iis rf)
Lian menegur Gong Xi yang terus mengomel kepada supir yang mengantar mereka. Gong Xi berkata kalau Lian dikenal sebagai orang yang tidak pernah terlambat karena itu ia tidak mau kali ini Lian terlambat. Gong Xi melihat ke luar jendela lalu membuka kunci mobil dan berlari keluar. Lian yang bingung melihatnya segera ikut keluar bersama Gong Xi. Saat Lian bingung mencari Gong Xi tiba-tiba Gong Xi datang dengan sepeda dan menyuruh Lian naik ke sepeda. Ia berkata meminjam sepeda itu dari seorang orang tua yang baik hati.
Lian ragu kalau mereka bisa sampai tepat waktu dengan sepeda. Gong Xi berkata agar Lian menyerahkan semua pada dirinya dan tidak perlu khawatir karena Gong Xi akan memastikan Lian tidak terlambat. Lian menurut lalu naik ke sadel penumpang. Awalnya dia bingung harus duduk seperti apa lalu ia memutuskan untuk duduk seperti perempuan (kalau kata aii sih bonceng miring gitu). Gong Xi mengayuh sepedanya secepat mungkin dan berkata kalau ia tidak akan membiarkan Lian terlambat. “Sepertinya kita akan sampai tepat waktu. Aku serahkan semua padamu,” kata Lian. “Sepertinya kali ini aku akan memberi 100 poin untuknya,” kata Lian dalam hati sambil tersenyum.
Gong Xi mulai masuk kuliah. Ia merasa kalau perkataan Lian yang berbunyi, “Asal kau sudah melakukan semua dengan baik, kau tidak perlu memikirkan nilai yang kau dapatkan,” membuat ia sadar kalau segala hal tidak diukur dari poin saja. Sejak saat itu Gong Xi tidak lagi terlalu memikirkan poin yang ia dapatkan. Ia juga tidak menyangka kalau Lian akan memberikannya 100 poin.
Sambil makan siang sendirian di kampus, Gong Xi memandangi buku catatannya yang berisi 100 poin dari Lian.
Saat Gong Xi sedang makan siang, seorang teman kuliahnya yang bernama Guo Mei Sen datang dan berkata, “Kau sedang santai ya sampai punya waktu untuk makan siang?” Gong Xi berkata kalau ia memang sedang menganggur. Padahal nanti malam Gong Xi harus syuting sebagai ayam namun ia sengaja tidak mengaku karena malu. Lalu Mei Sen berkata kalau ia iri pada Gong Xi karena ia sendiri sibuk ke sana kemari untuk syuting. Gong Xi mendengar Mei Sen menyombongkan diri dengan kesal karena ia sok berkata kalau ia iri dengan Gong Xi yang santai. “Perusahaanmu memerlakukanmu dengan sangat baik. Mereka mengurus pendaftaran kuliahmu lalu memberimu pekerjaan yang sangat sedikit,” kata Mei Sen. Mendengar perkataan Mei Sen Gong Xi langsung berhenti makan. “Apa maksudmu kalau mereka yang mengurus urusan kuliahku?” tanya Gong Xi. Namun Mei Sen berkata kalau ia sudah dijemput manajernya dan langsung pergi. Gong Xi memanggil Mei Sen dan berteriak kalau ia bisa masuk kuliah atas usahanya sendiri. Teriakannya yang sangat lantang menyebabkan sepeda-sepeda yang sedang diparkir langsung roboh.
Gong Xi kembali ke kantor dengan menaiki sepedanya. Sepanjang perjalanan ia masih memikirkan perkataan Mei Sen dengan kesal. Di jalan ia melihat iklan yang dibintanginya dengan Nan Qin sudah rilis. “Aku sangat suka iklan itu,” kata sekelompok orang yang berada tidak jauh dari Gong Xi. Mereka berkata kalau tema mengenai persahabatan antara dua orang gadis sangat manis. Gong Xi dengan riang mondar-mandir di depan orang-orang itu. “Aku lebih suka yang berambut panjang,” kata seorang gadis dan teman-temannya menyetujuinya. “Gadis yang berambut pendek itu biasa saja. Bahkan bila ia berada di jalan pun tidak akan ada yang mengenalinya,” kata mereka. Mendengar perkataan mereka Gong Xi langsung menabrak trotoar dan jatuh dari sepedanya. Lalu sekelompok orang itu pergi. Namun sebelum pergi salah satu dari mereka berkata, “Ia memiliki sangat sedikit kemampuan untuk menjadi seorang artis,” Gong Xi sangat kesal mendengarnya. “Apa mereka anak buah Bu Puo Shang!” batin Gong Xi kesal.
Saat auranya mulai menggelap tiba-tiba ada telepon di HPnya, Gong Xi segera mengangkatnya. “Kau sudah menjadi bintang iklan sekarang. Sembunyikanlah wajah bahagiamu itu,” kata Lian dari telepon. Gong Xi mencari-cari keberadaan Lian yang ternyata ada di jembatan di depannya. Lian dan Du Jin melambaikan tangan kepada Gong Xi lalu Gong Xi membalasnya dengan malu-malu.
Gong Xi minum kopi di café bersama Du Jin dan Lian. “Setelah iklanmu rilis maka kau harus bekerja lebih giat lagi,” kata Du Jin kepada Gong Xi. Lalu Lian bertanya mengenai kuliah Gong Xi. Gong Xi berkata kalau kuliahnya berjalan dengan lancar. “Kudengar kau sekarang berhenti mencari nilai sempurna?” tanya Lian. Gong Xi mengangguk sambil tersenyum senang. “Terimakasih karena kau aku sekarang tidak lagi menjadi orang yang terobsesi dengan nilai. Sekarang kalau ada orang yang bertanya padaku aku langsung tahu jawabannya tanpa terlalu keras berpikir. Segalanya menjadi lebih mudah sekarang,” kata Gong Xi riang. Du Jin melihat mereka berdua sambil menahan senyumnya. Lian juga berterimakasih kepada Gong Xi karena sudah membantunya selama menjadi manajer pengganti. Du Jin juga turut berterimakasih. “Tidak perlu. Memang itu adalah tugas seorang manajer untuk menyiapkan teh sampai mengganti kompres,” kata Gong Xi senang. “Sebenarnya manajer tidak perlu melakukan hal itu. Kecuali kalau ada perasaan special,” batin Du Jin sambil tersenyum. Gong Xi mengeluarkan buku catatannya lalu berterimakasih kepada Lian karena telah memberinya 100 poin. Du Jin sampai kaget karena tidak menyangka Lian member 100 poin. “Aku memberimu 100 poin?” tanya Lian. Gong Xi menunjukkan buku catatannya kepada Lian. Lian membalik halaman di balik 100 poin yang ia berikan kepada Gong Xi lalu mengembalikan buku itu ke Gong Xi. Ternyata di halaman baliknya ada -10 poin yang juga diberikan Lian. Gong Xi melihatnya dengan tidak percaya. Ia berkali-kali membolak-balik halaman buku catatannya. “Sejak awal aku memberimu 90 poin, bukan 100 poin,” kata Lian sambil tersenyum sinis. Du Jin melihatnya sambil menahan tawa sementara Gong Xi sangat kesal dibuatnya.
Lian mengajak Du Jin pergi untuk melanjutkan pekerjaan namun Gong Xi mencegat mereka dan bertanya kenapa ia diberi -10 poin. “Itu bukan 100 poin atau -10 poin. Tapi 90 poin,” kata Lian bersikeras. “Tuan Lian, apakah kau tidak kekanak-kanakan?” tanya Gong Xi kesal. “Kalau kau memang ingin member 90 poin tidak perlu memberi 100 poin lalu mengurangi 10 poin,” lanjut Gong Xi. “Bukankah kau baru saja bilang kalau kau tidak lagi terobsesi pada nilai?” tanya Lian. Gong Xi terdiam mendengarnya lalu Lian dan Du Jin meninggalkan Gong Xi sambil tersenyum.
Di kantor Direktur Shen masuk ke ruangan karyawan untuk memberitahu seorang karyawannya untuk membetulkan komputer. Lalu seorang karyawan wanita berkata kalau ia sudah melihat iklan Gong Xi dan Nan Qin dan perusahaan yang memakai mereka berdua sebagai bintang iklan merasa puas. Direktur Shen senang mendengarnya. Lalu Direktur Shen mendapat telepon dari perusahaan rekaman yang ingin mengontrak Gong Xi da Nan Qin sebagai bintang MV.
Gong Xi sudah siap dengan seragam kerjanya. Ia masih saja memikirkan Lian yang mengurangi 10 poin nilainya. “Apa ia berbuat seperti itu karena aku diterima kuliah tanpa mengabarinya ya?” pikir Gong Xi. Tapi ia ingat kalau Lian memberinya poin sebelum Gong Xi diterima kuliah. “Apa itu caranya untuk membuktikan kalau aku sudah tidak terobsesi dengan nilai?” pikir Gong Xi. Tiba-tiba Direktur Shen berlari mengejar Gong Xi. Gong Xi berkata kalau ia ada syuting dan sedang buru-buru namun Direktur Shen menahannya dan berkata kalau Gong Xi akan membintangi sebuah MV. Gong Xi sangat senang mendengarnya dan langsung menari-nari girang.
Gong Xi memandangi Direktur Shen dengan tatapan membunuh dan kesal. Dengan gugup Direktur Shen berusaha menjelaskan kalau Empress Record adalah salah satu dari lima perusahaan rekaman terbesar di Korea dan bila Gong Xi menjadi bintang MVnya maka karirnya akan meroket. Dengan suara mengerikan layaknya film horror Gong Xi bertanya kepada Direktur Shen video klip siapa yang akan ia bintangi. “Tentu saja favoritmu, Bu Puo Shang,” kata Direktur Shen takut. “Dia adalah orang yang paling aku benci!” teriak Gong Xi marah sambil menggebrak meja. Direktur Shen terlempar ke dinding karena amarah Gong Xi.
Gong Xi mengomel sendiri di ruang gantinya. Ia bersikeras tidak akan membintangi MV Bu Puo Shang, “Aku baru membintangi satu iklan. Baginya aku adalah anak bawang. Aku harus memiliki level yang sama dengannya sebelum menampakkan wajah di depannya,” kata Gong Xi. Lalu Nan Qin masuk ke dalam ruangan dengan gontai. Gong Xi bertanya kepada Nan Qin apa Direktur Shen sudah menjelaskan kepadanya mengenai MV yang akan mereka bintangi. Nan Qin mengangguk lalu ia berkata kalau ia sebenarnya ingin bermain film. Walaupun filmnya hanya film special berdurasi 2 jam dan ia bukan pemeran utama, namun saat ia melihat skripnya ia merasa peran itu cocok untuknya. Gong Xi yang mendengarnya sangat mendukung keputusan Nan Qin tersebut. “Apa aku harus mengambil kesempatan itu tanpa merasa bersalah?” tanya Nan Qin. Gong Xi heran mengapa ia harus merasa bersalah. Dengan sedih Nan Qin bercerita kalau sebenarnya sudah ada pemeran untuk peran yang akan ia ambil namun saat produser film itu melihat iklan soda yang ia bintangi, ia segera menggantinya. “Jadi kau mengambil peran orang lain?” tanya Gong Xi. Nan Qin mengangguk dengan sedih. “Di industri ini, kalau kau bergabung dengan perusahaan besar seperti LME kau tidak perlu takut dibully. Namun kalau kau bergabung dengan perusahaan kecil seperti gadis itu (pemeran yang lama) maka posisimu akan susah,” kata Nan Qin. “Untung kita bergabung dengan LME,” kata Gong Xi lega. “Qin, kau merasa bersalah karena mengambil peran orang lain?” tanya Gong Xi. Nan Qin mengangguk lalu bercerita kalau dulu ia pernah menandatangani kontrak namun dibatalkan karena Fei Li Hua membayar orang agar ia bisa merebut posisi Nan Qin. “Aku tau rasanya digantikan oleh orang lain,” kata Nan Qin. “Tapi ini bukan salahmu kalau orang itu digantikan. Produser menggantinya karena melihat bakatmu. Qin, buktikan ke mereka kalau kau menyukai akting dan memang pantas mendapatkan peran itu!” kata Gong Xi berapi-api.
Nan Qin mendengarnya dengan takjub. Ia bertekad akan melakukan yang terbaik untuk pekerjaannya sekarang. “Aku akan berusaha sebaik mungkin walaupun itu berarti menggunakan orang lain sebagai batu loncatan selama aku tidak menggunakan cara belakang. Aku berjuang dengan caraku sendiri kan,” kata Nan Qin semangat. Saat mendengarnya barulah Gong Xi sadar kalau ia bisa menggunakan Shang sebagai batu lompatan untuk karirnya ke depan.”Namun syuting film itu dilaksankan minggu depan jadi aku mungkin tidak bisa mengikuti syuting MV Bu Puo Shang,” kata Nan Qin. Gong Xi langsung berkata kalau hal itu bukan masalah lalu berlari ke kantor Direktur Shen. “Apakah ia adalah fan Bu Puo Shang?” pikir Nan Qin saat melihat antusiasme Gong Xi.
Direktur Shen segera menelepon perusahaan rekaman. Perusahaan rekaman tidak masalah walaupun Gong Xi hanya datang sendiri karena mereka telah menyiapkan pengganti Nan Qin dan Gong Xi bisa datang ke perusahaan itu besok. Gong Xi sangat girang mendengarnya lalu ia menari-nari dengan sangat gembira. “Kau senang kan? Tapi tadi berpura-pura tidak senang,” kata Direktur Shen lalu ia ikut menari bersama Gong Xi dan mereka menari bersama sampai kelelahan.
Di kantornya Shang sedang menonton iklan yang dibintangi oleh Gong Xi. Lalu manajernya dan seorang wanita masuk ke dalam ruangan Shang dan ikut menonton. Mereka berkata kalau iklan itu sangat populer dan membuat pemerannya menduduki peringkat satu yang paling dicari di internet. Saat gambar Gong Xi muncul Shang mempause iklan itu dan bertanya siapakah gadis itu. “Apakah ia typemu? Kalau kau suka dengan gadis yang berambut panjang maka kau kurang mujur karena ia menolak tawaran kita,” kata wanita yang bersama manajernya. “Ia berani menolak tawaran kita?” tanya Shang kaget. “Mungkin ia memiliki pekerjaan lain,” jawab wanita itu. Manajer Shang menyuruh wanita itu agar segera mencari pengganti Nan Qin. Lalu wanita itu menjawab kalau ia sudah meminta Mei Sen menggantikan Nan Qin. Shang masih memandangi gambar Gong Xi sambil berpikir. Ia tidak yakin kalau itu Gong Xi karena potongan rambutnya yang berbeda.
Round 9 . .
Lian terus diam selama bersama Gong Xi setelah selesai syuting. Gong Xi tidak berani menegur Lian. sampai di tempat parkir Lian mengambil koper yang dibawa Gong Xi dan memasukkan sendiri ke dalam mobil. Gong Xi masuk ke dalam mobil. Gong Xi langsung minta maaf karena telah merobek poster Shang dan telah mempermalukan Lian. Lian mengatakan bahwa tidak marah karena Gong Xi telah memecahkan lampu dan membocorkan jadwal selama bulan September tetapi karena Gong Xi sama sekali tidak memikirkan dan mempertimbangkan Lian pertama karena orang-orang akan melihat kalau Lian tidak penting.
Seharusnya sebagai manajer Gong Xi harus mengesampingkan perasaan pribadi dan harus mementingkan artinya terlebih dahulu. Karena Gong Xi sedang bekerja bagaimana bisa Gong Xi tiba-tiba pergi dan balas dendam untuk masalah pribadi sehingga telah lupa untuk menjaga Lian dan untuk tidak melanggar aturan.
Selama perjalanan Gong Xi dan Lian diam tetapi tiba-tiba perut Gong Xi berbunyi. Lian yang tahu Gong Xi lapar menawari Gong Xi apa yang ingin Gong Xi makan. Gong Xi mulanya menolak tetapi dengan sedikit keras Lian memaksa dan akhirnya Gong Xi mengatakan ingin makan steak. Lian diam-diam tersenyum dengan maniez^^.
Gong Xi makan dengan lahapnya dan Lian tersenyum melihat Gong Xi yang makan dengan dengan lahap. Gong Xi bertanya kenapa Lian tersenyum. Lian mengatakan kalau Gong Xi sepertinya makan dengan bahagia. Gong Xi meminta steak Lian karena Lian sepertinya tidak mau makan tetapi Lian memakan steaknya.
Ketika berjalan, Lian melihat poster Shang dipajang dis ebuah toko. Lian terus melihat poster Shan dan melirik Gong Xi. Tetapi Gong Xi pura-pura tidak melihat poster Shang. Lian menasihati Gong Xi walaupun sedang bekerja atau tidak Gong Xi tidak boleh merobek poster Shang. Gong Xi mengatakan kalau tidak akan membiarkan kesempatan lewat untuk merobek poster Shang. Lian tersenyum dan mengatakan kalau sama sekali tidak berfikir Gong Xi sangat membenci Shang karena dulu ketika masih kecil Lian pernah mendengar kalau Shang adalah pangeran yang akan melamarnya.
Gong Xi mengatakan kalau sebenarnya tidak ingin seperti itu juga tetapi apapun yang berhubungan dengan Shang membuatnya gila dan terganggu dan mengingat segala perlakuan Shang juga sangatlah tidak seharusnya. Maka itu Gong Xi bersumpah agar Shang menyesal dan sadar bahwa Gong Xi tidak semudah itu.
Lian terlihat tidak senang karena sebagai seorang aktor Lian tidak menerima motivasi Gong Xi untuk berakting. Gong Xi berfikir apa karena alasan itu maka Lian memperlakukannya sedikit merendahkannya.
Melihat Gong Xi duduk dibangku belakang, Lian melihat Gong Xi. Gong Xi mengatakan bahwa dia menjaga jarak dengan Lian. Tuan Luo Li menelpon Gong Xi dan mengatakan kalau Gong Xi bisa masuk universitas. Gong Xi sangat senang mendengarnya sampai melompat di dalam mobil yang membuat kepalanya terbentur atap mobil. Lian pun turut senang mendengarnya dan tersenyum manieez lagi.
Lian sedang disalon menata rambutnya ditemani Gong Xi. Lian mengatakan kepada hairstylenya kalau akan menjenguk Du Jin. Tapi hairstylenya mengatakan apakah Lian tidak takut terjangkit. Lian dengan pede mengatakan seumur hidupnya tidak pernah sakit.
Gong Xi dengan semangat belajar dan membuat hairstyle Lian heran. Lian mengatakan kalau Gong Xi sedang belajar untuk masuk tes universitas. Lian tahu kalau Gong Xi pasti berusaha untuk belajar dengan keras dan mendapat nilai sempurna karena di saat Gong Xi kecil ketika mendapat nilai 80 Gong Xi merasa tidak puas.
Gong Xi teringat bahwa ada seseorang yang mengatakan kalau tidak ada orang yang bodoh hanya karena mendapat nilai 80 tetapi saat itu Gong Xi hanya ingin mendapat nila 100 hanya untuk membuat ibunya senang. Gong Xi mulai berfikir bahwa tidak akan melakukan sesuatu hanya untuk menyenangkan orang lain.
Lian tersenyum melihat Gong Xi tetapi senyum Lian hilang karena tiba-tiba batuk tetapi Lian menyangkal kena batuk. Gong Xi curiga melihat Lian. Gong Xi mengatakan kepada Lian kalau Lian pilek/demam. Lian menyangkal karena selama hidupnya tidak pernah demam. Gong Xi pun mengatakan karena Lian tidak pernah demam maka Lian tidak tahu ciri-ciri demam. Tetapi Lian tetap menyangkal.
Gong Xi terus mengatakan Lian demam sampai akhirnya Lian mau memakai thermometer dan terbukti Lian kena demam dan akan membawa Lian ke rumah sakit setelah syuting kelar. Lian sebenarnya tidak mau tetapi Gong Xi mengatakan kalau Lian bukanlah artis yang profesional jika Lian tidak bisa menjaga tubuhnya. Lian akhirnya mengikuti kata-kata Gong Xi.
Gong Xi sangat khawatir karena adegan yang akan dilakukan Lian adalah adegan hujan-hujanan. Gong Xi berusaha menghentikam Lian tetapi Lian tidak bisa. Mesin hujan pun mulai dihidupkan. Lian bertekad walaupun demamnya bertambah tinggi dan sampai pingsan sekalipun Lian akan tetap bertahan sampai sutradara mengatakan okay.
Syuting pun mulai. Tetapi Jing Jing lawan main Lian selalu salah mengucapkan kata-kata yang membuat adegan selalu diulang. Gong Xi sangat khawatir melihatnya. Ketika break Lian memberikan semangat kepada Jing Jing dan menyuruh Jing Jing untuk mengulang kata-kata dalam adegan sebanyak lima kali.
Syuting kembali dilanjutkan. Crew memuji Lian yang begitu sabar walaupun adegan yang dilakukan terus menerus diulang. Gong Xi berfikir apakah Lian akan bersabar dan bersikap gentle apabila suatu hari nanti Lian berakting dengannya karena Gong Xi masih berfikir kalau Lian masih membenci Gong Xi karena alasan Gong Xi yang masuk dunia hiburan karena hanya ingin balas dendam. Gong Xi membayangkan ia sedang mengejar Shang dengan motornya untuk balas dendam.
Akhirnya adegan selesai dengan sempurna. Gong Xi dengan segera menuju Lian dan memberikan Lian handuk. Lian dan Gong Xi masuk ke tenda tetapi Lian terlihat lemah dan jatuh pingsan menimpa tubuh Gong Xi. Tentu saja Gong Xi sangat kaget. (sumpeh posisinya gak enak banget diliat…wkwkkkwk..aye envy dah_iis rf). Gong Xi terpaku tapi berusaha untuk bangun,”padahal satu langkah lebih untuk ke sofa….”pikir Gong Xi dan berusaha memanggil Lian agar sadar. Namun Lian tak memberikan respon, Gong Xi menyentuh dahi Lian dan panas. Gong Xi berpikir kalau Lian demamnya tambah parah karena hujan-hujanan tadi. Lalu Gong Xi mulai berteriak meminta tolong, “apa ada orang di luar? Siapapun yang di luar”. Gong Xi menghentikan teriakannya saat mendengar artis yang tadi akting dengan Lian tertawa dan bilang kalau tadi ia sangat malu dan gugup saat akting sehingga melakukan kesalahan. Gong Xi kesal karena artis itu bicara terlalu keras padahal semuanya karena dia yang tidak bisa menghafal kalimat dan terus melakukan NG. Lalu Gong Xi mulai menirukan line yang seharusnya dihafal artis itu. Tiba-tiba Lian tersadar dan membalas perkataan Gong Xi. “Jangan panik. Aku sudah menyelidiki identitasnya. Jangan khawatir kali ini ia tidak akan pergi” ucap Lian berasa lagi akting. Gong Xi yang melihatnya bingung dan berusaha memanggil, “tuan Lian”. Lian tersadar dan melihat sekeliling dan bertanya, “kau bukan Qin Qin? Kenapa kau di tanah?”. Gong Xi malu langsung menutup mukanya dengan handuk yang dipake Lian. (wkwkkwk…. lucu_iis rf)
Lian melanjutkan syuting. Gong Xi memandang Lian dari kejauhan dan berpikir kalau tadi Lian sempat pingsan karena demam tinggi, bahkan ia kesulitan untuk menyadarkannya tapi begitu ia mendengar baris dialog ia langsung terbangun dan dalam sepersekian detik masuk dalam karakter. Gong Xi berpikir mungkinkah Lian benar-benar menganggap akting sebagai sesuatu yang lebih berharga dari hidupnya. Lalu Gong Xi mempunyai ide dan langsung berlari membeli sesuatu.
Lian menyelesaikan syutingnya dengan baik. Ia pun kembali ke tenda istirahat. Di dalam ia merasa kepalanya pusing dan hampir terjatuh, untung saja Gong Xi langsung menopang punggung Lian dari belakang. Gong Xi meminta maaf karena ia pergi untuk membeli sesuatu. Gong Xi menunjukkan plastik belanjaannya membuat Lian tersenyum.
Di mobil, Gong Xi menunjukkan barang yang ia beli termasuk plester demam dan memakaikannya di dahi Lian. Gong Xi mempersiapkan semuanya agar Lian tetap berkonsentrasi pada pekerjaannya. Gong Xi membeli obat batuk, obat batuk tetes, kompres es, dll. (Kayak apotik berjalan aja itu Gong Xi). Lian tertawa melihatnya karena Gong Xi membeli banyak barang. Lalu Gong Xi mengeluarkan lobak dan memarutnya. Lian penasaran dan bertanya itu apa. Setelah memarut, Gong Xi menambahkan sirup (atau gula merah wkwkwk…saya gak tau) ke atas lobak parut tadi dan mengaduknya. Gong Xi memberikannya kepada Lian dan bilang ketika tenggorokan Lian sakit, ini sangat efektif. Gong Xi melihat Lian memakannya dan bertanya bagaimana rasanya. Lian tersenyum dan mengangguk kalau rasanya enak. Gong Xi senang mendengarnya dan bilang Lian jangan khawatir karena ia akan mendukung Lian dengan segala cara, ia tidak hanya menyeimbangkan pekerjaan tapi juga akan menyembuhkan penyakit flu Lian agar Lian tak perlu tidak masuk kerja. Jika Lian tak tahan dan ingin terjatuh, terjatuhlah padanya, karena Gong Xi akan mendukung Lian. Gong Xi mengucapkan semuanya dengan senyum tulus membuat Lian teringat masa lalu saat Gong Xi kecil merawatnya yang sedang sakit. “Ini persis ketika ia masih kecil tak peduli seberapa kecil hal itu ia akan melakukan yang terbaik. Apakah aku terganggu dengan motif balas dendamnya dan melupakan hal yang penting dari dirinya yang sebenarnya. Gadis dalam kenanganku memiliki hati yang baik, ia bahagia dan sering menderita karena orang lain. Ia sering menangisi masalah ibunya tapi begitu menyebut Xiao Shang, ia akan kembali menampilkan senyum di wajahnya. Meskipun ia lebih muda dari aku tapi tekadnya sangat kuat. Apapun itu ia akan melakukan yang terbaik. Sejak saat itu, wajah gadis itu telah terpatri jauh ke dalam hatiku” batin Lian mengingat masa lalu.
Gong Xi mengompres Lian dan bertanya apa Lian baik-baik saja. (tapi sepertinya Lian sedang mengigau karena mikirin masa lalu wkwkwk_iis rf). Gong Xi tanya apa perlu diganti lagi kompres esnya. Lian menjawab ia merasa nyaman. Gong Xi lalu menyuruh Lian tidur kembali. Lian mengucapkan terima kasih dengan lirih. Gong Xi tidak mendengarnya dan mendekatkan telinganya. “Terima kasih Xiao Xi” kata Lian sambil tersenyum. (Xiao Xi = Xi kecil, panggilan Gong Xi waktu kecil). Gong Xi tercengang mendengarnya.
Setelah kejadian itu, Gong Xi terus melamun. Gong Xi akhirnya tersadar dan kaget saat melihat jam sudah jam 6 pagi. Ia langsung membolak-balik bukunya dan sadar kalau belum menjawab satupun soal. Gong Xi termenung, “sejak aku mengganti kompres es hingga sekarang (Gong Xi kembali ingat saat Lian memberi senyum lembut dan mengucapkan terima kasih Xiao Xi) kenapa ia memperlakukan aku begini? Apa ia tidak membenci aku? Sampai hari aku menyerah pada dendam, aku tidak berharap mendapatkan ekspresi lembut darinya atau suara lembutnya saat ia menggil aku Xiao Xi”.
Lian mulai terbangun di kamarnya. Saat menggerakkan kepala, kompres yang berada di kepalanya terjatuh membuatnya sadar. Lian mengambil cangkirnya dan kosong. Lian pun bergegas bangun dan menuju dapur. Di dapur, Lian melihat Gong Xi memasak sambil menghafalkan pelajaran.
“Maaf mengganggu” kata Lian. “Oh kau sudah bangun!” kata Gong Xi kaget. Lian takjub, “kau membuat sarapan?” dan Gong Xi tambah kaget roti mendengar bunyi dari oven toaster yang mengeluarkan roti dalam keadaan gosong wkwkwk.
Gong Xi dan Lian duduk di meja makan. Gong Xi meminta maaf karena sudah menggunakan dapur Lian tanpa izin dan menghanguskan roti bakarnya. Lian menjawab tak masalah karena ia juga tak begitu suka roti bakar. Lian lalu tanya jus di sampingnya apa. Gong Xi jawab itu jus untuk meningkatkan energi terbuat dari dari paprika hijau, jambu biji, pare, seledri, apel dan mentimun. Selain kaya vitamin C juga dapat mengisi energi karena membantu saat flu. Lian memandang gelas jus nya dan bilang itu sangat komplit. (saya penasaran itu jus rasanya kayak apa? Wkwkwk_iis rf)
Lian lalu bilang pasti Gong Xi menyiapkan jus itu untuk waktu yang lama. Gong Xi bilang tidak juga, selama Lian bisa pulih ia bisa menyiapkan jus itu 10 gelas sehari. Keduanya langsung terdiam canggung. (wkwkkwk….mabok pasti kalo aku yang dicekoki itu jus 10 gelas sehari ^_^_iis rf)
Lian lalu mengalihkan pembicaraan dan tanya tentang kantong es untuk kompres. Gong Xi lalu menjawab kalau ia yang menggantinya. Lalu Lian memegang kausnya dan bertanya apa Gong Xi…. Gong Xi buru-buru menjawab bukan dia yang melakukannya, Lian sendiri yang mengganti bajunya. Lian bingung bagaimana ia bisa mengganti sendiri. Gong Xi lalu menerangkan kalau ia berteriak menyebutkan baris dialog drama dan Lian langsung bangun dan mengambil kunci dan mengganti baju sendiri. Gong Xi tanya apa Lian tidak ingat? Lian mengangkat bahu dan menggelengkan kepalanya. (ihhh…suka liat ekspresi Lian lagi unyu…polos banget kayak anak kecil_iis rf). “Kau bahkan memanggilku Xiao Xi, apa kau tidak ingat dengan baik?” batin Gong Xi.
Gong Xi lalu menuangkan bubur di mangkuk Lian dan menyuruhnya makan sementara ia akan membersihkan dapur. Lian lalu memakan buburnya dan menikmatinya karena sangat enak. Lalu Lian melihat Gong Xi yang sedang membersihkan dapur. “Kenapa dia begitu baik padaku? Aku selalu dingin padanya dan tidak pernah memujinya. Kenapa ia bekerja keras untuk orang yang penuh kebencian seperti aku?” batin Lian.
Gong Xi melihat Lian yang sedang berakting dari kejauhan. Ia tersadar dan bingung kenapa terjadi lagi. Ia terlalu asyik lagi, setiap Gong Xi melihat Lian berakting, perhatiannya akan tertuju pada Lian. Gong Xi tidak bisa belajar saat waktunya, hal itu membuat Gong Xi berpikir untuk mengubah topik untuk mengangkat mood belajarnya. Gong Xi menutup bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Ternyata ia malah menemukan naskah drama Lian untuk episode final. Gong Xi antusias membacanya sampai lupa waktu. Ketika tersadar ternyata syuting sudah berakhir. Gong Xi melihat sekeliling telah sepi dan bingung kemana semua orang.
Di tempat lain, Lian tampak kesulitan menghafal naskah dramanya. Lian terus mengulang-ulang dialognya agar ingat. Lian berpikir ia kesulitan memasukkannya ke dalam memori karena kena demam kemarin. Lian pun melanjutkan mengulang dialognya berkali-kali. Gong Xi yang baru datang bingung melihat Lian. “Apa ia kesulitan menghafal dialognya?” pikir Gong Xi.
Gong Xi lalu mendekati Lian dan membacakan dialognya dengan lancar. Lian terpukau melihat Gong Xi berakting. “Suara dan ekspresinya benar-benar mengagumkan. Ia tidak tampak seperti pemula sama sekali” batin Lian. Gong Xi terus membacakan dialog lanjutan dari dialog yang sedang Lian hafalkan. “Jika dendam adalah motivasi satu-satunya , ia bisa belajar keterampilan akting ini, bagaimana bisa dia meneruskan dialog tadi?” batin Lian. Dengan wajah sumringah, Lian mendekati Gong Xi dan bilang akting Gong Xi cukup bagus. Gong Xi senang mendengarnya dan bilang kalau ini karena bantuan pusat kursus pelatihan. Gong Xi bilang ia belajar banyak saat di pusat pelatihan. Gong Xi dengan semangat cerita kalau saat pelatihan, pernah suatu kali gurunya menyuruh mereka menonton film bisu untuk memahami konsep sebuah film tanpa dialog, lalu menyuruh semuanya melakukan tindakan dan ekspresi wajah saja, tapi kemudian guru berkata, “jika karakter ini punya dialog, apa yang akan dia katakan?”, guru ingin mereka semua sejenak berpikir. Gong Xi bilang itu sangat sulit tapi itu begitu menyenangkan.
Lian penasaran dan bertanya, “kenapa kau sangat bahagia? Bukankah kau belajar akting hanya untuk balas dendam pada Bu Po Shang?”. Gong Xi buru-buru menggeleng dan menjawab tidak. Kenapa ia harus belajar akting karena orang bodoh itu, walau Gong Xi akui awalnya ia adalah sebagian kecil yang membuatnya bertindak ekstrim dan tanpa malu-malu masuk dunia hiburan. Tapi setelah itu, Gong Xi menyadari kalau sejak kecil hingga sekarang, ia tidak pernah sekalipun melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri. Gong Xi teringat sejak kecil ia belajar acara minum teh, berjalan anggun karena ibunya dan Shang. Gong Xi melanjutkan kalau dirinya yang sekarang berbeda, dengan belajar akting ia merasa mendapat kekuatan kecil dalam hati kalau ia sedang dalam tahap menjadi diri sendiri yang tidak hidup untuk orang lain. Gong Xi tanya apa Lian mengerti perasaan seperti itu. Lian tersenyum lembut mendengarnya. Gong Xi kaget melihat Lian menampilkan senyum hangat padanya. Lian mengangguk dan berkata, “aku mengerti”. “Dia memberiku senyum hangat padaku lagi” batin Gong Xi kembali teringat saat Lian tersenyum hangat padanya saat ia memakai kostum ayam.
Gong Xi membayangkan Lian tersenyum dan berkata, “aku mengerti”. Lalu Lian mengambil buku nilai Gong Xi dan memberikan stempel. Gong Xi sumringah melihat point 1000 dan tertawa lebar. Lian lalu mempersilakan Gong Xi duduk di singgasana. Gong Xi duduk di singgasana bagai ratu dan terus melambaikan tangan bak artis. Lian bersujud dan bertepuk tangan lebay…. Dan itu hanya ada dalam mimpi Gong Xi. (wkkwkkwk)
Lian membangunkan Gong Xi yang tertidur di meja sambil senyum-senyum. Gong Xi kaget melihat Lian. Lian tanya kenapa Gong Xi terlihat ketakutan. Gong Xi menggeleng dan berkata tidak. Lian lalu bilang kalau Gong Xi akan kedinginan jika tidur di sini dan menyuruhnya tidur di kamar. Gong Xi menolak karena ia harus belajar. Lian bilang Gong Xi tidak tidur semalam karena merawatnya, jika terus begini maka Gong Xi bisa sakit sebelum sampai di hari ujian. Lian tanya apa Gong Xi bekerja keras seperti ini karena ingin nilai sempurna di setiap mata pelajaran? Lian lalu menyuruh Gong Xi jangan khawatir tentang skor selama ia melakukan semuanya yang terbaik. Gong Xi mengangguk dan bilang kalau ia tidak sadar dan mulai mengejar skor lagi. Gong Xi sudah seperti itu sejak kecil karena ia selalu mencoba mendapatkan skor 100 untuk membahagiakan ibunya. Gong Xi bilang ia baru saja mengatakan akan hidup bukan untuk orang lain, dan setuju akan beristirahat tanpa memikirkan apakah ia tidak akan mendapatkan skor sempurna dan hanya akan melakukan semuanya yang terbaik.
Lalu Lian menyuruh Gong Xi mandi. Gong Xi kaget dan teriak. Lian bingung kenapa Gong Xi teriak? Apa ia tidak ingin mandi dan langsung tidur. (wkwkkwk….itu Gong Xi pasti mikir macem-macem ketularan rha, ngomongnya pake teriak segala)
Lian menyuruh Gong Xi merendahkan suaranya. Gong Xi lalu bilang ia akan mandi nanti. Gong Xi lalu tanya bagaimana dengan Lian. Lian bilang ia akan kembali ke kamar dan tidur. Gong Xi lalu menyuruh Lian kembali ke kamarnya duluan baru ia mandi. Lian lalu bangkit dan menuju ke kamarnya. Lian menoleh dan bertanya Gong Xi tidak akan ketiduran di bath up karena kelelahan kan? Gong Xi menjawab tidak dan mengayunkan tangannya menyuruh Lian cepat tidur. Lian lalu kembali berjalan, namun kembali menoleh dan bertanya, “kau tidak akan membiarkan aku kesiangan dan lupa membangunkanku besok siang kan?”. Gong Xi kesal dan langsung teriak ,“tidak akan!!”. Lian langsung berjalan menuju kamarnya. (wkwkwk…. Lian rese yah_iis rf)
Lian menegur Gong Xi yang terus mengomel kepada supir yang mengantar mereka. Gong Xi berkata kalau Lian dikenal sebagai orang yang tidak pernah terlambat karena itu ia tidak mau kali ini Lian terlambat. Gong Xi melihat ke luar jendela lalu membuka kunci mobil dan berlari keluar. Lian yang bingung melihatnya segera ikut keluar bersama Gong Xi. Saat Lian bingung mencari Gong Xi tiba-tiba Gong Xi datang dengan sepeda dan menyuruh Lian naik ke sepeda. Ia berkata meminjam sepeda itu dari seorang orang tua yang baik hati.
Lian ragu kalau mereka bisa sampai tepat waktu dengan sepeda. Gong Xi berkata agar Lian menyerahkan semua pada dirinya dan tidak perlu khawatir karena Gong Xi akan memastikan Lian tidak terlambat. Lian menurut lalu naik ke sadel penumpang. Awalnya dia bingung harus duduk seperti apa lalu ia memutuskan untuk duduk seperti perempuan (kalau kata aii sih bonceng miring gitu). Gong Xi mengayuh sepedanya secepat mungkin dan berkata kalau ia tidak akan membiarkan Lian terlambat. “Sepertinya kita akan sampai tepat waktu. Aku serahkan semua padamu,” kata Lian. “Sepertinya kali ini aku akan memberi 100 poin untuknya,” kata Lian dalam hati sambil tersenyum.
Gong Xi mulai masuk kuliah. Ia merasa kalau perkataan Lian yang berbunyi, “Asal kau sudah melakukan semua dengan baik, kau tidak perlu memikirkan nilai yang kau dapatkan,” membuat ia sadar kalau segala hal tidak diukur dari poin saja. Sejak saat itu Gong Xi tidak lagi terlalu memikirkan poin yang ia dapatkan. Ia juga tidak menyangka kalau Lian akan memberikannya 100 poin.
Sambil makan siang sendirian di kampus, Gong Xi memandangi buku catatannya yang berisi 100 poin dari Lian.
Saat Gong Xi sedang makan siang, seorang teman kuliahnya yang bernama Guo Mei Sen datang dan berkata, “Kau sedang santai ya sampai punya waktu untuk makan siang?” Gong Xi berkata kalau ia memang sedang menganggur. Padahal nanti malam Gong Xi harus syuting sebagai ayam namun ia sengaja tidak mengaku karena malu. Lalu Mei Sen berkata kalau ia iri pada Gong Xi karena ia sendiri sibuk ke sana kemari untuk syuting. Gong Xi mendengar Mei Sen menyombongkan diri dengan kesal karena ia sok berkata kalau ia iri dengan Gong Xi yang santai. “Perusahaanmu memerlakukanmu dengan sangat baik. Mereka mengurus pendaftaran kuliahmu lalu memberimu pekerjaan yang sangat sedikit,” kata Mei Sen. Mendengar perkataan Mei Sen Gong Xi langsung berhenti makan. “Apa maksudmu kalau mereka yang mengurus urusan kuliahku?” tanya Gong Xi. Namun Mei Sen berkata kalau ia sudah dijemput manajernya dan langsung pergi. Gong Xi memanggil Mei Sen dan berteriak kalau ia bisa masuk kuliah atas usahanya sendiri. Teriakannya yang sangat lantang menyebabkan sepeda-sepeda yang sedang diparkir langsung roboh.
Gong Xi kembali ke kantor dengan menaiki sepedanya. Sepanjang perjalanan ia masih memikirkan perkataan Mei Sen dengan kesal. Di jalan ia melihat iklan yang dibintanginya dengan Nan Qin sudah rilis. “Aku sangat suka iklan itu,” kata sekelompok orang yang berada tidak jauh dari Gong Xi. Mereka berkata kalau tema mengenai persahabatan antara dua orang gadis sangat manis. Gong Xi dengan riang mondar-mandir di depan orang-orang itu. “Aku lebih suka yang berambut panjang,” kata seorang gadis dan teman-temannya menyetujuinya. “Gadis yang berambut pendek itu biasa saja. Bahkan bila ia berada di jalan pun tidak akan ada yang mengenalinya,” kata mereka. Mendengar perkataan mereka Gong Xi langsung menabrak trotoar dan jatuh dari sepedanya. Lalu sekelompok orang itu pergi. Namun sebelum pergi salah satu dari mereka berkata, “Ia memiliki sangat sedikit kemampuan untuk menjadi seorang artis,” Gong Xi sangat kesal mendengarnya. “Apa mereka anak buah Bu Puo Shang!” batin Gong Xi kesal.
Saat auranya mulai menggelap tiba-tiba ada telepon di HPnya, Gong Xi segera mengangkatnya. “Kau sudah menjadi bintang iklan sekarang. Sembunyikanlah wajah bahagiamu itu,” kata Lian dari telepon. Gong Xi mencari-cari keberadaan Lian yang ternyata ada di jembatan di depannya. Lian dan Du Jin melambaikan tangan kepada Gong Xi lalu Gong Xi membalasnya dengan malu-malu.
Gong Xi minum kopi di café bersama Du Jin dan Lian. “Setelah iklanmu rilis maka kau harus bekerja lebih giat lagi,” kata Du Jin kepada Gong Xi. Lalu Lian bertanya mengenai kuliah Gong Xi. Gong Xi berkata kalau kuliahnya berjalan dengan lancar. “Kudengar kau sekarang berhenti mencari nilai sempurna?” tanya Lian. Gong Xi mengangguk sambil tersenyum senang. “Terimakasih karena kau aku sekarang tidak lagi menjadi orang yang terobsesi dengan nilai. Sekarang kalau ada orang yang bertanya padaku aku langsung tahu jawabannya tanpa terlalu keras berpikir. Segalanya menjadi lebih mudah sekarang,” kata Gong Xi riang. Du Jin melihat mereka berdua sambil menahan senyumnya. Lian juga berterimakasih kepada Gong Xi karena sudah membantunya selama menjadi manajer pengganti. Du Jin juga turut berterimakasih. “Tidak perlu. Memang itu adalah tugas seorang manajer untuk menyiapkan teh sampai mengganti kompres,” kata Gong Xi senang. “Sebenarnya manajer tidak perlu melakukan hal itu. Kecuali kalau ada perasaan special,” batin Du Jin sambil tersenyum. Gong Xi mengeluarkan buku catatannya lalu berterimakasih kepada Lian karena telah memberinya 100 poin. Du Jin sampai kaget karena tidak menyangka Lian member 100 poin. “Aku memberimu 100 poin?” tanya Lian. Gong Xi menunjukkan buku catatannya kepada Lian. Lian membalik halaman di balik 100 poin yang ia berikan kepada Gong Xi lalu mengembalikan buku itu ke Gong Xi. Ternyata di halaman baliknya ada -10 poin yang juga diberikan Lian. Gong Xi melihatnya dengan tidak percaya. Ia berkali-kali membolak-balik halaman buku catatannya. “Sejak awal aku memberimu 90 poin, bukan 100 poin,” kata Lian sambil tersenyum sinis. Du Jin melihatnya sambil menahan tawa sementara Gong Xi sangat kesal dibuatnya.
Lian mengajak Du Jin pergi untuk melanjutkan pekerjaan namun Gong Xi mencegat mereka dan bertanya kenapa ia diberi -10 poin. “Itu bukan 100 poin atau -10 poin. Tapi 90 poin,” kata Lian bersikeras. “Tuan Lian, apakah kau tidak kekanak-kanakan?” tanya Gong Xi kesal. “Kalau kau memang ingin member 90 poin tidak perlu memberi 100 poin lalu mengurangi 10 poin,” lanjut Gong Xi. “Bukankah kau baru saja bilang kalau kau tidak lagi terobsesi pada nilai?” tanya Lian. Gong Xi terdiam mendengarnya lalu Lian dan Du Jin meninggalkan Gong Xi sambil tersenyum.
Di kantor Direktur Shen masuk ke ruangan karyawan untuk memberitahu seorang karyawannya untuk membetulkan komputer. Lalu seorang karyawan wanita berkata kalau ia sudah melihat iklan Gong Xi dan Nan Qin dan perusahaan yang memakai mereka berdua sebagai bintang iklan merasa puas. Direktur Shen senang mendengarnya. Lalu Direktur Shen mendapat telepon dari perusahaan rekaman yang ingin mengontrak Gong Xi da Nan Qin sebagai bintang MV.
Gong Xi sudah siap dengan seragam kerjanya. Ia masih saja memikirkan Lian yang mengurangi 10 poin nilainya. “Apa ia berbuat seperti itu karena aku diterima kuliah tanpa mengabarinya ya?” pikir Gong Xi. Tapi ia ingat kalau Lian memberinya poin sebelum Gong Xi diterima kuliah. “Apa itu caranya untuk membuktikan kalau aku sudah tidak terobsesi dengan nilai?” pikir Gong Xi. Tiba-tiba Direktur Shen berlari mengejar Gong Xi. Gong Xi berkata kalau ia ada syuting dan sedang buru-buru namun Direktur Shen menahannya dan berkata kalau Gong Xi akan membintangi sebuah MV. Gong Xi sangat senang mendengarnya dan langsung menari-nari girang.
Gong Xi memandangi Direktur Shen dengan tatapan membunuh dan kesal. Dengan gugup Direktur Shen berusaha menjelaskan kalau Empress Record adalah salah satu dari lima perusahaan rekaman terbesar di Korea dan bila Gong Xi menjadi bintang MVnya maka karirnya akan meroket. Dengan suara mengerikan layaknya film horror Gong Xi bertanya kepada Direktur Shen video klip siapa yang akan ia bintangi. “Tentu saja favoritmu, Bu Puo Shang,” kata Direktur Shen takut. “Dia adalah orang yang paling aku benci!” teriak Gong Xi marah sambil menggebrak meja. Direktur Shen terlempar ke dinding karena amarah Gong Xi.
Gong Xi mengomel sendiri di ruang gantinya. Ia bersikeras tidak akan membintangi MV Bu Puo Shang, “Aku baru membintangi satu iklan. Baginya aku adalah anak bawang. Aku harus memiliki level yang sama dengannya sebelum menampakkan wajah di depannya,” kata Gong Xi. Lalu Nan Qin masuk ke dalam ruangan dengan gontai. Gong Xi bertanya kepada Nan Qin apa Direktur Shen sudah menjelaskan kepadanya mengenai MV yang akan mereka bintangi. Nan Qin mengangguk lalu ia berkata kalau ia sebenarnya ingin bermain film. Walaupun filmnya hanya film special berdurasi 2 jam dan ia bukan pemeran utama, namun saat ia melihat skripnya ia merasa peran itu cocok untuknya. Gong Xi yang mendengarnya sangat mendukung keputusan Nan Qin tersebut. “Apa aku harus mengambil kesempatan itu tanpa merasa bersalah?” tanya Nan Qin. Gong Xi heran mengapa ia harus merasa bersalah. Dengan sedih Nan Qin bercerita kalau sebenarnya sudah ada pemeran untuk peran yang akan ia ambil namun saat produser film itu melihat iklan soda yang ia bintangi, ia segera menggantinya. “Jadi kau mengambil peran orang lain?” tanya Gong Xi. Nan Qin mengangguk dengan sedih. “Di industri ini, kalau kau bergabung dengan perusahaan besar seperti LME kau tidak perlu takut dibully. Namun kalau kau bergabung dengan perusahaan kecil seperti gadis itu (pemeran yang lama) maka posisimu akan susah,” kata Nan Qin. “Untung kita bergabung dengan LME,” kata Gong Xi lega. “Qin, kau merasa bersalah karena mengambil peran orang lain?” tanya Gong Xi. Nan Qin mengangguk lalu bercerita kalau dulu ia pernah menandatangani kontrak namun dibatalkan karena Fei Li Hua membayar orang agar ia bisa merebut posisi Nan Qin. “Aku tau rasanya digantikan oleh orang lain,” kata Nan Qin. “Tapi ini bukan salahmu kalau orang itu digantikan. Produser menggantinya karena melihat bakatmu. Qin, buktikan ke mereka kalau kau menyukai akting dan memang pantas mendapatkan peran itu!” kata Gong Xi berapi-api.
Nan Qin mendengarnya dengan takjub. Ia bertekad akan melakukan yang terbaik untuk pekerjaannya sekarang. “Aku akan berusaha sebaik mungkin walaupun itu berarti menggunakan orang lain sebagai batu loncatan selama aku tidak menggunakan cara belakang. Aku berjuang dengan caraku sendiri kan,” kata Nan Qin semangat. Saat mendengarnya barulah Gong Xi sadar kalau ia bisa menggunakan Shang sebagai batu lompatan untuk karirnya ke depan.”Namun syuting film itu dilaksankan minggu depan jadi aku mungkin tidak bisa mengikuti syuting MV Bu Puo Shang,” kata Nan Qin. Gong Xi langsung berkata kalau hal itu bukan masalah lalu berlari ke kantor Direktur Shen. “Apakah ia adalah fan Bu Puo Shang?” pikir Nan Qin saat melihat antusiasme Gong Xi.
Direktur Shen segera menelepon perusahaan rekaman. Perusahaan rekaman tidak masalah walaupun Gong Xi hanya datang sendiri karena mereka telah menyiapkan pengganti Nan Qin dan Gong Xi bisa datang ke perusahaan itu besok. Gong Xi sangat girang mendengarnya lalu ia menari-nari dengan sangat gembira. “Kau senang kan? Tapi tadi berpura-pura tidak senang,” kata Direktur Shen lalu ia ikut menari bersama Gong Xi dan mereka menari bersama sampai kelelahan.
Di kantornya Shang sedang menonton iklan yang dibintangi oleh Gong Xi. Lalu manajernya dan seorang wanita masuk ke dalam ruangan Shang dan ikut menonton. Mereka berkata kalau iklan itu sangat populer dan membuat pemerannya menduduki peringkat satu yang paling dicari di internet. Saat gambar Gong Xi muncul Shang mempause iklan itu dan bertanya siapakah gadis itu. “Apakah ia typemu? Kalau kau suka dengan gadis yang berambut panjang maka kau kurang mujur karena ia menolak tawaran kita,” kata wanita yang bersama manajernya. “Ia berani menolak tawaran kita?” tanya Shang kaget. “Mungkin ia memiliki pekerjaan lain,” jawab wanita itu. Manajer Shang menyuruh wanita itu agar segera mencari pengganti Nan Qin. Lalu wanita itu menjawab kalau ia sudah meminta Mei Sen menggantikan Nan Qin. Shang masih memandangi gambar Gong Xi sambil berpikir. Ia tidak yakin kalau itu Gong Xi karena potongan rambutnya yang berbeda.
No comments:
Post a Comment