[City Hunter Episode 1]
=9 Oktober 1983=Di sebuah rumah sakit Seoul, seorang wanita sedang berjuang melahirkan tanpa ditemani seorang pun. Sedang jauh di Negara Myanmar, dua orang agen sedang menjalankan tugas menjaga pertemuan Presiden Korea dengan tokoh Myanmar Aung San. Park Moo Yul sang agen dan partnernya Lee Jin Pyo segera berlari mengiringi datangnya sang Presiden.
Tanpa mereka ketahui sebuah bom telah terpasang di tempat pertemuan. Seseorang yang tidak diketahui memencet tombol remote control. Bersamaan dengan lahirnya seorang bayi laki-laki, sebuah bom meledakkan tempat pertemuan tersebut . Kedua agen terkejut bukan main, dan tidak menduga sama sekali. Tempat tersebut bersimbah darah, para pejabat dari kedua belah pihak banyak yang tewas dan terluka tak luput pula orang-orang yang berada di sekitarnya.
Kedua agen melangkah perlahan menuju tempat ledakan, melihat kejadian tanpa rasa percaya.
Sedang ibu sang bayi bersyukur anaknya lahir dengan selamat. Kedua agen menyusuri reruntuhan gedung. Merasa miris.
Di rumah sakit, wanita tersebut syok mendengar berita tentang kejadian di Myanmar. Rupanya agen Park Moo Yul adalah suaminya yang bertugas mengawal presiden bersama partnernya.
Kejadian tersebut memang benar terjadi dimana 9 Oktober 1983 terjadi peledakan saat pertemuan Presiden Korea Selatan dengan tokoh Aung San Su Kyui. Banyak korban dari kedua belah pihak.
5 pejabat Korea Selatan sangat geram melihat kejadian di Myanmar. Di ruangan mereka saling tidak terima dengan kejadian tersebut dan menyalahkan pemerintah Korea Utara bahwa merekalah yang melakukan percobaan pembunuhan terhadap Presiden Korea Selatan.
“Pemerintahan sosialis Myanmar meminta kita hanya mengambil langkah diplomatik!”
“Bagaimana bisa itu dilakukan! Ini mempermalukan bangsa kita!”
“Jadi kita akan menyerang balik, apa kalian setuju?”ucap kepala pemerintahan Choi Eun Chang.
Mendadak semuanya bungkam.
“Baik, kita harus menyerang! Tentu saja kita harus menyerang!”
(Di sini ada ayah Ji Hyun dan ayah Jin Guk, para ahjushi yang selalu main di SBS TV sepertinya)
Kepala Choi Eun Chang memperintahkan kedua agen tersebut untuk menjalankan tugas rahasia.
“Teroris yang melakukan penyerangan di Aung San harus mendapatkan balasannya atas nama ibu pertiwi! Walaupun kemungkinan Presiden tidak akan menyetujuinya”.
Baik Park Moo Yul dan Lee Jin Pyo saling pandang, dan inilah tanggung jawab sebagai agen. Harus bersedia menerima tugas walaupun nyawa taruhannya.
“Di Korea Selatan hanya 5 orang yang mengetahui rencana ini”jelas Choi Eun Chang.
Sebelum menjalankan misinya Moo Yul mengunjungi istrinya di rumah sakit yang baru saja melahirkan. Istrinya lega bahwa suaminya baik-baik saja. Moo Yul sangat bahagia melihat anak laki-lakinya lahir namun dia harus pamit karena harus pergi ke suatu tempat.
“Ah, namanya..aku akan kembali untuk memberi nama anak kita”janji Moo Yul kepada istrinya.
“Bukan tempat yang berbahaya bukan?”
“Tenang saja, aku akan kembali di sampingmu bersama dengan anak kita”. Moo Yul pergi sebelumnya menyentuh pundak istrinya untuk menguatkan.
Istrinya melepas Moo Yul dengan berat hati.
Jin Pyo dan Moo Yul merekrut tim khusus untuk menyertai misi mereka. Ahli bom, ahli kendali jarak jauh, dan orang yang ahli di bidang lainnya.
Bersama keduanya, mereka saling merencanakan penyusupan ke Pyongyang, Korea Utara. Eun Chang mendatangi mereka sebelum pergi melaksanakan tugas.
“Aku sangat bangga kepada kalian. Kalian melakukan ini demi bangsa. Walaupun kalian menempuh jalan berbahaya, pastikan kalian semua melakukan tugas dengan mulus dan segera pulang”ujar Eun Chang menjanjikan kepada tim bahwa mereka akan pulang dengan selamat.
Dengan menyamar sebagai tentara Korea Utara, mereka bersemangat untuk melaksanakan tugas rahasia. Mereka mulai menyusup ke Pyongyang dan harus berkumpul keesokan harinya di pelabuhan Nampo untuk menaiki kapal ke Korea Selatan untuk kembali.
Tim khusus mulai menyerang para petinggi Korea Utara dan membunuh mereka sebagai serangan balasan.
Sedangkan di Korea Selatan, Eun Chang membawa kabar buruk.
“Kita tidak memiliki dukungan, Presiden tidak menyetujui rencana kita. Apa yang harus kita lakukan? Apa yang akan kita lakukan kepada tim yang sudah kita kirim?”tanya Eun Chang kepada keempat orang dihadapannya.
Jin Pyo dan Moo Yul masih berjibaku dengan tugasnya dan saat menyerang salah satu petinggi, Jin Pyo terkena tikaman pisau dari salah satu penjaga. Jin Pyo datang menolong dan menggorok penjaga yang menyerang Moo Yul ,namun Moo Yul terlanjur terluka parah.
Di lain pihak, Eun Chang sedikit panik dengan keadaan yang berubah drastis.
“Kita harus menyerah sekarang dan kita harus perintahkan mereka untuk mundur , kita sudah mengirim kapal selam ke Pelabuhan Nampo“pinta Eun Chang.
Namun kepada kenyataannya anggota lain memutuskan untuk mengorbankan tim khusus agar tidak ada petunjuk apapun mengenai tugas rahasia yang sudah terlanjur mereka jalankan. Namun rupanya Eun Chang tidak sependapat dan bersikeras untuk membawa mereka kembali dengan selamat.
Tim khusus bertemu di pelabuhan Nampo, mereka berenang ke tengah lautan untuk menunggu kapal selam yang akan membawa mereka kembali. Moo Yul yang terluka parah dibawa Jin Pyo. Kapal selam telah tiba, anggota lain segera menuju ke atas dek. Salah satu anggota berhasil menaiki namun tanpa disangka prajurit Korea Selatan (sniper) yang keluar dari kapal selam menembaki mereka.
Jin Pyo dan Moo Yul syok. Jin Pyo mencoba untuk berteriak kepada si penembak bahwa mereka adalah pihak Korea Selatan, dan kenapa mereka ditembaki? Sudah jelas, kelima petinggi Korea Selatan sudah mengambil keputusan untuk menghilangkan bukti. Sigh.
Saat sniper mengarahkan tembakan kepada mereka, Moo Yul langsung menghalangi tubuh Jin Pyo. Moo Yul tertembak demi melindungi Jin Pyo. Di saat terakhir Moo Yul berusaha keras untuk menahan Jin Pyo tetap di bawah air,kapal selam pergi, Moo Yul berpesan untuk menjaga anak dan istrinya.
Betapa marahnya Jin Pyo kepada pihak Korea Selatan, negaranya sendiri yang telah mengkhianatinya.
Eun Chang mendapat kabar bahwa ke 21 prajurit khusus telah tewas. Sepertinya Eun Chang tidak memiliki pilihan banyak untuk menuruti kehendak anggota lainnya. Eun Chang merasa bersalah. Salah satu petinggi memberitahu kepada Eun Chang bahwa semua dokumen telah dimusnahkan. Identitas mereka telah dihancurkan.
“Mulai sekarang, kita berlima harus melupakan kejadian ini”ujar salah satu pejabat.
Meski demikian Eun Chang tidak bisa tenang. Tiba-tiba Jin Pyo muncul dihadapan Eun Chang dengan sebilah pisau di leher Eun Chang.
“Sepertinya kau mengkhianati hati nuranimu”ucap Jin Pyo dengan kemarahan yang teramat sangat.
“Maafkan aku”ucap Eun Chang lirih.
“Maaf? 21 orang di depanku ditembak mati! Aku pikir mereka datang untuk menyelamatkan kami!”
Eun Chang beralasan dia harus menyelamatkan hubungan dengan para sekutu dalam program nuklir dan sebagai gantinya harus melenyapkan tim khusus demi menjaga hubungan baik dengan Korea Utara. Itulah politik!. Hanya demi sebuah politik? Kau tahu kami rela mati demi bangsa namun kami tidak sudi mati demi politik yang hidup demi kekuasaan!”
Eun Chang meminta Jin Pyo untuk membunuhnya. Namun mendadak seseorang mengetuk pintu ruangan dan memotong rencana Jin Pyo untuk membunuh Eun Chang.
Saat Eun Chang kembali, Jin Pyo telah pergi tapi meninggalkan catatan dengan sebilah pisau yang menancap. Mung Chul akan kembali dan mereka semua harus membayar semua apa yang telah mereka lakukan.
Di luar rumah, istri Moo Yul sedang menggendong anaknya. Saat ia berniat untuk menjemur kain, ia meletakkan bayinya di tempat tidur luar. Jin Pyo yang rupanya memperhatikannya dari jauh segera mengambil anak Moo Yul.
Istri Moo Yul merasa ada yang aneh, ia lalu melihat bayinya namun sayang bayinya telah hilang, ia panik setelah membaca pesan yang tertinggal di tempat tidur, istri Moo Yul menangis tak karuan mencari disegala arah. Setelah membawa pesan Mung Chul bahwa dia membawa anaknya pergi.
“Moo Yul telah mati, aku membawa anaknya dan menjaganya. Jangan pikirkan anak ini, hiduplah bahagia. Mulailah dari awal”.
Jin Pyo jelas pergi ke luar Korea Selatan dengan menumpang kapal yang membawa imigran gelap. Lee Yoon Sung, nama anak Moo Yul menangis terus. Seorang wanita Thailand yang kasihan mencoba menenangkan Lee Yoon Sung kecil.
Jin Pyo dihadapan foto Moo Yul dan istrinya, ia pun memberikan nama anaknya dengan nama Lee Min Ho eh Lee Yoon Sung. :)
“Aku akan membawa dia dan akan membalas dendam kepada mereka oleh karena itu aku harus bertahan, janji Moo Yul”
-10 tahun kemudian di pedalaman Thailand-
Jin Pyo dan Yoon Sung kecil hidup. Membentuk sebuah masyarakat yang menopang hidup mereka bercocok tanam tanaman opium (ini jenis narkoba juga). Bentuknya serbuk, kalau pakai ini bisa kecanduan.
Jin Pyo yang sedang menaiki gajah mendapati laporan bahwa ada anak buahnya yang menjualkan barang-barang mereka secara ilegal. Jin Pyo terlihat sangat marah.
"Aku sudah mengatakan padamu, kau boleh menjualnya di mana pun tapi jangan ke Korea"kata Jin Pyo lalu menembak pria itu tanpa ampun. Sedangkan anak-anak buahnya sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Jin Pyo.
Sementara itu Yoon Sung belajar menembak dari seorang pria asing. Pria itu memberikan pengarahan pada Yoon Sung kecil bagaimana menembak dengan tepat.
Jin Pyo datang menghampiri mereka, ia mengajarkan pelatihan yang keras kepada Yoon Sung kecil. (mian kalo gambar diatas kurang etis, hanya saja ini khusus 21 tahun ke atas, bagi anak-anak yang membaca tolong diarahkan bahwa ini hanya plot drama).
Yoon Sung kecil belajar menembak, dan memamerkan kepada ayahnya, kini Jin Pyo dianggap ayah oleh Yoon Sung. Namun Jin Pyo tidak puas karena Yoon Sung tidak menembak di daerah vital.
Jin Pyo pun menyuruh Yoon Sung untuk berlatih keras hingga tangan-tangannya terluka. Jin Pyo terus menyuruh Yoon Sung untuk tidak berhenti. Yoon Sung dibebankan sebuah misi kelak.
Yoon Sung menyelinap ke kamar ayahnya, Jin Pyo dan mengambil gambar yang berisi ayah dan ibunya yang sebenarnya. “Ibu”gumam Yoon Sung. Jin Pyo datang dan meminta gambarnya. Yoon Sung sedih dan bertanya apakah itu ibunya? Jin Pyo hanya diam sambil memandang foto tersebut.
“Bukankah sudah kubilang dia sudah mati! Lupakan dia!”perintahnya lantas merobek-robek gambar tersebut
Yoon Sung berlari dan menangis. Dan bertemu dengan wanita Thailand dulu yang kini mengasuhnya, dia sedang menidurkan anaknya. Ibu asuhnya memanggil Yoon Sung dengan Poo Chai. Yoon Sung mendekat dan langsung tertidur dipangkuannya.
=7 tahun kemudian=
Yoon Sung kini berumur 17 tahun. Dan tetap menjalani kehidupannya jauh dari keramaian. Jin Pyo mencari Poo Chai namun nihil.
Poo Chai rupanya tengah asik menikmati kota sambil naik sampan. Menggoda para gadis, mengambil tanpa ijin apel dari pedagang. Kota ini seperti salah satu kota di Indonesia di mana para pedagang dan pembeli naik sampan. Lupa apa namanya, kalo tidak salah ada disalah satu Kalimantan.haha.
Saat berjalan-jalan Poo Chai mendengar teriakan dari seorang pria yang sedang disiksa penagih hutang. Dengan ketangkasannya, Poo Chai melempar apel dari jarah lumayan jauh melewati jendela dan mengenai tepat pemimpin penagih hutang tersebut. Tidak puas sekali, Poo Chai melakukannya lagi. Puas, Poo Chai pun berlari dan di kejar oleh kelompok tersebut.
Dengan gerakan lincahnya Poo Chai berusaha melarikan diri, dan akhirnya Poo Chai mengajak paman yang rupanya sama-sama orang Korea untuk lari bersama. Poo Chai sepertinya malah senang. Memacu adrenalin bagi dia. Akhirnya Poo Chai berhasi lolos dengan menaiki sebuah kapal ala Thailand
(mianhe, mau capture gambar banyak hanya saja gerakan terlalu cepat, pokoknya mereka lari dan di kejar.)
Poo Chai kembali bersama ahjussi. Tentu saja Jin Pyo emosi dan menampar Poo Chai. “Sudah aku bilang untuk tidak membawa orang dari luar kemari!”teriak Jin Pyo.
Poo Chai beralasan tidak bisa tidak menolonganya. Mung Chul bertanya apa yang bisa ahjusshi itu lakukan.
“Memasak, aku bisa memasak”ucap Bae Shik Joong nama asli ahjusshi tersebut.
Poo Chai makan dengan lahapnya, dan akhirny Shik Joong diterima oleh Mung Chul.
“Siapa dia?”tanya Shik Joong.
“Ayahku”jawab Poo Chai dengan mulut penuh makanan. Shik Joong menelan ludah kaget.
Tiba-tiba Poo Chai mengambil sebuah foto seorang gadis dari kantong Shik Joong.
“Siapa ini? Anakmu?”, mata Poo Chai berbinar-binar melihat gambar gadis tersebut.
“Namanya Kim Na Na”ujar Shik Joong. Dan Poo Chai menduga dia bukan anaknya karena nama belakang mereka berbeda. Lantas ada hubungan apa Kim Na Na dengan Shik Joong?
Poo Chai enggan mengembalikan foto Kim Na Na dan tak jauh ibu asuh Poo Chai mengamati tingkah Poo Chai.
Poo Chai tidur bersama dengan Shik Joong. Keesokan harinya Poo Chai latihan menembak. Shik Joong berdiri tak jauh dan menutup telinganya. Sedang beberapa orang mengamati Poo Chai lantas pergi seakan ada yang direncakan.
Jin Pyo mendatangi Poo Chai dan dengan memberi aba-aba ibu asuh Poo Chai dipaksa dan diikat pada sasaran tembak. Poo Chai terkejut tidak menyangka ayahnya tega berbuat begitu. Mung Chul marah karena suami ibu asuh Poo Chai telah kabur membawa obat-obatan.
“Peraturanku adalah tidak akan membiarkan lolos seorang pengkhianat!”teriak Jin Pyo
“Jangan selalu berfikir untuk mendominasi yang lain. Cobalah untuk memperhatikan orang lain”pinta Poo Chai. “Cobalah untuk memaafkan ayah”bujuk Poo Chai,
Jin Pyo bersiap menembak ibu asuh Poo Chai namun dihalanginya.
“Baiklah, biar aku yang menembak. Jika aku mampu mengenai sasaran aku minta maafkan dia”pinta Poo Chai.
Poo Chai dengan berkonsentrasi agar tidak meleset sasarannya. Lantas Poo Chai dengan percaya diri menembak semua target. Ibu asuhnya selamat. Poo Chai lega lantas melempar senajatanya.
Poo Chai kesal dan pergi ke kamarnya. Poo Chai lantas memandang foto Kim Na Na. “Menembaki orang yang berharga bagi kita benar-benar tidak masuk akal bukan?”tanya Poo Chai pada foto Kim Na Na. Poo Chai gelisah. Kau berada di tempat yang bernama Seoul bukan? Hidup bahagia.
Di kediaman Poo Chai, ternyata seorang pemberontak berusaha untuk membunuh Poo Chai yang sedang tidur. Ibu asuhnya berada di satu tempat dengan Poo Chai. Lantas Poo Chai yang mendengar suara senjata langsung terbangun, mengambil senjata dan membalikkan tempat tidurnya sambil menyelamatkan Shik Joong.
Dari kejauhan , Jin Pyo mendengar suara tembakan bertubi-tubi dari arah kediamannya.
Pemberontak mulai masuk dan mendapati Poo Chai yang tergeletak, pura-pura mati sebenarnya. Saat mereka lengah Poo Chai langsung menghajar mereka. Sungguh, teramat keren sekali! Poo Chai mulai bertarung dengan mereka tanpa senjata.
Poo Chai keluar dan langsung bersembunyi dibalik pilar saat pemberontak tersebut menembaki Poo Chai, namun na’as ibu asuh Poo Chai berlari ke arah Poo Chai dan akhirnya terbunuh oleh tembakan para pemberontak. Poo Chai syok. Mung Chul datang dan langsung menghabisi para pemberontak namun sebagian berhasil melarikan diri.
Poo Chai yang tersungkur dihadapan ibu asuhnya mulai frustasi, dengan penuh emosi Poo Chai mengambil senjata dan berlari mengejar pimpinan pemberontak yang membunuh ibu asuhnya. Jin Pyo berusaha menghentikannya.
Poo Chai berlari dan menembaki mereka, namun diantara mereka tewas terkena ledakan granat. Poo Chai terus mengejar namun langkahnya langsung terhenti, saat dia merasakan Poo Chai telah menginjak granat!
Pemberontak kembali, Poo Chai langsung menembak ternyata pelurunya telah kosong. Merasa mendapat kesempatan, pemberontak balik bersiap menembak Poo Chai saat tiba-tiba Jin Pyo datang dan menembak tepat di kepala pemberontak tersebut.
Poo Chai tidak bergerak, Jin Pyo datang menolong Poo Chai. Jin Pyo dengan hati-hati menggunakan pisau menekan pelatuk granat, Poo Chai perlahan mengangkat kakinya. Namun sayang, ranjau darat tersebut lepas dan akhirnya meledak, Jin Pyo sempat menyelamatkan Poo Chai namun dia sendiri terluka parah.
Poo Chai panik, dan menggendong Jin Pyo kembali ke markas sambil memohon kepada ayahnya untuk bertahan.
Poo Chai menangis memohon kepada tim dokter agar menyelamatkan ayahnya. Di tengah kesakitan Jin Pyo berusaha mengatakan sesuatu.
"Anakku, nyawamu lebih berharga daripada kaki"ucap Jin Pyo yang ternyata kehilangan kakinya.
Sedangkan tim dokter memaksa untuk segera operasi karena Jin Pyo kehilangan darah banyak. Tiba-tiba Jin Pyo meminta pisau dan menyuruh Poo Chai untuk mengambil peluru yang selama ini berada di dada Jin Pyo. Poo Chai memegang peluru tersebut.
"Sekarang dengarkan baik-baik, ini kisah ayahmu yang sebenarnya"terang Jin Pyo sambil menahan sakit. Poo Chai tersentak. Ayah yang sebenarnya?
"17 tahun yang lalu, 20 prajurit telah dikhianati oleh bangsanya sendiri. Ayahmu waktu itu terluka saat berjuang, untuk menyelamatkanku, dia rela ditembak"
Peluru yang mengenai jantung ayah Poo Chai lalu disimpan di dada Jin Pyo, untuk selalu mengingatkan peristiwa tersebut.
Poo Chai kini tahu kenapa selama ini dia dididik secara keras dan kejam! untuk membalas dendam.
"Kau harus hidup untuk ayahmu". Jin Pyo jatuh pingsan. Poo Chai kembali panik dan meminta diselamatkan ayahnya.
Poo Chai termenung antara percaya dan rasa syok. Dia harus kehilangan ibu asuhnya, mengetahui kenyataan pahit yang harus diterimanya.
Sedangkan Jin Pyo yang kritis mengingau memohon kepada Mung Chul agar jangan mati dan meminta maaf kepada ibu Poo Chai.
Poo Chai memegang foto ayah ibunya yang sebenarnya yang telah disatukan karena dulu di sobek-sobek oleh Jinn Pyo. Poo Chai memandangnya.
Poo Chai menemui Jin Pyo dan bertanya siapa yang membunuh ayahnya yang sebenarnya?. “Ada lima orang”jawab Jin Pyo. Lantas Poo Chai meminta Jin Pyo untuk pergi ke tempat lain untuk memulai lagi dari awal dan hidup bahagia.
Jin Pyo hanya terdiam. “Satu hal yang ingin aku tanyakan, ibu yang sebenarnya masih hidup bukan?”tanya Poo Chai. Jin Pyo mengangguk dan menjawab dia masih hidup.
Poo Chai keluar dan bertemu dengan Shik Joong yang menunggui di luar kamar.
"Aku ingin mengubah diriku, ini adalah takdirku"ucap Poo Chai memutuskan untuk membalas dendam.
=7 tahun kemudian=
Poo Chai atau Yoon Sung dengan penampilan baru untuk pertama kali menginjakan kaki di Korea Selatan. Misi jelas. Jin Pyo menghubungi Yoon Sung.
"Sepertinya kau sudah sampai, orang pertama dari 5 orang yang harus kau cari adalah Lee Kyung Wan"ucap Jin Pyo jelas. Yoon Sung mengerti.
"Sekarang lupakan kehidupanmu di Amerika namun jangan kau lupakan kematian ayahmu!". Jin Pyo mengingatkan Yoon Sung.
Yoon Sung meminta berhenti pada sebuah monumen di tengah kota. Yoon Sung merasakan untuk pertama kali kembali ke tanah kelahirannya. Tak jauh dari Yoon Sung berada, berdiri Kim Na Na yang sedang membagikan barang kepada pejalan kaki. Takdir keduanya akan segera dipertemukan.
No comments:
Post a Comment