Sinopsis Flower Boy Next Door Episode 5 ~ I Make Up A Thousand Excuses Just To Run Into You By Chance!! ~
Dok Mi panik saat lampu ruangan tiba-tiba mati. Dia juga teringat
perkataan nenek tua soal arwah gentayangan. Dok Mi teriak kencang,
teriakannya membuat Enrique yang sedang tidur di mobil bangun dan
berlari keluar menuju tempat Dok Mi berada. “Ahjumma, ada apa?” sahut
Enrique panik membuka pintu. Tepat saat itu Dok Mi juga menuju pintu
untuk keluar hingga tabrakan pun tak terelakkan. Mereka berdua jatuh
dengan posisi Enrique berada di atas tubuh Dok Mi, bibir mereka pun
tidak sengaja bersentuhan seperti sedang berciuman. Beberapa saat mereka
diam tertegun di posisi itu, sampai ketika lampu kembali nyala mereka
akhirnya sadar dengan posisinya. Enrique segera bangun kemudian duduk,
sementara Dok Mi masih kaget karena ciuman itu.“Ajumma, ini .. ini hanya kecelakaan.. hanya kecelakaan.. jadi..” kata Enrique panik. Ia melihat Dok Mi masih terbaring kaku dengan mata melotot. “Ahjumma, apa kau baik-baik saja?” Enrique mencoba menyadarkan Dok Mi. Tiba-Tiba Dok Mi bangun, Enrique panik menutupi tubuhnya takut Dok Mi akan memukulnya.
“Itu seperti kecelakaan tabrakan mobil. Seperti dua mobil yang tiba-tiba tabrakan dalam kegelapan. Aku tidak bisa melihat apa-apa dalam gelap”. Tapi Dok Mi diam saja, dia langsung beranjak pergi keluar ruangan. Enrique hanya bisa menghela nafas, “Apa yang telah kulakukan”. Dia mengintip keluar melihat Dok Mi yang berjalan tapi tiba-tiba berhenti. Dok Mi masih sangat shock dengan kejadian barusan.
“Ini kan tidak seperti aku melakukan dosa besar.. Jadi jangan merasa malu, tetaplah percaya diri” Enrique berkata untuk dirinya sendiri.
Di luar Dok Mi teringat kejadian masa lalu.
Flashback saat Dok Mi dan Do Hwi masih bersahabat di SMU.
“Aku akan segera putus dengan seseorang yang menjadi ciuman pertamaku. Aku akan menjadikan itu sebagai kenangan terakhir darinya” kata Do Hwi kepada Dok Mi.
“Tidak mungkin, apakah kamu akan tetap memutuskan dia meskipun akhirnya kamu jadi lebih menyukainya setelah berciuman?” jawab Dok Mi.
Do Hwi hanya tersenyum sambil memandang guru lelaki muda yang sedang mengajar di kelas. Mereka duduk bersebelahan, mengobrol sambil menyandarkan kepala di meja dan menutupinya dengan buku.
“Karena aku akan melakukan itu kepada guru kita” kata Do Hwi memandang guru muda itu.
“Apa?”
“Aku akan menemuinya di hari kelulusan, dan kemudian aku akan putus dengannya.. Bagaimana menurutmu, bukankah rencana itu sangat sempurna”
Dok Mi tidak setuju. Do Hwi menanyakan Dok Mi soal fantasinya tentang ciuman pertama.
“Aku akan tetap bersama dengan orang yang menjadi ciuman pertamaku selamanya” jawab Dok Mi.
Do Hwi menganggap hal itu konyol, tapi Dok Mi justru menganggapnya sangat romantis. Kemudian mereka berdua tertawa hingga guru lelaki tampan itu dengar dan melihat ke arah mereka. Flashback end..
Ternyata Dok Mi kembali ke ruangan dan membuka pintu membuat Enrique yang sedang bersandar di pintu terjatuh. “Aku tidak melakukan apa-apa” kata Enrique, dia menyembunyikan handphone di belakang.
“Aku hanya mendengar teriakanmu, dan tanpa pikir panjang aku berlari kesini untuk memastikan apakah kamu baik-baik saja. Hanya itu.. Dan aku yakin, tidak semua pria akan melakukan hal yang seperti aku lakukan dalam kondisi itu.. Tidak ada yang memalukan dari itu” Enrique menjelaskan panjang lebar karena Dok Mi hanya diam memandangnya.
“Mari kita pergi, apakah kau baik-baik saja untuk menyetir sekarang?” sahut Dok Mi.
“402? Dia begitu murung.. Wanita seperti itu sangat menggangguku” kata Dong Hoon kepada Jin Rak. Mereka sedang minum di restoran tempat Watanabe kerja.
“Kenapa kamu jadi terganggu? Dia itu pendiam seperti udara. Apa yang sudah Dok Mi lakukan terhadapmu sehingga kamu.. kenapa.. kenapa kamu menjadi terganggu?” Jin Rak kesal karena Dong Hoon mengatakan hal yang buruk tentang orang yang sangat disukainya.
“Dok Mi.. bahkan namanya pun terdengar begitu kesepian.. Jin Rak, seorang wanita itu harus lebih bersinar”jawab Dong Hoon.
Jin Rak semakin kesal dan mengomeli Dong Hoon soal wanita-wanita yang sering bersamanya di klub malam. Menurut Jin Rak, wanita yang ada di sekitar Dong Hoon tidak lebih baik dari Dok Mi. Dong Hoon protes kenapa Jin Rak menyinggung hal itu padahal Jin Rak tidak tahu soal itu sama sekali, dia heran karena Jin Rak semakin sensitif akhir-akhir ini. Dong Hoon semakin meninggikan suaranya kesal karena Jin Rak menjadi marah kepadanya. Watanabe datang mendengar teriakan Dong Hoon, dia bertanya apakah mereka bertengkar. Tapi Watanabe jadi berpikir apakah mereka bertengkar karena tidak punya uang untuk membayar. Dong Hoon hanya mengatakan tidak, tapi Jin Rak malah minta supaya Watanabe memberikan minuman berakohol yang harganya mahal. Dong Hoon panik langsung melarang Watanabe supaya jangan memberikan minuman berakohol untuk Jin Rak. Alasannya mereka tidak boleh mabuk di sini, padahal karena mereka tidak sanggup bayar hehee.
Dok Mi dan Enrique sudah di dalam mobil siap pulang, tapi Enrique minta Dok Mi menunggu sebentar. Enrique keluar menuju istana pasir yang dia buat sebelumnya. Dia menepuk-nepuk istana pasir itu supaya lebih padat dan kokoh.
“Seperti kulit yang dibutuhkan untuk melindungi daging dan darah.. kebohongan juga dibutuhkan untuk melindungi kebenaran.” Awalnya suara Dok Mi, tapi kemudian berganti suara Enrique. Ternyata handphone yang disembunyikan Enrique adalah handphone Dok Mi, setelah kejadian ciuman saat Dok Mi keluar dia melihat handphone Dok Mi yang tertinggal dan membaca tulisan yang dibuat Dok Mi sebelumnya di handphone itu.
“Daripada memperlihatkan lukamu demi kejujuran, berbohong dengan senyum ceria yang dipasang di wajah dirasakan lebih aman baginya”
Lalu Enrique memberikan pesan untuk istana pasirnya. “Dengar, tidak peduli sekuat apa gelombang datang menerjangmu, jangan hancur dengan mudah.. dan kamu harus bertahan selama mungkin, mengerti”. Kemudian mereka pulang.
Ternyata, Dong Hoon membawa Jin Rak minum-minum di kedai soju. Jin Rak sepertinya sudah mabuk.
“Dengar, apartemen 402.. Terlepas dari fakta kalau dia seorang perempuan.. dia hanyalah seorang manusia biasa.. Aku menyukainya” Jin Rak mengakui perasaannya di hadapan Dong Hoon.
“Baiklah.. 402 adalah orang yang sangat baik. Dan dia luar biasa hemat.. Haruskan mulai sekarang aku menempatkannya sebagai ‘kakak ipar’..?”
Tapi bukannya senang Jin Rak malah kembali memarahi Dong Hoon. Jin Rak bahkan mengatakan, “Pure, innocent, respect, honor, soulmate” dalam bahasa Inggris. Kemudian menanyakan apa yang ada di pikiran Dong Hoon tentang kata-kata tersebut. Dong Hoon hanya menjawab, “Characteristics” sambil manggut-manggut. Jin Rak minum lagi kemudian berteriak, “Oh My Gosh”. Dong Hoon bilang kalau Jin Rak mulai mengeluarkan kata-kata dalam bahasa Inggris berarti Jin Rak sudah sangat mabuk. Tapi Jin Rak tidak peduli, dia lalu menceritakan pertemuan pertamanya dengan Dok Mi.
Flashback.. Jin Rak tiba di gedung apartemen tempat tinggalnya sekarang, turun dari sebuah mobil mewah. Pengemudi mobil adalah orang yang baru saja membeli mobil itu. Dia marah kepada Jin Rak, seharusnya Jin Rak menjual mobilnya setelah dia pindah. Jadi pria itu tidak perlu mengantar Jin Rak pindahan (LOL, ada-ada aja nih Jin Rak). Mereka sudah mengeluarkan semua barang Jin Rak dari mobil, tapi ternyata pria itu mencampur barang-barang Jin Rak dengan kumpulan box lain yang bukan milik Jin Rak. Jin Rak jadi bingung yang mana kardus barang miliknya. Dia ingin membuka isi kardus untuk melihat apakah isinya barang-barang miliknya, tepat saat itu Dok Mi datang. Dia berkata kalau kardus yang sedang dipegang Jin Rak adalah miliknya, karena dia memberikan tanda smile di setiap kardus miliknya. Saat itu Jin Rak langsung jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Dok Mi.
Flashback end..
Dong Hoon berkata kalau itu adalah takdir, seharusnya dia meminta nomor teleponnya dan mulai bergerak mendekati Dok Mi. Tapi Jin Rak tidak melakukan apa-apa selama 3 tahun dan itu membuat mereka masih seperti orang asing. Jin Rak kembali marah dengan komentar murahan Dong Hoon. Karena bagi Jin Rak, wanita seperti Dok Mi harus diperlakukan secara terhormat dan perlu dilindungi. Bukan dengan cara berkenalan berjabat tangan lalu meminta nomor teleponnya. Baginya Dok Mi tidak boleh diperlakukan seperti itu. Waah, Jin Rak gentleman banget :D
Di tengah perjalanan pulang Enrique merasa ngantuk dan menepikan mobilnya untuk beristirahat sebentar. Dia mengambil handphone dan menunjukkan video seekor gajah di dalam kandang.
“Gajah itu ada dalam sebuah berita di Spanyol, dan dia tahu bagaimana bicara bahasa Korea.. Menakjubkan kan” kata Enrique antusias. Dok Mi hanya mendengarkan dan terus memandang gajah di dalam video itu.
Enrique meneruskan ceritanya.“Semua ahli bahasa di dunia datang ke Korea, jadi mereka bisa mempelajari gajah ini".
“Lalu apa yang mereka bilang? Bagaimana gajah ini belajar bahasa manusia?”
“Gajah ini terpisah dari keluarganya sejak ia masih kecil dan datang ke salah satu kebun binatang di Korea. Gajah kecil ini merasa sangat kesepian” Enrique mulai bercerita. Mendengar ini Dok Mi terlihat sedih.
Enrique tidak melihat raut wajah Dok Mi, dia terus bercerita memandang ke depan. “Karena dia merasa kesepian, karena dia ingin berbicara dengan seseorang, dia belajar bicara bahasa yang digunakan pengasuhnya.. Seperti sebuah keajaiban”
Dok Mi makin sedih, tapi Enrique masih memandang ke depan dan bertanya “Kenapa kau tidak belajar juga? Belajar cara berkomunikasi dengan seseorang.. ‘Ketika kita kembali ke Seoul, berhentilah mengenalku’.. Berhenti mengatakan hal seperti itu.. Apakah kamu baik-baik saja menyetir seharian? Apakah ingin mendengarkan musik? Betapa menyenangkannya jika kamu mengatakan hal-hal seperti itu.. Bahkan gajah saja belajar bicara bahasa kita, bukankah itu lebih mudah daripada gajah itu?”
Dok Mi menangis, Enrique baru menoleh ke arahnya dan kaget melihat air mata Dok Mi.
“Ahjumma, apakah kau menangis?”
Dok Mi memalingkan mukanya menghindari tatapan Enrique
“Lihat aku, kau benar-benar menangis kan? Apakah kau menjadi sangat emosional karena sang gajah” kata Enrique maju ingin melihat wajah Dok Mi.
“Tidak, aku tidak menangis”
“Benar, jangan khawatir.. Cerita itu happy ending.. Aku dengar gajah itu tidak banyak bicara bahasa Korea akhir-akhir ini. Dia mendapatkan seorang pacar dan dia hanya bicara bahasa gajah sekarang.. Dia tidak kesepian lagi sekarang” kata Enrique tertawa.
“Aku rasa aku benar-benar segar sekarang.. Ayo pergi”. Enrique menjalankan mobilnya sedangkan Dok Mi masih mengeluarkan air mata.
Jin Rak yang mabuk sudah berada di tempat pengumpulan sampah bersama Dong Hoon sekarang.
“Apakah kau tahu betapa baiknya Dok Mi, dia tinggal di sini sepanjang malam untuk..” kata Jin Rak sembari merapikan kertas-kertas sampah yang ada di sana seperti yang Dok Mi lakukan saat dia melihat gadis itu.
“Aaahh, semakin hari kau semakin aneh” sahut Dong Hoon kesal.
“Dok Mi ku berada di sini sepanjang malam merapikan sampah-sampah ini”
“Aku akan bertanya ini karena kau sedang mabuk.. Kenapa dulu kau mengganti namamu..? Apakah demi bisnis atau alasan pribadi.. Apakah kau tersangkut masalah hukum, atau kau menjadi bangkrut, atau apa?”tanya Dong Hoon mengambil kesempatan :D
Jin Rak diam, kemudian dia bangkit dan menjawab teriak, “Bukankah aku sudah pernah memberitahukanmu, jangan pernah menanyakanku soal itu bahkan jika kamu mati karena penasaran”
Dong Hoon terkejut, ternyata walaupun mabuk Jin Rak tetap menjaga rahasianya itu. Dong Hoon pura-pura kedinginan dan membantu Jin Rak merapikan sampah kertas. Tapi kemudian Jin Rak malah tidur di atas sampah kertas dan memasukkan kepalanya ke dalam kardus itu. Dong Hoon pasrah melihat kelakuan Jin Rak, dia pun menyelimuti Jin Rak dengan kertas sampah kecil. LOL..
Pagi hari, alarm handphone Jin Rak bunyi. Suaranya sangat berisik, seperti alarm kebakaran yang ada di mall. Dong Hoon bangun karena suara alarm dan membangunkan Jin Rak yang masih tertidur. Dia komplain karena walaupun Jin Rak memasang alarm, tetap saja Dong Hoon yang mesti membangunkannya. Di luar, tukang susu sudah datang bersamaan dengan datangnya mobil Enrique dan Dok Mi. Walaupun masih mengantuk seperti biasa Jin Rak menempelkan memo di kotak susu. Tapi dia mengganti memo itu dan menulis kata-kata baru di memo sambil jongkok.
Di luar, Enrique dan Dok Mi sudah keluar dari mobil. Enrique berkata kalau istana pasir yang dia buat akan hancur diterjang ombak tanpa meninggalkan jejak. Jadi dia minta baik itu cinta tak berbalas atau cinta pertama akan pergi dan mereka segera menjadi ceria lagi. Dok Mi meminta maaf dan berterima kasih untuk semuanya.
“Wah, sampai kapan kau di Korea.. Kamu bahkan tidak akan menanyakan itu? Aku pikir, karena tidak tertarik maka tidak akan ada pertanyaan itu. Seo Young juga seperti itu. Dia tidak tertarik padaku, tetangganya. Tapi dia selalu penasaran tentang Tae Joon yang ada di Korea.. Tapi aku masih tetap penasaran tentangmu.. ‘kenapa dia mengintip kami, kenapa dia tetap bersembunyi di dalam apartemennya’ Aku bertanya-tanya apa yang kamu lakukan.. Tapi bagimu, keberadaanku tidak berarti apa-apa seperti orang yang duduk di sampingmu ketika berada di kereta. Keberadaan yang hanya lewat begitu saja.. Kemudian kita benar-benar menjadi orang asing” kata Enrique panjang lebar, dan entah kenapa malah aku yang sedih banget dengarnya. Dok Mi cuma diam saja, huhuu
“Selama kau ada di Korea, aku harap kau menikmati kunjunganmu dan selamat dalam perjalanan pulang” jawab Dok Mi lalu berjalan pergi.
“Apakah itu yang benar-benar ada di pikiranmu?” kata Enrique membuat Dok Mi menghentikan langkahnya.
“Bahwa untuk bersembunyi dari kebenaran, apakah sebuah kebohongan diperlukan? Bahwa lebih baik untuk berbohong dengan senyum ceria yang dipasang di wajahmu?”
“Bagaimana bisa kau membaca diary orang lain? Tidakkah kamu pikir kamu melangkah terlalu jauh” Dok Mi marah.
“Itu bahkan bukan sebuah diary.. dan aku melihat kata ‘bohong’ di layar tanpa sadar aku membacanya”
“Aku tidak akan pernah membacanya” (maksudnya kalau Dok Mi di posisi Enrique)
“Aku tidak akan berbohong mengenai aku membacanya.. Meskipun aku sakit hati, dan hal yang paling buruk terjadi padaku, aku percaya kalau kejujuran selalu lebih baik”
“Apakah kau telah mengalami semua itu? Kebenaran disamarkan menjadi kebohongan.. Kemudian kebohongan yang menjadi kebenaran.. Jadi tolong, antara aku atau apa yang telah kamu baca.. Aku harap kau segera menghapus keduanya dari ingatanmu ” kata Dok Mi kemudian pergi dan berhenti karena Enrique berkata “Tidak ada hal-hal dimana kebohongan menjadi kebenaran, lihatlah ke dalam hatimu, dan lihat apakah itu menjadi salah”
Jin Rak sudah selesai me’revisi tulisan di memo. Tapi dia kaget karena ternyata Dok Mi sudah berada di sana, berdiri di sampingnya. Jin Rak kaget langsung berdiri menuju apartemennya. Tapi Jin Rak berubah pikiran, dia melihat kotak susunya berniat mengambil kembali memo tersebut. Dia memanggil Dok Mi memberitahukan kalau teman Dok Mi datang mencarinya lalu cepat-cepat mengambil kotak susu kemudian mencabut memonya dan menyimpannya ke saku belakang celana. Jin Rak memberikan kotak susu tanpa memo langsung ke Dok Mi berkata betapa rajinnya tukang susu pagi-pagi sudah datang. Dia melihat Dok Mi mencari memo yang biasa tertempel di situ. Saat Jin Rak jalan kembali ke apartemennya, Dok Mi melihat memo tertempel di belakang celana Jin Rak. Ternyata memo yang Jin Rak cabut cepat-cepat itu malah menempel di situ, padahal awalnya ingin dikantongi. Dok Mi mulai menyadari kalau yang menempelkan memo bukan tukang antar susu melainkan Jin Rak. Di dalam, dia memandangi kumpulan memo itu dan melihatnya dari memo pertama hingga terakhir. Kita bisa melihat kalau di bawah memo itu selalu ada gambar yang jika diurut dari pertama gambar itu seakan bergerak. Gambar yang menceritakan awal pertemuan seorang pemuda dengan seorang gadis kemudian pemuda itu jatuh cinta kepada sang gadis, dan memberikan bunga untuk gadis itu.
Di dalam apartemennya Jin Rak teriak marah-marah ke Dong Hoon kenapa dia tidak menghentikan Jin Rak semalam. Dong Hoon bilang sudah berusaha menghentikannya, tapi tidak berhasil. Jin Rak merasa itu sangat memalukan. Dong Hoon bertanya apakah Jin Rak menyatakan cintanya di saat Dong Hoon tidur tadi. Jin Rak kaget kenapa Dong Hoon bisa tahu. (bagi Jin Rak, ketahuan dialah yang menempel memo selama ini sama dengan ketahuan kalau Jin Rak tertarik kepada Dok Mi). Dong Hoon kaget, bukankah Jin Rak sendiri yang bilang kalau Dok Mi harus diperlakukan dengan terhormat dan dilindungi. Dong Hoon menggoyang-goyangkan badan Jin Rak, hingga dia melihat memo yang tertempel di belakang celana Jin Rak. Jin Rak berteriak histeris, “Oh My God”
Bersamaan dengan teriakan Enrique di dalam apartemen Tae Joon. Enrique teriak karena melihat kedatangan Seo Young. Seo Young marah karena kepergian Enrique semalaman dan tidak bisa dihubungi. Lebih tepatnya, Seo Young marah karena menurut Tae Joon, Enrique pergi karena menghindari Tae Joon. Dan bagi Tae Joon itu tidak mudah melihat keberadaan Enrique di sekitarnya. Seo Young merasa kalau Tae Joon menjaga jarak dengannya karena Enrique. Enrique bilang kalau dia tidak ada masalah dengan Tae Joon. Menurutnya mungkin Tae Joon begitu karena ingin melindungi perasaan Enrique. Fakta bahwa Enrique sangat melindunginya itu artinya Tae Joon sangat menyukai Seo Young (menurut Enrique, kalau Tae Joon merasa tidak nyaman dan khawatir dengan kondisi Enrique itu pasti karena Tae Joon merasa bersalah padanya karena telah menyukai Seo Young).
Seo Young tersenyum dan beranjak menuju jendela, dia melihat gedung apartemen Dok Mi. Seo Young jadi ingat pepatah yang menggambarkan gedung itu tapi dia lupa isi pepatahnya, dan Enrique jadi teringat Dok Mi. Enrique menyebutkan pepatah yang benar. “Benda yang jauh terlihat lebih dekat kelihatannya”. Seo Young membenarkan dan menyebut Enrique pintar. Tapi Enrique menambahkan, “tapi tidak sedekat seperti yang terlihat” lalu tersenyum pahit.
Do Hwi dan ketiga temannya keluar dari mobil membawa banyak barang. Begitu dia melihat Jin Rak, Dong Hoon dan Watanabe lewat, dia mengambil banyak barang yang dipegang temannya itu dan berjalan menuju Jin Rak. Di depan Jin Rak dia pura-pura jatuh karena membawa banyak barang. Watanabe langsung datang menolong, ketiga teman Do Hwi terpesona dengan ketampanan Watanabe. Dong Hoon mengucapkan selamat datang di lingkungan mereka. Sebenarnya dia ingin membantu Do Hwi pindahan, tapi Jin Rak sedang sakit.
Belum selesai Dong Hoon bicara Do Hwi buru-buru lari menghampiri Jin Rak. Do Hwi yang mengira Jin Rak sakit flu, langsung bertingkah sok perhatian kalau musim dingin memang sering menimbulkan flu bahkan dia berencana membuat teh ginseng untuk Jin Rak. Tapi Jin Rak bilang kalau penyakitya bukan flu, penyakitnya dapat cepat sembuh hanya dengan semangkuk sup panas. Dia kemudian berteriak memanggil Dong Hoon dan Watanabe agar segera pergi.
Do Hwi berusaha untuk dapat mengorek-ngorek informasi tentang Jin Rak, dia menawarkan Dong Hoon dan Watanabe untuk menjadi model di pusat perbelanjaannya. Tentu saja mereka berdua setuju, Dong Hoon senang karena Do Hwi dapat melihat potensi bakatnya. Mereka berjalan mengejar Jin Rak, Dong Hoon bercerita kalau temannya Dok Mi itu seorang CEO sebuah pusat perbelanjaan dan dia meminta mereka untuk jadi model di sana. Jin Rak terpana mendengarnya, Dong Hoon pikir itu karena dia akan menjadi model. Dia minta Jin Rak jangan khawatir, karena walaupun ia nanti akan menjadi bintang Hallyu dia akan tetap membuat webtoon bersama Jin Rak. Tapi Jin Rak terpana karena dia baru ingat kalau Do Hwi adalah teman Dok Mi, dia berteriak memarahi Dong Hoon kenapa tidak bilang dari tadi. Maka Jin Rak memutuskan akan memperlakukan Do Hwi dengan baik.
Jin Rak kembali ke tempat Do Hwi tadi, Do Hwi sedang menanyakan teman-temannya cara membuat teh ginseng. Temannya komplain kenapa Do Hwi menjadikan pria-pria itu model padahal mereka hanya menjual pakaian wanita. Do Hwi mengomeli teman-temannya. Tapi mereka melihat Jin Rak datang dan memberi kode ke Do Hwi, langsung saja Do Hwi merubah sikapnya menjadi sangat manis di depan Jin Rak. Pfiiuh.. Do Hwi pikir Jin Rak ingin menemuinya. Tapi Jin Rak menemui Do Hwi untuk memberi tahu kalau Dok Mi baru saja datang setelah semalaman tidak pulang, jadi kalau Do Hwi ingin menemui Dok Mi sebaiknya nanti sore saja supaya memberikan waktu bagi Dok Mi untuk istirahat. Kemudian Jin Rak pamit. Do Hwi sangat kesal.
Terlihat aktivitas seharian dari para penghuni apartemen lantai 4, mereka keluar masuk sibuk dengan kegiatan masing-masing. Jin Rak memperhatikan kalau hanya pintu apartemen Dok Mi yang tidak ada kegiatan keluar masuk sama sekali. Dari siang, sore, malam bahkan sampai pagi lagi Dok Mi tidak keluar rumah sedikitpun.
“Kapanpun dia melangkahkan kakinya keluar menuju dunia, wanita itu selalu menjadi sesuatu yang tidak terlihat. Dia terdorong dan terinjak, dan ketika dia terdesak di suatu kerumunan kupikir dia tidak terlihat oleh orang lain.. Itulah mengapa wanita itu bersembunyi di dalam ruangannya. Ruangan kecilnya terasa nyaman baginya, seperti sebuah kandang yang dirasakan nyaman oleh burung dengan sayap patahnya.. Dan di dalam ruangan itu, dia dapat bernafas dengan bebas.. Dia tidak pernah memimpikan dunia luar, atau merasa kehilangan dunia luar.. Setidaknya hingga saat ini.. Setidaknya hingga saat ini.. Setidaknya hingga saat ini.. Setidaknya hingga saat ini..” ketik Dok Mi di komputernya, dia meyakinkan dirinya sendiri kalau dia masih merasa nyaman dengan kehidupannya yang menyendiri. Dia mengingat saat-saat dirinya di luar rumah yang bahkan tidak dianggap oleh orang-orang yang dia temui. Dia mengingat betapa dia sangat menikmati semua aktivitasnya sendiri di dalam ruangannya.
Dok Mi dikejutkan oleh suara bel apartemennya. Enrique yang memencet bel dan pura-pura batuk.
“Ahjuma, aku rasa aku terkena flu setelah perjalanan kita ke laut” tapi Dok Mi diam saja, tidak menggubris.
“Aku batuk darah.. Aku rasa aku benar-benar sakit” Dok Mi khawatir saat Enrique mengatakan itu. Sementara di luar Enrique sudah memakai masker badutnya, mungkin dia ingin membuat lelucon ketika Dok Mi buka pintu. Tapi Dok Mi tidak membuka pintu, dia merasa curiga karena kalau memang benar Enrique sakit kenapa tidak bilang Tae Joon yang seorang dokter, tapi malah datang ke Dok Mi. Enrique terus menggedor pintu Dok Mi, karena tidak ada reaksi dari dalam lalu dia berjalan pergi. Yang membuka pintu justru Jin Rak yang mendengar keributan Enrique.
“Ahjuma, aku menemukan jepit rambut di dalam mobil.. Apakah ini milikmu?” Enrique kembali mencari cara supaya Dok Mi keluar, dia bahkan memakai sendiri jepit rambut berwarna biru itu, hehee.. “Ahjuma..”.. “Ahjuma”.. seru Enrique sambil menendang-nendang pintu..
Di dalam Dok Mi menyentuh rambutnya, dia ingat kalau dia tidak memakai jepit rambut saat itu. Karena Dok Mi tidak buka pintu juga, Enrique kemudian pergi. Kembali Jin Rak keluar karena keributan yang dibuat Enrique, dia merasa sangat kesal.
“Pinalti dari para pemberi hutang benar-benar serius.. Kita harus membayarnya kepada mereka.. Aku bahkan tidak bisa tidur nyenyak karena hutang kita.. Ahjuma, mari kita bayar mereka.. Ahjuma” kata Enrique kali ini dengan berpura-pura meminta Dok Mi segera membayar hutangnya ketika mereka melakukan perjalanan tanpa membawa uang sepeser pun.
Dok Mi terlihat berpikir, dia mengirim sms ke Enrique, “Beritahu aku nomor rekeningmu”.
Enrique berkata, “Aku tidak punya rekening bank di Korea, jadi bagaimana.. Apakah aku harus membayar mereka sendirian?”
Dok Mi kembali mengirim sms, “Beritahu aku nomor rekening Tae Joon” sambil tertawa dalam hati.
Enrique kesal karena cara-caranya tidak berhasil membuat Dok Mi keluar. Dia menjawab sms Dok Mi “Aku akan segera kembali!”. Kemudian berteriak, “Aku tidak mau, aku akan mendapatkannya langsung darimu” kemudian berjalan pergi dengan ceria. Dok Mi hanya bisa menghela napas.
Jin Rak sudah tidak bisa menahan kesabarannya lagi, dia mengomel sendiri. “Jika seseorang mengatakan dia tidak ingin menemuinya, dia harusnya menerima itu! Apakah dia ini adalah klub atau apa? kenapa dia memaksa datang setiap hari? Aarrgghh, benar benar!!” Jin Rak mengambil jaketnya, “Aku tidak akan diam saja kali ini, kesabaranku akhirnya sudah mencapai batasnya” katanya kemudian keluar.
Jin Rak menyusul Enrique yang sudah berada di luar depan gedung apartemen.
“Hey, kamu” sahut Jin Rak ketus. Enrique berhenti, Jin Rak datang menghampirinya dengan muka sebal. Tapi...“Aheemm.. Hmm.. Mungkinkah.. Apakah kamu adalah Enrique-sshi?”
“Kamu mengenal siapa aku?” tanya Enrique kegirangan.
“Waah, kamu tinggal di lantai 4 bangunan apartemen ini kan? Kamu ingat ketika aku diperlakukan seperti seseorang yang mencurigakan tempo hari? Dengan topi pandaku?? Aahh, aku ingat.. aku ingat sekarang.. Kau hampir ditendang keluar dari rumahmu karena tidak punya uang untuk bayar sewa, hahahaa.. Lalu kemudian kenapa kamu bersikap seolah tidak mengenalku..” kata Enrique panjang lebar tertawa kemudian berlari meraih tangan Jin Rak, tingkahnya seperti anak kecil hahahaa..
“Benar-benar.. kau terlihat lebih licik daripada kelihatannya” lanjut Enrique seolah mereka adalah teman lama. “Waktu itu, aku hanya berpikir kamu terlihat sedikit familiar” jawab Jin Rak.
“Aahh, nomor.. berikan nomormu” Enrique menyodorkan handphonenya.
“Nomorku..??”
“Nomor.. berikan aku nomormu.. berikan nomormu” sahut Enrique jejingkrakan. Jin Rak kemudian memasukkan nomornya sambil memandang aneh tingkah Enrique. “Siapa namamu?” tanya Enrique.
“Namaku..?? Oh Jin..”
“Huh?”
“Oh J.. ae Won”
“Oh Ji Ae Won. 4 kata?”
“Bukan, Oh Jae Won”
“Oh Jae Won.. Tapi bagaimana kau mengenalku? Dari game atau animasi?”
“Game.. aku sedikit menyukai game”
Enrique manggut-manggut kemudian melihat logo Real Madrid yang ada di baju Jin Rak.
“Real Madrid? Aku Barca (Barcelona).. Aah, aku tidak percaya bertemu sainganku” (Real Madrid dan Barcelona adalah klub sepakbola yang seperti musuh bebuyutan dalam Liga Spanyol, apabila kedua klub ini bertemu untuk tanding maka laga tandingnya biasa disebut El Classico.. untuk ini aku ada di tim Enrique :D)
“Barcelona? Kau adalah sainganku”
“El Classico” sahut Enrique gembira memeluk Jin Rak, sedangkan Jin Rak sendiri bingung dengan tingkah aneh Enrique.
“Kenapa kau begitu lama untuk mengenaliku! Bagaimana kalau kita pergi?” ajak Enrique kegirangan. “Jae Won.. Apakah kau tahu betapa kesepiannya aku ketika menghabiskan malam tahun baru karena aku tidak mengenal siapapun?” Enrique menggandeng tangan Jin Rak ketika mereka berjalan.
“Aku tidak tahu jika kamu kesepian.. tapi kalau aku perhatikan kamu sering datang ke apartemen 402 akhir-akhir ini”.
“Tapi dia tidak akan membukakan pintunya, dia mengatakan aku adalah orang asing baginya”.
“Jika dia mengatakan kamu adalah orang asing baginya, dan dia tidak akan membukakan pintu untukmu.. Kenapa kamu tetap datang setiap hari?” kata Jin Rak dengan nada tinggi.
“Ketuklah maka pintu akan dibuka untukmu” ucap Enrique mengutip kata-kata di alkitab.
“Kau tahu situasinya bukan seperti itu sekarang. Di sana juga dikatakan, jangan mengetuk dan pintu akan tetap dibuka untukmu. Lagipula siapa yang akan buka pintu jika orang asing yang mengetuknya” kata Jin Rak dengan sedikit marah. “Kami bukan benar-benar orang asing, jadi di antara kami...”
“Apa yang kamu bicarakan, intinya menendang pintu orang asing seperti itu juga termasuk kekerasan!!” emosi Jin Rak sudah tidak tertahankan lagi. Enrique terdiam mendengar Jin Rak membentaknya. Jin Rak merasa tidak enak. Tapi kemudian Enrique kembali ceria.
“Jae Won, kamu pasti sangat membenci keributan itu.. aku minta maaf.. aku minta maaf! Jae Won bagimana kalau kita bermain game bersama”
“Apa?”
“Ayo.. Ayo” Enrique menarik- narik Jin Rak melewati pos satpam.
Di dalam bibi genit sedang bersama pak satpam, mereka heran sejak kapan kedua orang itu menjadi berteman. Sambil melirik bibi, bapak satpam berkata kalau hal ini mengingatkannya akan masa mudanya. Tapi reaksi bibi malah marah, dia marah karena bapak satpam memperlambatnya untuk mengambil paketnya. Bapak satpam memberikan paketnya dan berharap bibi akan menemuinya walaupun tidak ada paket yang datang.
“Jangan memaksakan dirimu, aku ahli dalam game ini.. Yang kalah akan membayar, deal?” kata Enrique.
“Deal.. mari kita tunggu dan lihat siapa yang kalah di sini”
"Ooh, betapa jantannya kau.. Baiklah, tolong jaga aku” sahut Enrique.
Mereka bermain game buatan Enrique, Zombie Soccer. Jelas saja Enrique ahli dalam game ini. Dia sudah memasukkan 1 gol, Jin Rak beralasan kalau keyboardnya tidak bekerja dengan baik. Enrique menganggap Jin Rak sangat kompetitif, tapi kemudian dia berhasil memasukan 1 gol lagi. Tiba-tiba Jin Rak teringat saat Enrique membopong Dok Mi yang sedang pingsan, juga saat Enrique berhasil mengajak Dok Mi keluar saat mereka akan pergi ke laut. Jin Rak jadi sangat emosi dan kembali bermain dengan memencet tombol keyboard keras-keras bahkan sampai keluar api dari badannya hingga kepalanya. Tapi lagi-lagi Enrique berhasil membuat gol, membuat api di badan Jin Rak padam seketika. Hanya tinggal asap yang keluar, Jin Rak menunduk lesu sedangkan Enrique tersenyum damai penuh kemenangan, LOL..!!
Pagi hari Dong Hoon bangun, dia tidak melihat Jin Rak di apartemennya dan bertanya-tanya kemana Jin Rak pergi semalaman sampai tidak pulang. Tae Joon menelpon Enrique, tapi tidak terhubung. Dia mendapat sms dari Seo Young ,“Apakah kamu masih tidak bisa menghubungi Kkae Geum? Aku tidak bisa diam saja dalam keadaan cemas seperti ini, aku akan pergi ke sana sekarang”
Ketika Dok Mi akan gosok gigi, dia kehabisan pasta giginya. Tisu toiletnya pun sudah habis. Dok Mi merasa sangat malas untuk keluar.
Enrique dan Jin Rak baru keluar dari tempat penyewaan game. Mereka bermain game sampai pagi.
“Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku begadang main game di rental game seperti ini.. Aku pikir ini pertama kalinya sejak aku keluar dari wajib militer” kata Jin Rak, mereka berdua tertawa layaknya sahabat lama. “Lihatlah bayangan hitam di matamu, matamu terlihat cekung.. Jadi, kau sudah mengikuti wajib militer?” sahut Enrique tertawa.
“Tentu saja aku sudah. Kau belum? Aku berada di divisi khusus”
“Komando?”
“Tembakanku dan kemampuan menyerangku bukan main-main.. Ketika aku melihat seorang musuh, aku bisa mengetahui langsung dimana titik terlemahnya.. Apakah kau tahu apa itu mata magis?”
“Tidak” jawab Enrique serius karena mendengarkan cerita Jin Rak.
“Jadi kau tidak tahu apa itu mata magis, aku pikir itu karena kamu dari generasi yang berbeda. Yang disebut mata magis ketika kamu dengan mudah dapat mengetahui dan membidik titik lemah seseorang. Itu sebabnya seseorang sepertiku tidak boleh berkelahi. Kenapa? Karena aku adalah mesin pembunuh sejati” kata Jin Rak panjang lebar, kemudian mendadak dia mengarahkan tinjunya ke muka Enriqque.
“Lihat, aku langsung menuju titik lemahmu bahkan tanpa aku sadari” Jin Rak mulai sesumbar.
“Kemudian aku hampir saja mati?”
“Tentu saja!”
Enrique malah kegirangan. “Kau sangat keren, kau sudah pernah ikut wajib militer.. Kau benar-benar seorang lelaki! Wow!”
“Aku benar-benar tidak tahu soal ini karena aku belum pernah ikut wamil.. Tapi aku sangat baik dalam berlari.. Aku tidak yakin, tapi mungkin aku bisa secepat Usain Bolt (atlet lari peraih medali emas olimpiade asal Jamaika)” Enrique mulai membanggakan diri sendiri.
“Aku mengerti.. Jadi, kamu membandingkan dirimu dengan Usain Bolt? Okay, ingin berlomba untuk melihat siapa yang berlari lebih cepat di sini? Deal?”
Enrique tertawa, “hahahaa, sifat kompetitifmu benar-benar bukan main.. tidak, lupakan saja.. Mulai” Enrique curang, dia curi start berlari duluan. Jin Rak meneriakinya curang, kemudian segera berlari menyusul Enrique. Mereka berdua lari dengan riang gembira layaknya sahabat lama yang sudah sangat dekat. Bahkan dengan Dong Hoon pun Jin Rak belum pernah terlihat segembira ini.
Mereka berlari melewati Dok Mi yang sedang beli makanan. Jin Rak meminta berhenti karena kakinya sakit akibat udara dingin. Enrique berjongkok melihat keadaan kaki Jin Rak, sementara pandangan Jin Rak mengarah ke tempat Dok Mi berdiri. Jadi, saat mereka berlari Jin Rak melihat Dok Mi, itulah sebabnya dia minta berhenti lari. Jin Rak mengatakan dia baik-baik saja dan bertanya kenapa Enrique begitu berusaha keras dalam lomba lari ini sedangkan Jin Rak hanya berlari dengan santai. Enrique tidak mau kalah, dia juga santai dalam lomba lari ini. Jin Rak mengatakan ada yang harus dia lakukan, jadi dia pamit duluan.
Ternyata, Enrique juga melihat keberadaan Dok Mi. Setelah Jin Rak pergi dia menghampiri Dok Mi dengan ceria sedangkan Dok Mi bersikap seolah tidak mengenalnya. Enrique cemberut. “Jadi kau benar-benar ingin mengabaikanku?” kemudian dia makan makanan yang dijual di situ.
“Ahjuma..” kata Enrique, Dok Mi menoleh kepadanya karena biasanya Enrique memanggilnya Ahjuma. Tapi Enrique melanjutkan perkataanya, “Kenapa orang tidak memakannya selagi panas tetapi malah membawanya pulang?”. Bibi penjual pun menjawab kalau itu terserah si pembeli.
“Ahjuma..” Dok Mi kembali kaget saat dirinya merasa dipanggil Enrique, dia menoleh memandang pria itu. Tapi lagi-lagi Enrique bertanya kepada bibi penjual. “Kau membungkusnya dengan mangkok, mangkok itu terlihat mahal”. Bibi penjual kembali menjawab kalau orang yang pintar dan baik akan mengembalikan mangkok itu. Dok Mi mulai tidak nyaman, dengan isyarat ia minta supaya bibi itu cepat membungkuskan makanan yang dia pesan.
“Ahjuma..”sahut Enrique lagi, kali ini sangat kencang. Dok Mi melonjak kaget mengira Enrique memanggilnya, dia menoleh. Enrique tertawa senang, tapi lagi-lagi dia mempermainkan Dok Mi. Dia menanyakan bibi penjual makanan apa itu yang dijual. Bibi penjual menjawab, “hati”. Enrique kaget, kemudian bibi melanjutkan. “Biasanya hati dengan sosis darah, tapi wanita muda ini tidak suka hati”
“Aah, wanita muda ini? Ini wanita muda yang barusan kau bilang pintar dan baik itu? Aku mengerti” kata Enrique, Dok Mi hanya bisa memandanginya. Akhirnya bibi penjual memberikan Dok Mi mangkok berisi makanan pesanannya. Dok Mi buru-buru berjalan pergi dari situ. Tapi Enrique pura-pura tidak peduli, dia tetap makan di sana.
“Walaupun aku mungkin berada jauh, aku masih mengenalmu” kata Jin Rak kemudian mencatat kata-kata itu ke handphonenya. Sementara di belakangnya Do Hwi berjalan menuju apartemen Jin Rak membawa seloyang kue yang cukup tinggi. Mereka tidak melihat satu sama lain.
Jin Rak merapikan cambangnya menunggu kedatangan Dok Mi. Setelah dia melihat Dok Mi sudah jalan mendekat, Jin Rak muncul seolah pertemuan itu terjadi tidak sengaja. Dok Mi kaget.
“Oh, kau mengagetkanku!” seru Jin Rak pura-pura kaget. “Aku tidak percaya aku berlari kepadamu seperti ini”. Jin Rak mengeluarkan uang 20.000 won, mengembalikan uang Dok Mi yang dia pinjam. Dok Mi mengambilnya kemudian berjalan masuk. Jin Rak mengikuti dari belakang, menawarkan bantuan untuk membawa barang-barang Dok Mi yang terlihat berat. Tapi Dok Mi menolak halus, dia berkata kalau tidak berat sama sekali.
“Dok Mi-sshi.. umm, sejujurnya.. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, jadi aku menunggumu.. jadi, terakhir kali.. Kejadian pagi hari sebelumnya.. mengenai apa yang terjadi.. Aku merasa perlu menjelaskannya sendiri padamu, tunggu sebentar.. “ Jin Rak mengatur napas, lalu melihat catatan yang dia buat sebelumnya di handphone.
“Jadi.. meskipun aku berada jauh, aku mengenalmu.. Aku punya ekspresi yang lebih baik untuk mengatakan apa yang ingin aku coba katakan.. Meskipun aku tinggal dekat denganmu, aku masih tidak mengenalmu.. jadi, apa yang ingin coba kukatakan adalah.. Aku memikirkanmu setiap waktu.. Apa yang kau lakukan di tempatmu sendirian.. Apakah kau benar-benar makan dengan teratur.. Apakah kau bahagia sendirian di tempatmu.. Aku menyadari aku memperhatikan itu setiap hari.. Hari yang hebat, hari yang menyegarkan, hari yang ceria.. Gambar yang aku tempelkan di kotak susu setiap pagi, itu adalah rahasiaku yang aku nikmati sendiri.. Itu adalah sesuatu yang kulakukan demi kesenangan pribadiku” saat Jin Rak mengatakan itu, Dok Mi teringat perbincangannya dengan Enrique saat mereka melakukan perjalanan ke laut, “berhenti mengatakan ‘cinta tak berbalas’ sekarang, menurutku itu adalah sesuatu yang kumulai sendiri jadi aku yang akan mengakhirinya sendiri. Rahasia yang seorangpun tidak boleh tahu”. Mungkin Dok Mi berpikir, pengakuan Jin Rak saat ini sama seperti yang pernah dia rasakan terhadap Tae Joon.
“Maafkan aku, kamu pasti kedinginan. Maukah kau masuk ke dalam” kata Jin Rak. Dok Mi hanya membungkuk kemudian berajalan pergi disusul Jin Rak. Tanpa mereka ketahui, Enrique berada tidak jauh dari sana. Entah dia mendengar seluruh pembicaraan atau tidak. Enrique bergumam, “Kupikir aku benar-benar datang ke sini untuk menembakkan panah cupid.. Ada seorang lagi di sana”. Kemudian dia berlari karena kedinginan.
Dok Mi dan Jin Rak naik lift bersama.
“Umm, maafkan aku jika aku menakutimu.. Tolong, jangan merasa terbebani dengan itu.. hanya karena apa yang telah kukatakan jangan menutup pintumu lebih rapat.. Jika kamu mengatakan supaya aku jangan melakukannya lagi, aku tidak akan melakukannya.. Aku bahkan tidak akan melewati batas garis tempatmu lagi” kata Jin Rak.
“Tidak.. Tidak.. Tidak apa-apa.. Aku suka mengumpulkan semua gambarmu jadi aku bisa melihatnya.. Terima kasih”.
“Itu.. kenapa aku menggambarnya.. Aku senang mendengar kamu tahu apa maksud dari gambar itu” kata Jin Rak senang, tidak sengaja dia bergerak maju memepet Dok Mi. Dok Mi mundur.
“Maafkan aku” sahut Jin Rak kemudian kembali menjauh.
Bel pintu berbunyi, Dong Hoon membuka pintu. Dia mengira Jin Rak yang datang, dia buka pintu sambil bertanya kenapa Jin Rak tidak pulang semalaman. Ternyata yang datang itu Do Hwi, bukan Jin Rak.
“Direktur Cha, apa ini?” Dong Hoon senang lalu mengambil kue yang dibawa Do Hwi. Dia kaget menyadari dirinya masih dengan pakaian tidur. “Ini bukan gaya berpakaianku yang biasa, tunggu sebentar” Dong Hoon ingin segera menutup pintu untuk ganti baju, tapi pintu ditahan kaki Do Hwi segera.
“Jae Won.. Jin Rak, tidak pulang semalaman?” tanya Do Hwi.
“Biarkan aku ganti baju dulu, dan aku akan segera kembali untuk berbincang denganmu.. mengerti.. kakimu..” Dong Hoon menendang kaki Do Hwi yang menghalangi pintu, kemudian menutupnya.
Do Hwi masih kaget karena Jin Rak tidak pulang semalaman. Tepat saat itu Dok Mi datang bersama Jin Rak. Do Hwi terlihat kaget sekali melihat mereka datang bersamaan. Pasti dia berpikir kalau Jin Rak bersama Dok Mi semalaman hingga mereka tidak pulang ke rumah.
“Go Dok Mi” panggil Do Hwi dengan mata melotot. Sementara Dok Mi hanya memandang Do Hwi dengan tenang, tapi terlihat tidak nyaman atas kehadiran Do Hwi di sana. Dan Jin Rak mengamati ekspresi kedua gadis itu...
~bersambung~
No comments:
Post a Comment