Hujan
mulai turun. Yoon-hee membuka payungnya sedangkan In-ha meninggikan
kerah bajunya. Mereka berdua akan menyebrang dengan arah yang
berlawanan. Saat mereka berpapasan, deegg!! In-ha mengenali wajah itu.
Dia lalu mengikuti wanita berpayung kuning itu dari seberang jalan.
Setelah menemukan zebra cross, In-ha berlari untuk menyebrang.
Yoon-hee
yang sedang berjalan tiba-tiba berhenti karena ada seseorang berdiri
di depannya. “Apakah itu kau? Kau benar-benar masih hidup?”tanya In-ha.
Yoon-hee kaget sekali saat melihat orang dihadapannya.
Joon
dan Ha-na yang kehujanan berteduh sambil mengobrol. Ha-na bertanya apa
yang ingin Joon katakan. “Aku ingin kita mengakhiri semuanya di sini.
Dan mari kita mulai dari awal.”jawab Joon. Ha-na terdiam mendengarnya,
mulai dari awal untuk apa?. Joon bingung menjawabnya, itu.. “Mengapa kau
terus menelfonku? Aku tidak menjawab telfonmu tapi mengapa kau terus
menelfonku?” Joon ngeles. Dia juga menyinggung masalah Ha-na yang datang
ke studio, “Apa kau sangat membutuhkan pekerjaan?”tanyanya. Ha-na juga
agak bingung menjawabnya, “Aku tidak suka saat terakhir ketika kau
pergi.” jawab Ha-na. Joon tersenyum, dia menganggap kalau Ha-na berarti
tidak ingin semua itu berakhir. Ha-na tidak percaya apa yang dikatakan
Joon. “Aku tahu, di mana lagi kau bertemu dengan orang sepertiku?”lanjut
Joon. (Pede bener ni orang). Ha-na yang udah eneg denger omongannya
Joon mengambil payung di tasnya, lalu pamit pergi.
Joon
menahan Ha-na, “Bagaimana denganku?”tanya nya. Ha-na menyuruh Joon
menelfon seseorang. Joon masih tetap memegangi Ha-na. Dia lalu
memandangnya dengan tatapan penuh arti. “Aku akan bersikap baik padamu
mulai dari sekarang.”. Ha-na bertanya mengapa Joon melakukan itu? Lalu
tiba-tiba ponsel Ha-na berdering. Joon ngomel dengan ringtone ponsel
Ha-na yang menurutnya annoying. Ha-na beralasan dia tidak bisa mendengar
ponselnya saat sedang bekerja kalau ringtone ponselnya tidak seperti
itu. Joon juga mendapat telepon. Ha-na mendapat telepon dari ibunya, dan
Joon mendapat telepon dari ayahnya.
Yoon-hee
menelfon Ha-na mengabarkan kalau ibunya mungkin akan telat datang lalu
menyuruh Ha-na pergi sendiri. In-ha menoleh ketika Yoon-hee menyebut
kata ibu. Yoon-hee menjelaskan kalau dia baru saja menelfon putrinya
yang bersekolah. Yoon-hee dan In-ha berbincang-bincang sebentar.
In-ha
bertanya kapan dia kembali dari Amerika? Selama ini In-ha berfikir
kalau Yoon-hee sudah meninggal. Yoon-hee menjawab kalau dia kembali
sudah 10 tahun yang lalu. “Kenapa kau tidak mencariku? Saat aku berfikir
kau sudah mati, itu sangat sulit bagiku. Akan lebih baik jika aku tahu
kau masih hidup.” Yoon-hee tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya berkata
sering melihat berita tentang In-ha dan keluarganya dari majalah. Dia
juga tahu In-ha menikah dengan Hye-jung. “Kau tampak bahagia, itu sudah
cukup bagiku.” Yoon-hee berkata kalau dia juga bahagia. “Maafkan aku,
untuk tidak mengatakan aku masih hidup.”kata Yoon-hee. In-ha hanya diam
saja.
Joon
mengikuti Ha-na yang sedang mencari tempat tinggal. Joon mengeluh
kenapa jalannya menanjak sekali. “Kalau begitu kenapa kau
mengikutiku?”jawab Ha-na. Joon bertanya lagi apa Ha-na ingin berjalan
seperti ini setiap hari? ”Tentu saja karena Ha-na gendut.”kata Joon.
“Apa???” Ha-na ngambek.
“Menurutmu
mengapa aku mengikutimu? Aku sudah bilang aku akan bersikap baik
padamu.”kata Joon. “Kau sebut ini bersikap baik?”tanya Ha-na sambil
menunjukan pundaknya yang kebasahan. Joon hanya berkata kalau baju Ha-na
boleh basah tapi tidak dengan bajunya. Ha-na langsung memegang
payungnya, “Tapi ini adalah payungku.”
“Oke.”kata Joon tanpa babibu.
“Oke.”kata Joon tanpa babibu.
Joon
berkata kalau dia sangat benci hari hujan, berkebalikan dengan Ha-na
yang sangat suka hujan. Karena saat hujan dia dan ibunya selalu
bermain-main di luar, “Jadi aku punya banyak kenangan indah saat hari
hujan.” kata Ha-na. Joon mengungkit lagi soal cinta pertama ibu Ha-na
yang ingin ditemui Ha-na di Jepang. Ha-na berkata dia sangat ingin
mempertemukan ibunya dengan orang itu, karena ibu Ha-na sedang sakit.
“Mengapa aku bicara seperti iini? Ini adalah rahasia!”kata Ha-na lagi.
In-ha
dan Yoon-hee berpamitan. In-ha bertanya apa dia bisa bertemu dengan
Yoon-hee lagi. Yoon-hee tidak ingin mereka bertemu lagi, karena
masing-masing dari mereka sudah bahagia dengan hidupnya. In-ha berbalik
menjauh, tapi lalu dia berhenti dan kembali. Tapi Yoon-hee sudah tidak
ada di tempat tadi. In-ha mencari di sekeliling tapi tidak menemukannya.
Sementara Yoon-hee masuk ke sebuah apotik di tempat tersebut. Yoon-hee
berjalan di belakang In-ha. Mereka berdua saling membelakangi dan tidak
melihat.
Si
empunya rumah memperlihatkan kamar untuk Ha-na. Ruangan itu sempit
sekali dengan atap yang sangat rendah. Ha-na agak tidak nyaman dengan
ruangan itu, dia menoleh ke Joon yang menyuruhnya keluar. Pemilik rumah
menawari Ha-na kamar yang lain, kamar dengan kamar mandi dan wastafel.
Joon masih menganggap tempat itu terlalu kecil. Si pemilik rumah
berkata, memang agak kecil untuk dua orang yang tinggal bersama. Pemilik
rumah bertanya apa mereka pengantin baru? Joon dan Ha-na langsung
mengelaknya.
"Kalau begitu apa kalian pasangan tanpa pernikahan?"
“Aapa??” Joon langsung terbelalak.
"Kalau begitu apa kalian pasangan tanpa pernikahan?"
“Aapa??” Joon langsung terbelalak.
Mereka
berdua pergi ke tempat lain, Joon tetap tidak suka ruangannya. Dan di
luar dia melihat seorang pria. Joon lalu mengajak Ha-na keluar. Ha-na
bertanya mengapa Joon seperti itu?. “Ada seorang pria yang mengintip.
Bagaimana bisa seorang gadis tinggal di tempat seperti itu?”kata Joon.
Ha-na mengeluh karena dia belum menemukan pekerjaan, dan bahkan
kalau dia menemukan tempat tinggal, hanya tempat seperti itu yang bisa
dia sewa. Joon berkata akan menemukannya. Dia akan menemukan pekerjaan
untuk Ha-na dan juga tempat tinggal untuknya. Ha-na tidak percaya dengan
omongan Joon. “Karena aku akan bersikap baik padamu.”kata Joon lagi.
Ha-na benar-benar heran dengan sikap Joon ini, dia mengatakan ingin
mulai segalanya dari awal, bahkan ingin bersikap baik pada Ha-na. Joon
bertanya apa Ha-na bodoh? Tidak tahu apa sebenarnya tujuannya mengikuti
Ha-na? Saat Joon akan mengatakan sesuatu, ponsel Ha-na berdering. (Apa
yang sebenarnya ingin Joon katakan? ‘Aku menyukai mu’?)
Ternyata
yang menelfon adalah Tae-seong. Ha-na tidak langsung menjawabnya. Joon
melihatnya dan merebut ponsel Ha-na. Joon bertanya apa orang ini begitu
spesial? Apa Ha-na berpacaran dengan Tae-seong? Ha-na berkata tidak.
Joon langsung mematikan ponsel Ha-na. Ha-na ngambek kenapa Joon
sembarangan mematikan ponsel orang. Joon melihat ekspresi Ha-na. “Kau
ditolak? Kau benar-benar ditolak? Bagaimana mungkin kau ditolak oleh
orang seperti dia?”tanya Joon. Ha-na diam saja, kesal melihat tingkah
Joon.
“Aku
memintamu untuk memulai kembali denganku lagi, kan? Bahwa aku akan
bersikap baik padamu, itu berarti bahwa aku tertarik padamu. Sudah lama
aku tertarik padamu, setelah kembali ke Korea. Bahkan ketika aku
melihatmu lagi.”kata Joon. Ha-na bertanya mengapa itu terjadi? Joon
berkata dia juga tidak tahu, oleh karena itu dia ingin tinggal bersama
Ha-na sampai dia tahu apa sebabnya. Joon lalu pamit, dia tidak akan
mengganggu Ha-na untuk mencari tempat tinggal lagi. “Aku akan melihatmu
saat pemotretan. Jangan terlambat!!” kata Joon lalu pergi.
Setelah jauh, Joon menarik nafas dan mengelus dadanya. Tapi dia grogi banget kali ya saat mengungkapkan isi hati.
Joon
tiba di rumah Sun-ho. Barang-barang Joon sudah ada di sana. Joon
berkata dia akan pindah sementara dari rumahnya. Sun-ho berkata kalau
ibu Joon pasti tidak akan membiarkannya. Sun-ho bertanya ada apa. Joon
bercerita kalau ibunya ingin ayahnya kembali. “Aku ada di Amerika saat
mereka bercerai. Jika mereka kembali bersama, aku lebih baik pindah dan
tidak kembali.
Joon bertanya
kapan adik Sun-ho kembali ke Korea, dia meminta Sun-ho jangan
memberitahunya kalau dia pindah ke rumah Sun-ho. Sun-ho berkata kalau
adiknya minggu depan baru kembali, “Kenapa? Apa kau takut dia juga akan
pindah ke sini denganmu?”. Joon mengiyakan. Lalu dia melihat satu kamar
lagi. Joon meminta ijin Sun-ho untuk menyewakan kamar itu (Ya tentu saja
itu untuk Ha-na).
Di
sebuah taman, Ha-na berpikir mengapa Joon melakukan itu? Ha-na punya
banyak teori tentangnya, tapi yang paling dia percayai adalah bahwa Joon
hanya ingin mengerjainya saja. Tae-seong menelfon lagi, Ha-na tetap
tidak mau mengangkatnya.
Yoon-hee sudah berada di rumah. Dia sedang membuka-buka lagi diary nya.
Dong-wook
yang sedang bertugas di rumah sakit datang dengan tergesa-gesa menemui
In-ha. In-ha memberitahu Dong-wook kalau dia bertemu Yoon-hee. Yoon-hee
masih hidup. Dong-wook juga kaget mendengarnya. Dong-wook bertanya kabar
Yoon-hee. In-ha menjawab Yoon-hee terlihat sangat bahagia, jadi dia
harus membiarkannya pergi. In-ha mengatakannya dengan sedih.
Ha-na
melihat ibunya yang sedang duduk merenung di sebuah rumah kaca. Ha-na
mendatanginya. Dia menanyakan keadaan ibunya, karena terakhir kali
ibunya tidak bisa menemuinya karena sakit. Yoon-hee menyampirkan
selimutnya ke badan Ha-na. Yoon-hee berkata dia tidak apa-apa. Dia juga
bertanya apa Ha-na mencari tempat tinggal sendirian? Ha-na mengaku kalau
dia tidak sendirian. Ibunya penasaran siapa yang menemaninya, Tae-seong
sedang di pulau Jeju. Ha-na berkata kalau itu bukan teman, hanya
seseorang. “Siapa? Laki-laki?”tanya Yoon-hee lagi.
“Ya, dia laki-laki, tapi...itu tidak seperti itu.”. Ha-na langsung memotong kata-katanya sendiri setelah melihat pandangan ibunya. “Ini tidak seperti itu... aku tidak tahu, dia hanya aneh saja. “. Ibunya masih penasaran siapa orang itu, “Aku berharap bisa bertahan sedikit lebih lama, aku ingin melihat kau menikah. Aku ingin melihat kebun buatanmu. Aku ingin melihat itu semua.”. Ha-na menyuruh ibunya tidak bicara seperti itu. Yoon-hee berkata kalau dia tidak ingin menjadi beban untuk Ha-na. Wajah Ha-na berubah muram mendengar perkataan ibunya. “Baiklah, aku akan berhenti. Aku akan berhenti.” kata Yoon-hee yang melihat Ha-na yang hampir menangis.
“Ya, dia laki-laki, tapi...itu tidak seperti itu.”. Ha-na langsung memotong kata-katanya sendiri setelah melihat pandangan ibunya. “Ini tidak seperti itu... aku tidak tahu, dia hanya aneh saja. “. Ibunya masih penasaran siapa orang itu, “Aku berharap bisa bertahan sedikit lebih lama, aku ingin melihat kau menikah. Aku ingin melihat kebun buatanmu. Aku ingin melihat itu semua.”. Ha-na menyuruh ibunya tidak bicara seperti itu. Yoon-hee berkata kalau dia tidak ingin menjadi beban untuk Ha-na. Wajah Ha-na berubah muram mendengar perkataan ibunya. “Baiklah, aku akan berhenti. Aku akan berhenti.” kata Yoon-hee yang melihat Ha-na yang hampir menangis.
In-ha
ada di persimpangan jalan. Dia lalu memutuskan untuk pergi menemui
Yoon-hee. Yoon-hee sedang membereskan kebunnya saat In-ha datang.
Yoon-hee kaget melihatnya. Dengan perlahan In-ha mendekati Yoon-he dan
setelah berhadapan, In-ha langsung memeluk Yoon-hee. Yoon-hee pun
membalas pelukannya.
Mereka
berbincang di dalam rumah. In-ha berkata kalau dia tidak bahagia. Tanpa
Yoon-hee dia selalu sedih. Dan karena tidak ada Yoon-hee, kehidupan
In-ha sedih dan malang. “Aku merasa seolah-olah waktu berhenti di pantai
itu saat kita berjalan bersama-sama.”kata In-ha. Dia juga berkata kalau
dia sudah berpisah dengan Hye-jung. In-ha berkata kalau dia tidak ingin
kehilangan Yoon-hee lagi, tidak ingin melepaskan Yoon-hee lagi.
Yoon-hee
berkata dia mencintai suaminya dan anak perempuannya. Dia ingin mereka
bahagia, jadi dia tidak bisa mengabulkan permintaan In-ha, “Aku minta
maaf.”.
“Jangan pernah mengucapkan maaf, aku tidak akan pernah mau mendengarnya.”.
“Jangan pernah mengucapkan maaf, aku tidak akan pernah mau mendengarnya.”.
Yoon-hee merenung memikirkannya.
Hye-jung
sedang rapat di kantornya. Bawahan Hye-jung memberi laporan kalau
perempuan itu (Yoon-hee) bekerja di kebun sebuah resort, dan suaminya
sudah meninggal sejak lama. Hye-jung kaget mendengarnya. Dia langsung
menelfon In-ha, tapi tak ada jawaban.
In-ha pergi ke pantai kenangannya. Mengingat saat dulu dia bersama Yoon-hee.
Hye-jung
pergi ke tampat Chang-mo. Hye-jung sangat stress dengan kepergian
In-ha. Hye-jung mulai minum-minum lagi. Chang-mo mengingatkan Hye-jung
agar jangan minum-minum lagi, karena itulah Joon dan In-ha pergi.
Hye-jung berkata kalau Yoon-hee sudah menjadi janda. Chang-mo kaget
mendengar Hye-jung menyelidikinya. Hye-jung juga berkata dia tidak akan
pernah mengatakan pada In-ha kalau Yoon-hee masih hidup.
Ha-na
datang ke studio, semua orang sedang sibuk bersiap-siap. Ha-na sudah
berganti baju dan berdandan, dia juga diminta berpose oleh pengarah
gaya, tapi gaya Ha-na masih sangat kaku. Joon masuk ke studio dan
terkesima melihat Ha-na yang berdandan cantik. “Ayo kita lakukan
pemotretan!” (Kaget dia melihat wajah Ha-na yang didandanin dengan
cantik.)
Pemotretan
berlangsung, Ha-na benar-benar gugup dan belum pernah melakukan
pemotretan sebelumnya. Joon berkali-kali mengambil foto Ha-na akhirnya
kesel sendiri. Dia menyuruh Ha-na senyum, tapi senyumnya maksa banget.
Joon akhirnya berhenti sebentar dan memainkan musik. Joon menyuruh Ha-na
mengikuti musiknya, dia malah nari-nari gak jelas. Semuanya tertawa.
Emosi Joon udah sampe ubun-ubun, dia kesel dengan Ha-na dan membentak Jo
Soo. Joon membuka-buka majalah bersama Ha-na, di majalah itu dia
mencari-cari inspirasi gaya.
Mereka
semua istirahat sebentar untuk makan siang. Ha-na meminta maaf karena
dirinya semua orang jadi susah. Jo Soo membesarkan hati Ha-na, tidak
apa-apa karena Ha-na baru pertama kali di potret, dan dia juga bukan
model profesional. Jo Soo bertanya, “Bukankah Joon terlihat ganteng hari
ini? Dia berusaha keras untuk menunjukan kehebatannya.”. Ha-na menoleh
ke Joon. Joon yang dari tadi masih mendengarkan Ha-na ngobrol dengan Jo
Soo jadi berubah seperti sedang memikirkan pemotretan. Hahaha.
Ha-na
berganti baju kedua, semua orang terkesan dengan kecantikan Ha-na saat
memakai baju itu. Joon memulai memotretnya lagi, tapi Ha-na tetap belum
terbiasa dengan foto. Joon kesal lalu menyuruh semua krunya untuk
keluar, akhirnya hanya tinggal Joon dan Ha-na. Ha-na bertanya mengapa
Joon melakukan itu?. “Bagus kan? Hanya ada aku saja, ini bisa membuatmu
merasa nyaman.” Joon memotret Ha-na sambil berbincang-bincang. Joon
memotret ekspresi Ha-na saat mengobrol (Joon memang fotografer jenius).
Ha-na kaget saat mereka sudah selesai, dia juga memuji Joon. “Kau,
benar-benar cantik.”kata Joon. Lalu mengambil gambar Ha-na saat dia
kaget.
Jo Soo, Ha-na dan yang lain melihat hasil foto Joon. Semua terpesona dengan hasilnya. Joon juga bangga melihat hasil fotonya. Ha-na tidak percaya kalau itu foto dirinya. “Pekerjaanku itu mahal. Inilah mengapa kau harus merasa terhormat.”kata Joon. “Dia sangat hebat pada apa yang dia lakukan. Jika kepribadiannya bisa sedikit lebih baik, itu akan menjadi lebih baik.”kata Jo Soo hanya pada Ha-na. Ha-na membenarkan.
Jo Soo, Ha-na dan yang lain melihat hasil foto Joon. Semua terpesona dengan hasilnya. Joon juga bangga melihat hasil fotonya. Ha-na tidak percaya kalau itu foto dirinya. “Pekerjaanku itu mahal. Inilah mengapa kau harus merasa terhormat.”kata Joon. “Dia sangat hebat pada apa yang dia lakukan. Jika kepribadiannya bisa sedikit lebih baik, itu akan menjadi lebih baik.”kata Jo Soo hanya pada Ha-na. Ha-na membenarkan.
Ha-na
senang sekali mendapat bayaran. Dia sudah berganti baju lagi, memakai
bajunya yang lama. Joon yang melihatnya mencela baju Ha-na, dia lalu
menyuruh Ha-na ganti baju dengan baju-baju yang dia pakai tadi. Ha-na
menolaknya karena baju-baju itu sangat tidak nyaman. “Itulah
fashion.”komentar Joon. Sun-ho membela Ha-na. Ha-na melakukan pekerjaan
kebun, tentu saja dia harus berpakaian nyaman. Joon tidak percaya,
“Biarkan aku memotretnya dan memperlihatkannya padamu.” Joon mulai
mendekatkan kameranya. Ha-na lalu mulai senyum melihat kamera tertuju
padanya. Joon terpesona lagi dengan senyuman Ha-na, dia lalu terdiam
melihat Ha-na dan tidak jadi memotret.
Ha-na
berpamitan dan berterima kasih pada Joon telah memberinya pengalaman
yang berkesan. “Kau tidak akan melakukan pemotretan lagi? Itu
mengecewakan. Berarti aku tidak bisa melihatmu lagi” tanya Sun-ho. Ha-na
mengiyakan sambil memandang Joon.
Joon
menghentikan Ha-na saat Ha-na akan pergi. Joon berkata kalau dia
melewatkan sesuatu, Joon ingin menemani Ha-na sampai akhir. “Oh itu, kau
ingin aku melupakan bahwa aku mendengarnya? Jangan khawatir tentang
itu. Aku akan melupakan semuanya.”kata Ha-na. Joon bengong, bukan itu
yang sebenarnya ingin dia katakan.
Tiba-tiba
ada seorang gadis memeluk Joon. Ha-na langsung berpamitan pergi. “Ah,
sepertinya aku benar-benar tidak akan melihatnya lagi.”kata Joon saat
melihatt Ha-na pergi.
Joon
dengan gadis itu masuk ke dalam rumah, ternyata gadis itu adalah Mi-ho,
adik Sun-ho. Mi-ho mengajak Joon makan, tapi Joon menolaknya, dia ingin
istirahat. Joon akan pergi ke atas. “Oppa, kenapa kau pergi ke atas
bukannya pulang ke rumah? “tanya Mi-ho. Sun-ho kelepasan ngomong soal
Joon dan kamar atas. Yang lain juga sudah ngasih tanda kalau Sun-ho gak
boleh ngomong macem-macem. Mi-ho langsung ngerti kalau Joon pindah ke
situ. Mi-ho juga ingin ikut pindah, tapi Sun-ho mengatakan kalau kamar
itu sudah disewa. “Kau bohong.!”kata Mi-ho.
Joon melihat lagi foto Ha-na. Dia lalu menutup laptopnya. “Apa aku sudah gila??”.
Ha-na
mencari tempat tinggal lagi. Sun-ho sedang mencoba mendatangi seorang
kakek, Sun-ho terus memanggilnya tapi kakek itu tidak menjawab. Ternyata
kakek itu kabur. Sun-ho melihatnya lalu buru-buru menyusulnya. Ha-na
ada di sekitar situ melihat si kakek yang kelelahan berlari. Ha-na
menyuruh kakek duduk. Sun-ho lalu mendatangi mereka dan dengan bantuan
Ha-na, Sun-ho mulai memeriksa kakek itu. Si kakek marah-marah karena dia
tertangkap.
Ha-na
dan Sun-ho mengobrol dahulu sambil minum. Sun-ho bercerita siapa kakek
itu. Sun-ho berkata Ha-na boleh meminta apapun karena dia telah membantu
Sun-ho. Ha-na berkata kalau minuman itu saja sudah cukup. Ha-na berkata
kalau saja taman di tempat Sun-ho dirawat pasti akan sangat cantik.
Ternyata taman itu bernama white garden. Ha-na juga bercerita kalau di
taman itu ada lily putih yang sangat cantik saat mekar. Ha-na lalu
mengambarkan white garden dan bunga-bunga lain yang bisa mereka tanam.
Sun-ho
berkata kalau dia bisa memberi Ha-na pekerjaan sebagai tukang kebun
kalau dia mau, dan menyewakan kamar kosong di rumah itu.
Di
taman, Joon terus saja berhalusinasi tentang Ha-na. Dia melihat Ha-na
yang tersenyum di mana-mana. (Mulai kangen sepertinya dia.)
In-ha
pulang ke rumah. Di rumahnya, Hye-jung sudah mempersiapkan makanan.
In-ha tidak begitu antusias melihatnya. Hye-jung mencoba kembali meraih
simpati In-ha. In-ha berkata dia capek sekali dan ingin istirahat, tapi
Hye-jung memaksanya.
In-ha akhirnya terpaksa menurut. Mereka berdua makan malam bersama. Hye-jung membicarakan Joon dan Mi-ho. In-ha ogah-ogahan menanggapinya. Hye-jung mencoba membujuknya, In-ha berkata kalau dia benar-benar tidak bersama lagi dengannya. In-ha meminta maaf atas semua yang dia lakukan bertahun-tahun ini. Hye-jung bertanya apa maksud In-ha. In-ha akhirnya berkata kalau dia bertemu Yoon-hee, Yoon-hee masih hidup. Hye-jung kaget, “Bagaimana kau bisa...? apa Chang-mo yang memberitahukanmu?”. In-ha kaget mengetahui Chang-mo tahu tentang Yoon-hee. Hye-jung mengkonfrontasinya, lalu kenapa, ketika kau bertemu Yoon-hee kau menganggap tahun-tahun yang sudah kau habiskan denganku adalah bukan apa-apa?. Hye-jung marah. “Kau bercerai dan Yoon-hee sekarang seorang diri. Yoon-hee pasti tidak masalah.” In-ha sekarang yang kaget mengetahui bahwa Yoon-hee juga sudah sendiri.
In-ha akhirnya terpaksa menurut. Mereka berdua makan malam bersama. Hye-jung membicarakan Joon dan Mi-ho. In-ha ogah-ogahan menanggapinya. Hye-jung mencoba membujuknya, In-ha berkata kalau dia benar-benar tidak bersama lagi dengannya. In-ha meminta maaf atas semua yang dia lakukan bertahun-tahun ini. Hye-jung bertanya apa maksud In-ha. In-ha akhirnya berkata kalau dia bertemu Yoon-hee, Yoon-hee masih hidup. Hye-jung kaget, “Bagaimana kau bisa...? apa Chang-mo yang memberitahukanmu?”. In-ha kaget mengetahui Chang-mo tahu tentang Yoon-hee. Hye-jung mengkonfrontasinya, lalu kenapa, ketika kau bertemu Yoon-hee kau menganggap tahun-tahun yang sudah kau habiskan denganku adalah bukan apa-apa?. Hye-jung marah. “Kau bercerai dan Yoon-hee sekarang seorang diri. Yoon-hee pasti tidak masalah.” In-ha sekarang yang kaget mengetahui bahwa Yoon-hee juga sudah sendiri.
Joon sedang melihat-lihat foto-fotonya, tiba-tiba muncul gambar Ha-na. Joon kaget sekali..
Sun-ho
masuk memberi tahu bahwa dia sudah menyewakan kamar kosong di rumah
itu. Sun-ho memberikan surat perjanjiannya. Surat yang ditulis dengan
pensil warna-warni. Joon kaget ternyata yang akan menyewa kamar itu
adalah Ha-na. *jeng..jeng..*. Sun-ho juga memberi tahu, selain Ha-na
akan menempati kamar di rumah itu, dia juga akan menjadi tukang kebun
mereka, tapi Ha-na tidak bisa melakukannya karena Joon. Sun-ho menyuruh
Joon membereskannya.
Malam itu juga In-ha pergi, sepertinya akan ke rumah Yoon-hee.
Joon
juga datang menemui Ha-na. Ha-na bingung melihat Joon yang terus saja
memandanginya. Joon perlahan-lahan mendekati Ha-na. Ha-na bingung
melihat tingkah Joon. Ha-na melangkah ke belakang menjauhi Joon,
sampai-sampai dia hampir terjatuh. “Dengarkan baik-baik, karena aku
hanya akan mengatakannya sekali. Aku, aku rasa aku menyukaimu.”. Ha-na
kaget. Lalu ibu Ha-na memanggilnya.
-Bersambung-
No comments:
Post a Comment